"SORRY, nih, Nan, tapi dari info yang gue dapet dari Dara, dia nggak bisa lanjut OSIS lagi," ucap Kak Sastra, siswa tahun terakhir di SMA sekaligus ketua OSIS yang akan lengser dalam hitungan bulan.
Adnan yang duduk di seberangnya mengerutkan kening heran. "Tiba-tiba?"
"Katanya orang tuanya dipindahtugaskan ke Bandung. Jadi, dia harus pindah sekolah," jawab Kak Marsha. "Gue sama Sastra udah berusaha nahan dia, Nan, tapi keputusan dia pindah, kan, karena orang tuanya . Kami juga nggak bisa ngelak."
"Terus nasib gue gimana? Gue nggak mau ikut ngundurin diri," ucap Adnan bersikeras. Kedua alisnya sedikit berkerut walau samar.
Telapak tangan Kak Sastra terangkat di atas meja yang memberikan jarak antara dirinya dengan salah satu calon ketua OSIS itu. "Iya. Iya. Gue tau," kata Sastra menenangkan. "Tadi gue sama Marsha udah coba diskusi sama Bu Sri, beliau punya usul kalau kita wawancara ulang anak-anak yang kemarin gagal lolos. Kita ambil beberapa yang sekiranya pantas."
Kak Marsha yang duduk di sebelah Kak Sastra mengangguk setuju. "Nanti gue kabarin anak-anak yang kepilih buat wawancara ulang. Tenang aja, lo tetep bisa maju buat kampanye, kok."
Suasana ruang OSIS kembali hening. Adnan menggerakan rahangnya dengan tatapan kosong ke arah meja. Kepalanya memikirkan bagaimana nasibnya sekarang. Dara, yang seharusnya menjadi calon wakil ketua OSIS-nya mendadak mengundurkan diri. Padahal, mereka berdua baru saja dipilih setelah wawancara penerimaan OSIS minggu lalu.
𓆝 𓆟 𓆞 𓆝 𓆟
"Yah, mohon maaf saya nggak bisa, kak."
Kak Marsha dan Kak Sastra saling pandang. "Loh? Kenapa?" tanya Kak Sastra.
Amara, gadis dengan kulit sawo matang serta bibir tebal sebagai pemanis di wajah orientalnya itu menghela napas pelan. "Saya kemarin-kemarin, sih, pengen banget masuk OSIS, Kak, tapi setelah didiskusikan dengan orang tua saya ternyata mereka nggak setuju."
Kini Kak Marsha yang bertanya. "Alasannya?"
Jari jemari Amara bertaut di atas pahanya. "Karena mereka tau saya nggak pinter bagi waktu. Jadi, mereka khawatir urusan sekolah saya terganggu. Kalau jadi pengurus OSIS aja, sih, nggak masalah, tapi kalau jadi inti OSIS, maaf saya nggak bisa. "
Baik Kak Marsha mau pun Kak Sastra saling menghela napas panjang. Jari Kak Sastra yang mengapit sebuah pulpen, diketuk-ketuk ke atas meja. "Kami butuh lima orang kandidat lagi buat jadi wakilnya Adnan, dan kamu orang kelima yang men-"
"Gini, deh." Kak Marsha memotong pembicaraan Kak Sastra. Gadis dengan kulit super putih bak salju itu menghela napas samar. "Kamu bisa cari orang lain buat gantiin posisi kamu?"
"Harus anak OSIS yang daftar kemarin, Kak?"
"Terserah. Siapa pun yang menurut kamu pantas. Nanti kami coba wawancarain dia," jawab Kak Marsha.
Dengan perlahan, Amara mengangguk samar. Mengerti.
"Kalau dia bukan pelamar OSIS sebelumnya," ucapan Kak Marsha menggantung ketika gadis itu membuka laci meja di depannya, mengambil selembar formulir OSIS dan menyerahkannya pada Amara, "suruh dia isi formulir ini, dan kasih ke aku lagi. Besok harus udah ada penggantinya, ya, Ra."
Mendengar hal itu, mata Amara seketika membelalak. "Besok, 'kan, Sabtu, Kak."
Bibir Marsha mengatup setelahnya. "Senin maksudnya."
Dengan bibir yang mengerucut, Amara menganggukan kepalanya paham. Selembaran formulir tadi diambilnya setelah berpamitan untuk keluar dari ruang OSIS.
Setelah keluar dari ruang OSIS, gadis dengan mata sayu itu menatap formulir di genggamannya dengan bingung. Ia menatap anak-anak entah kelas berapa yang asyik bermain bola di lapangan sembari memikirkan siapa yang bisa menggantikannya.
Namun secara tiba-tiba, sebuah nama terlintas di kepalanya. Dengan cepat, gadis itu berlari menyebrangi sisi lapangan dan masuk ke dalam kelas XI IPS 3, kelasnya.
Ia berlari menuju meja paling belakang yang kosong, lalu mengambil pulpen di dalam tempat pensil, dan mulai menuliskan nama teman sebangkunya.
𓆝 𓆟 𓆞 𓆝 𓆟
(RE-PUBLISH)
Halo semua! NALAKANA here!
Ini adalah buku prekuel dari NEW YORK IS CALLING YOU yang berlatar tahun 2013.
Namun, kalian boleh baca NYCY dulu baru baca cerita ini atau pun sebaliknya. Karena akan tetap nyambung, bahkan kalau kalian baca hanya salah satunya pun nggak masalah.
Semoga kalian enjoy dengan cerita kali ini ya!
Aku boleh minta vote dan komen yaa supaya aku tau kalian suka sama cerita ini.
Selamat membaca 🙌

KAMU SEDANG MEMBACA
On the Day We Call It Love (ON HOLD)
Romance(PREQUEL NEW YORK IS CALLING YOU) Kehidupan Nala di sekolah menengah berubah drastis ketika sahabatnya diam-diam mencalonkan dirinya sebagai wakil ketua OSIS. Nala harus bekerja sama dengan Adnan, seorang siswa berprestasi dengan segudang impian. Se...