Part 2

269 26 8
                                    


Lavanya tidak habis pikir, suasana masih pagi tapi sahabatnya itu ada saja tingkahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lavanya tidak habis pikir, suasana masih pagi tapi sahabatnya itu ada saja tingkahnya. Yah mau bagaimana pun Lavanya sangat menyayangi kedua sahabatnya walaupun harus setiap hari kepalanya pening akan tingkahnya dan suaranya yang melengking.

Eits tapi nya, lo juga sebelas duabelas sama mereka.

"Dek, woi ayo turun" Teriak Sebastian kakak Vanya yang terpaut usia beda 3 tahun, berbeda dengan kehidupan mami dan adiknya, Sebastian atau Bastian ia lebih mengikuti jejak papinya yang bekerja di perusahaan, berkat usaha nya serta ilmu nya yang didapat saat kuliah ia mencoba merintis dengan membuat perusahaan kecil tapi masih dibawah payung perusahaan papinya sebut saja ia CEO muda.

Lavanya menatap tajam kakaknya "Di depan pintu gak usah teriak, dikira budek apa" Decak Vanya, ia mengambil langkah duluan meninggalkan kakaknya yang mengikuti dari belakang. "Makanya lo cepat turun biar yang lain nggak nunggu lama" Sahut kakaknya nggak mau kalah. "La lo la lo, nggak ada sopan banget sih kak! aku aduin ke papi mami ya" Bastian itu sangat jahil, korban kejahilan sehari-harinya itu adek bontotnya kesenangannya adalah melihat Anya kesal.

"Nye nye nye cepu lo" Ejeknya lagi.

"ISHHH MAMI PAPI KAKAK LOH NGGAK SOPAN BANGET!" Adu Anya.

"KAKAK NGGAK USAH JAHILIN ADEKNYA" Teriak mami dari dapur.

"Wlek rasain huuu" Anya berbalik badan, merasa menang ia pun menjulurkan lidahnya kearah kakaknya. Bastian yang kegemasan pun mengacak rambut adeknya dan langsung ngebirit lari kabur dari amukan adeknya lagi.

"KAKAK ISHHHH" Teriak Anya lagi, ya gimana gak kesal rambutnya yang sudah ia styling dengan cantik malah rusak karena ulah kakaknya.

Tawa bastian menyembur namun kakaknya itu kembali menghampiri Anya, ia berbisik "By the way, tamu kamu udah di bawah" Setelahnya ia berjalan duluan meninggalkan Anya yang terdiam mencerna ucapan kakaknya.

"Tamu? kayaknya gue gak ada ngundang orang deh" Gumamnya namun kakinya tetap melangkah menuju ruang makan untuk sarapan.

****

"Ian, maafin anak-anak mami ya. Kebiasaan banget pagi-pagi pasti bertengkar kecil. Kakaknya tuh seharian cuma kerja dan pulangnya malem terus, makanya selalu kangen sama adeknya" Ucap Mami Sabrina mencoba menjelaskan situasi rumahnya yang ribut karena ulah anak-anaknya. Adrian hanya tersenyum dan mengangguk walaupun ia sudah keringat dingin karena duduk bersebrangan dengan Papi Vino, pria pesona matang itu sedang asyik membaca sesuatu dari Ipad nya dengan satu tangannya yang memegang cangkir kopi wajahya tegas membuat nyali Adrian sedikit ciut saat sesi interview tadi, yah walaupun sudah lolos seleksi dari Mami Papinya Anya.

Tapi tunggu, sejak kapan Adrian bisa akrab dengan orang tua Lavanya? Alih-alih memanggil tante atau om Sabrina menyebut dirinya "mami" kepada Adrian.

Ian, udah seberapa jauh lo mainnya? wkwkwk

Accidentally, Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang