CHAP 1

34 3 0
                                    

SMA Holloraven, bagi beberapa orang pasti nama ini familiar di telinga mereka. Karena dulu, ada pembunuhan di sekolah ini, tentu saja pasti ada beberapa yang mengetahuinya. Hampir setiap murid di sekolah ini tewas, meninggalkan luka besar bagi orang tua para murid yang tewas ataupun siswa yang selamat.

Tapi, entah mengapa, pihak sekolah seperti kurang memberitahukan berita ini, bahkan rasanya, pihak sekolah seperti menyembunyikannya.

Anehnya, siswa yang selamat atau orang tua dari siswa yang selamat tidak terlalu peduli. Karena yang ada di benak mereka adalah,

Yang penting anak ku/aku selamat.

Tapi, tentu saja pasti bakal masih ada murid-murid yang penasaran biang kerok dari kejadian ini, terutama karena tahun kemarin terjadi kasus pembunuhan lagi di sekolah mereka. Jadi, mereka membuat grup khusus untuk murid yang ingin tahu apa yang terjadi saat itu secara detail.

Tapi jangan berharap banyak pada mereka. Grup itu dibuat setahun yang lalu. Tapi sampai sekarang tidak ada diantara mereka yang berinisiatif untuk mencari tahu kebenarannya. Karena, mereka sudah tahu resikonya. Jadi, mereka punya ide.

Mereka ingin menunggu kedatangan murid baru untuk dijadikan 'tumbal', karena sepenasarannya mereka tentu saja mereka masih sangat mengkhawatirkan nyawa mereka. Sayangnya, sejak tahun lalu tidak ada murid baru.

Beruntung, tahun ini mereka akan kedatangan murid baru!

Awalnya mereka berharap murid baru itu cowok, tapi ternyata cewek. Tapi karena mereka bentar lagi akan lulus, terkecuali Raka, karena dia masih kelas 11 sedangkan yang lain sudah kelas 12, akhirnya mereka pun akan menjadikan siswi itu seorang 'tumbal'.

Suatu hari, mereka berkumpul di taman sekolah untuk membicarakan murid baru tersebut.

Taman sekolah

Raka mendekati teman-temannya yang sedang duduk santai di bawah pohon dengan antusias. "Hei, hei, hei."

Satya merespon, "Tumben antusias banget nih, biasanya lemes."

Haris menanggapi, "Ada apa, Rak?"

"Hey, ini bukan gw yang terlalu antusias, mungkin kaliannya yang kudet," jawab Raka dengan nada sombong.

"Kudet? Kudet apaan? Kok ga pernah denger gue?" Haris menanggapi dengan bingung.

"Jompo amat bang" ucap Jayan.

"Kalo butuh kaca, gue banyak nih biar lu ngaca, udah jawab aja lah, kudet tu apaan?"

"Kurang update."

"Oh, bilang kek dari tadi," Haris menyambung lagi. "Heh, kita tuh ga kudet ya. Emang berita apaan sih?"

"Itu loh, katanya di sekolah kita bakalan ada murid baru hari ini."

Haris mendorong kepala adek kelasnya itu sambil menjawab, "Heh, itu mah elu-nya yang kudet, orang berita itu aja udah dari seminggu yang lalu."

Raka pun menganggukkan kepalanya sambil tertawa kecil dan menggaruk kepalanya yang nggak gatal itu. "Eh tapi, itu di kelas kakak ya murid baru nya? Ish, kenapa ya gapernah ada murid baru dikelas gue." Raka memberikan muka cemberutnya.

"Udahlah ikhlasin aja, Rak." Jahran melangkah ke arah Raka dan menepuk punggungnya. "Oiya jadi gimana rencana nya? Deal?"

Ketika yang lain mengiyakannya, Jevan tampak ragu-ragu. Jahran pun melirik ke Jevan. Jevan yang menyadari bahwa Jahran melihat ke arahnya pun langsung berkata, "Ah iya, gue setuju kok."

"Syukur lah, gue kira lu bakal nggak setuju," ucap Jayan sambil melingkarkan tangannya di bahu Jevan. Jevan hanya menjawab dengan mengangguk kecil.

Pas sekali ketika obrolan mereka selesai, bel pun berbunyi. Raka dan yang lain pun berpisah menuju kelas masing-masing.

MYSTERY SCHOOL|ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang