Day 02 (02)

300 42 4
                                    

Ya, disinilah mereka.

Rumah Sakit. Dimana lagi?

14.00 SIANG, BANDUNG.

"Keluarga Pak Jaka?"tanya sang Dokter, Shaine dengan antusias membangunkan Lulu yang tengah tertidur dibahu Raisha.

"Tante Lulu, kak Raisha, dokternya nanyain papa!!" Iya, Shaine mengetahui keadaan Ayahnya.

Lulu terbangun dan langsung berdiri (hati-hati vertigo.) Untuk langsung menghadapi sang Dokter.

"Bukan keluarga namun saya tetangga terdekat Pak Jaka. Apakah keadaan Pak Jaka sudah membaik?"Dokter mengangguk, syukurlah.

"Pak Jaka sudah bisa pulang, namun harus dijaga extra karena tulang kakinya belum bisa berfungsi dengan baik. Tolong diperhatikan ya. Nanti bisa mengambil obat anti-nyeri dan lain-lain di dekat pintu utama. Nama akan dipanggil berdasarkan nomor yang tertera di kertas antrian. Silahkan dijenguk. Saya pamit" sang Dokter meninggalkan ketiganya dan mereka masuk kedalam.

"L-Lulu?? E-eh.. R..-

"Raisha, A'." Potong Raisha.

"I-iya itu! Kenapa dateng? Dan.. Shaine? Kenapa kesini?"Jaka dengan khawatir memeluk Shaine, namun dengan senang hati melihat keberadaan Lulu.

"A', Lulu gabisa jagain Aa', jadi ntar Lulu telfon Bude aja ya, ntar ditemenin Pakde juga kok" senang dengan ungkapan dari Lulu, Raisha melipatkan kedua tangannya didepan dada, seolah tak peduli.

"Tapi Neng, Bude sama Pakde kan rumahnya jauh atuh. Masa mau disuruh kerumah saya?" Lulu berpikir sebentar.

Umur Pakde dan Bude hitungannya bukan 60-65 lagi, tapi sudah 70an.

Kasihan jika disuruh datang jauh jauh begini.

"Neng aja yang jagain nggak bisa? Saya ngerasa aman aja kalau sama Neng Lulu." Shaine menggeleng, ia tak mau.

"Emang papa gamau kalau Shaine yang jagain?" Jaka menggeleng cepat. Bukan begitu maksudnya.

"Bukan gitu, Shaine. Kalau cuma Shaine aja yang dirumah, Papa gabisa masak apapun loh, emang Shaine bisa masak buat papa?"Tanya Jaka.

Ini salah satu tips modusnya kepada sang kembang desa, Nona Lulu.

"Yaudah gapapa deh A', tapi Lulu dateng nganter makanan aja ya? Jenguk bentar habistu balik."Jaka mengangguk, lebih mending daripada tidak sama sekali.

"Ohiya. Raisha boleh keluar tidak ya? Agak sedikit mengganggu pengelihatan saya. Mau ngobrol saja dengan Lulu, tak perlu khawatir." Raisha menaikkan satu alisnya.

"If you wanna talk to her, just talk and i'll be wait, why do i have to leave?"dengan cepat Raisha berbicara. Sewot lah istilahnya.

"Maaf saya nggak ngerti-

"Kata Raisha. Kalau kamu mau bicara sama saya ya bicara aja A', Raisha tungguin kok. Kenapa dia harus keluar? Gitu maksud dia."

"And if you feel uncomfortable with me, better you keep your words. Nggak semua orang bisa terima dikritik begitu. Apalagi notabenenya Saya nggak ngapa-ngapain." Tekan Raisha. Ia meninggalkan ruangan itu dengan keadaan hening.

"Kak Raisha!!" Kejar Shaine, Jaka ingin menahannya namun Lulu menggeleng.

"Jangan ditahan. Biarin Shaine ketemu Raisha."akhirnya Jaka mengangguk, okelah.

"Kamu deket sama Raisha ya Lu?"tanya Jaka, Lulu mengangguk. Memang dekat.

"Dia kenapa kayak bengis gitu ya wajahnya. Saya nggak suka ngelihat wajah-wajah seperti itu."Lulu mengerutkan alisnya, apa sih?

Bandung, Dan Kamu. | LuRah.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang