27 • Lidah Pendendam

2.4K 431 150
                                    

Dilarang keras untuk melakukan plagiasi pada cerita ini. ⚠️

> OED <
> 27 — Lidah Pendendam <
pelis.. aku punya pertanyaan dibawah... tolong jawab pelis...

Tutur kata bagai mantra, setiap kali kalimat pintaannya akan dituruti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tutur kata bagai mantra, setiap kali kalimat pintaannya akan dituruti. Jika ia inginkan sesuatu, maka itu harus jadi miliknya.

Sang dambaan dalam jangkauannya, hanya sedikit lagi ia bisa miliki sosok yang selalu dipuja banyak werewolf.

Bekas pijakan yang panjang siap meninggalkan wilayah salju demi menuju ke barat, menjemput sang pujaan yang belum pernah ia lihat, Lunè.

Hati riang di setiap langkahnya, prajurit pun senantiasa jalan disisinya berjaga-jaga jika ada seseorang yang incar nyawanya sebab ialah calon Alpha King Licoln dalam beberapa bulan lagi.

Penerus raja selatan itu sama sekali tak pernah puput bayangkan bagaimana rupa seorang Lunè yang lisan khalayak katanya ia amat berbinar dengan pujaan dan cantik.

Mabuk dengan angan-angannya tentang kecantikan, radar yang menuli, ia tak sadar empat telapak tengah melangkah cepat semakin mendekat.

Salju putih yang ternoda, murni yang bercorak anyir.

Gaduh lantang menggelegar yang tarik atensi, terutama sang pemimpin; Deon yang menuntun jalan mereka.

Mata yang melebar ekspos keterkejutannya, satu prajruritnya sudah banyak kehilangan darahnya dari lengan yang tercabik gigi runcing.

Urat yang langsung menjalarkan cuatannya, geraman serta rahang yang mengeras tertuju pada sosok pelaku tak jauh dari sana.

Wolf pun mengepung dia yang menjadi pelaku. Menjadi pusat pada tengah lingkaran ancaman, namun serigala berbulu hitam pekat itu tak tunjukan reaksinya. Miliki tubuh serigala yang lebih besar dua kali lipat dari serigala biasanya, iris mata merah yang menelan keberanian pun tatap menghunus pada Deon didepan sana.

Tunduk dengan gemetaran, feromon tekanan mengudara pekat walaupun terkontiminasi salju kecil yang turun.

Takut, tubuh Deon gemetar terintimidasi. Tubuh yang kelu, kakinya pun sendat untuk melangkah mundur kala serigala berbulu legam itu melangkah semakin mendekat padanya.

Cakar yang mencuat tajam, dalam sekejap sudah cabik bahunya hingga tak tertahan ia berteriak sakit dengan kuat. Tubuhnya pun ambruk diatas muka salju, jeritannya menggelegar lagi kala bahu yang terkoyak ditekan hingga tenggelam dalam halusnya salju.

Odd El DestíTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang