CHAP 4

11 1 0
                                    

Situasi pun menjadi canggung.

Setelah beberapa menit kemudian, Seperti biasa, Eugene ketika tidak ada yang mengajak dia berbicara dia akan cepat bosan. Dia ingin mengajak Haris untuk ngobrol tetapi dia tidak enak apalagi barusan saja dia sudah menolak Haris. Untung saja Haris tiba-tiba memulai pembicaraan dengan Eugene, "Eugene," panggilnya.

Mendengar nama dirinya yang dipanggil oleh orang di sampingnya, Eugene langsung memutar kepalanya ke arah wajah Haris. "Kenapa?"

"Eee anu ... Kamu nggak dicariin orang tua kamu? Ini udah malem loh, nanti kalau kamu dimarahin orang tua kamu gimana?" Ucap Haris dengan nada khawatir serta sedikit nada canggung karena kejadian penolakan tadi.

"Aku tinggal sendirian."

Jawaban Eugene membuat Haris tercengang, jarang-jarang dia melihat seorang perempuan yang masih berumur 17 berani untuk tinggal sendirian. Dia sendiri saja sebenarnya masih lumayan takut untuk tidur sendirian.

"Kok bisa? Kamu nggak takut atau gimana gitu?" Tanya Haris.

"Ya takut sih ... Cuma yaudah lah udah nasib disuruh ngerantau."

Haris menaikkan alisnya—membuat ekspresi kaget. "Lah kamu disuruh toh? Kukira inisiatif sendiri."

Eugene membuat ekspresi lebih kaget lagi karena Haris mengira dia alias Eugene akan berinisiatif untuk merantau. "Heh, mana berani aku buat ngerantau sendirian, apalagi aku perempuan begini, ini saja aku sebenarnya dipaksa"

Haris hanya terdiam sambil memikirkan kenapa bisa orang tua Eugene menyuruh bahkan sampai memaksa Eugene untuk merantau sendirian.

Haris tiba-tiba teringat dengan Jevan, dia masih tinggal bersama orang tuanya tetapi orang tuanya tidak peduli dengan dirinya, bahkan mungkin terkadang Jevan lupa dia ada orang tua.

Haris yang tidak mau pikiran nya membandingkan-bandingkan nasib Eugene dengan nasib Jevan pun langsung mencoba mengganti topik pembicaraan dengan Eugene.

Untung saja Haris tiba-tiba teringat bahwa dia belum mendapatkan nomor WHATSAPP Eugene. Haris langsung bertanya ke Eugene, "Gene, minta nomor WHATSAPP mu dong."

"Oh boleh-boleh," jawab Eugene.

Haris mengeluarkan handphone miliknya. Eugene yang melihat handphone Haris keluar dari tasnya serta membuka aplikasi chatting berwarna hijau itu pun langsung menyebutkan nomor WHATSAPP miliknya, "0821*****."

Tangan Haris mengetik nomor-nomor yang ada di keyboardnya seiring dengan Eugene menyebutkan nomor WHATSAPP miliknya. "Oke thank you," Ucap Haris

Eugene mengangguk dan berkata, "kamu mandiri ya—ngetik nomornya pakai tangan mu sendiri, nggak kayak si Satya, dia mah nyuruh aku ngetikin."

Haris membuat ekspresi terkejut sedikit mendengar bahwa ternyata Satya telah mendapatkan nomor WHATSAPP Eugene duluan. Eugene sedikit bingung melihat Haris yang terlihat terkejut, dia akhirnya bertanya, "Kok kamu kayak terkejut gitu sih? Ada yang aneh kah?"

Haris mengubah ekspresinya lagi menjadi ekspresi jengkel sepertinya ekspresinya itu mengarah ke Satya. "Aku kira, aku yang pertama kali mendapatkan nomor mu, ternyata Satya, cih."

Eugene hanya tertawa melihat ekspresi Haris yang menurut dia lucu. Haris yang melihat Eugene tertawa langsung melelehkan ekspresi jengkelnya dan langsung tersenyum manis.

Setelah obrolan antara mereka berdua, Raka dan Yodha pun kembali dari warung itu dan membawa beberapa jajanan. Yodha terlihat terburu-buru seperti sudah ada yang menunggunya.

Yodha mengambil tasnya yang kebetulan berada di samping Haris. "Weh, Ris, Eugene, gue pulang duluan ya. Udah dijemput tuh," Ucapnya sambil melambaikan tangannya.

MYSTERY SCHOOL|ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang