Ketika Aurora dikenalkan dengan calon ayah tirinya, dia takut, takut jika laki-laki itu tidak menyukai nya namun rupanya laki-laki itu begitu baik padanya dan dia menginginkan sang ibu menikah dengan calon ayah tirinya.
Namun sebuah tragedi terjadi...
Sebenarnya Aurora sudah menolak atas tawaran yang di berikan Tristan tapi nyatanya cukup sulit karena Tristan bersih keras dan berhasil membujuk mommy nya. Dan kini di sinilah dia, berada di mobil laki-laki tersebut yang mulai menyalakan mobilnya untuk mengantar nya menuju ke sekolah.
"Eh?," Aurora terkejut saat laki-laki itu tiba-tiba saja menggeser tubuhnya, menimpanya dengan lembut dan hangat membuat Aurora langsung refleks terkejut dan memejamkan bola matanya.
"Apa yang dilakukan laki-laki itu?," dia bertanya didalam hatinya, agak takut dan gemetaran, berpikir apa yang dilakukan oleh Tristan pada dirinya.
Ssrttttttt.
Suara sesuatu memenuhi Indra pendengaran nya, bisa Aurora tebak itu adalah suara safety belt nya, lebih tepatnya itu suara sabuk pengaman milik nya.
Klikkkkk.
Aurora membuka bola matanya, menahan degub jantung yang terasa tidak baik-baik saja saat laki-laki tersebut masih ada di hadapannya, sentuhan yang dipersembahkan Tristan membuat gadis se muda diri nya gelisah, apalagi saat dia merasa lengan laki-laki tersebut mengenai area dada nya yang belum tumbuh sempurna.
"Uncle..?" Aurora bicara sedikit bergetar, menahan diri untuk tidak bergerak dari posisi nya.
"Daddy, you can call me daddy, Aurora." suara Tristan memenuhi gendang telinga nya di mana kini tatapan mata laki-laki itu menulis sejauh ke dalam mitra indah matanya.
Mereka saling memperhatikan antara satu dengan yang lainnya, tapi dalam sudut pandang Aurora dia melihat laki-laki itu sebagai sosok calon ayah tirinya, tidak sedikitpun menaruh kecurigaan jika laki-laki itu mungkin menatap nya dengan tatapan yang berbeda.
"So katakan pada ku berapa usia kamu?," Tristan menggeser posisi nya, kembali duduk di posisi nya, laki-laki tersebut membuka obrolan di mana bola matanya menatap lurus ke arah depan. Dia mulai melajukan mobilnya.
Aurora menoleh ke arah Tristan untuk beberapa waktu, memperhatikan rahang tegas tersebut dengan seksama.
laki-laki matang berusia lebih dari 30 tahun itu membuat Aurora cukup menyukainya, dia suka netramata laki-laki tersebut dalam pertemuan pertama mereka. Begitu indah dan bisa membunuh Aurora dengan tatapan tajamnya.
"14 tahun," dia menjawab dengan perasaan gelisah, menundukkan kepalanya dan berusaha memainkan jemari-jemari indah nya.
Terlalu malu untuk dia menatap lama-lama laki-laki yang kini duduk tepat di sebelah nya, di mana Tristan melirik kearah dirinya sambil mengembangkan senyuman maut nya, seolah-olah jawaban Aurora memiliki kepuasan tersendiri untuk dirinya.
"Berikan aku kartu pelajar mu," dan permintaan Tristan sedikit aneh untuk Aurora, membuat gadis itu mengernyitkan keningnya.
"Ya?," dia bertanya bingung.
Tristan terlihat cukup berkonsentrasi pada stir mobil dan jalanan, tidak sama sekali menoleh ke arah Aurora saat dia meminta hal yang aneh tersebut.
"Aku akan menyimpan foto copy nya, dibutuhkan sewaktu-waktu bukan untuk seorang ayah?," dan laki-laki itu menoleh kearah dirinya, menatap Aurora beberapa waktu padahal posisi laki-laki itu masih terus melajukan mobilnya ke depan.
"Dad, fokus ke depan." Aurora gelisah.
Tristan mengulum senyumannya, dia kembali mengarahkan pandangannya ke depan.
"Berikan pada daddy dalam 1 x 24 jam baby, ini permintaan." Ucap laki-laki itu kemudian.
Dan sebenarnya itu adalah sebuah perintah mutlak, bahasa manipulatif yang digunakan Tristan selalu mampu membuat Aurora tidak bisa menolak apapun yang diinginkan laki-laki tersebut.
"He em," dan Aurora menjawab patuh, dia pikir akan memberikan foto copy kartu pelajar nya setelah pulang sekolah.
Dan ketika dia tiba di sekolah kembali gerakan yang sama terjadi di mana laki-laki itu membuka sabuk pengaman nya dengan gerakan cepat dan begitu tenang.
"Dad, aku bisa-," dia sedikit risih dan gelisah,. ingin menyelesaikan kata-katanya tapi Tristan langsung memotong ucapan nya.
"Kamu akan terbiasa." laki-laki itu menghentikan gerakan tangan nya, sudah melepaskan safety belt Aurora.
Gadis itu diam, berpikir hendak bergerak tapi sesuatu terjadi dan mengejutkan dirinya, sebuah ciuman hangat terbit di atas keningnya, membuat Aurora membeku untuk beberapa waktu, gadis itu menggenggam rok sekolah nya dengan kedua belah telapak tangannya dengan perasaan yang tidak baik-baik saja.
Terbit berbagai macam rasa didalam hatinya mulai dari takut, gelisah, bedebar dan entahlah apa lagi.
Dan siapa sangka ciuman itu suatu hari akan berkembang dari kening, pipi, coba-coba di bibir, dada, pusar hingga berakhir di intinya.
"Dad no, akhhh berhenti." membuat Aurora berkali-kali menjerit sambil mencengkram apapun yang ada di sekitarnya.
Bibir dan lidah laki-laki itu terlalu handal dalam mempermainkan tiap inci tubuhnya termasuk di bawah sana, membuat dia basah, mengerang berkali-kali dan tenggelam dalam rasa nikmat yang begitu sulit untuk dia hindari.
"Daddy akan menjemput mu pulang nanti." bisik Tristan kemudian sambil menyentuh lembut wajah Aurora.
Lagi gadis itu menganggukan kepalanya dengan patuh, dia seolah-olah terhipnotis atas suara laki-laki tersebut yang terus bicara dengan nada hangat nya. Aurora perlahan keluar dari mobil tersebut, menundukkan kepalanya dan melambaikan tangan nya ke arah Tristan. Di mana laki-laki itu melajukan mobilnya menjauh dari nya secara perlahan.
****
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.