26 • Dialah Iblisnya

2.6K 488 310
                                    

Dilarang keras untuk melakukan plagiasi pada cerita ini. ⚠️

> OED <
> 26 — Dialah Iblisnya <

"Baguslah, lihat bagaimana makhluk menjijikan itu kehilangan kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Baguslah, lihat bagaimana makhluk menjijikan itu kehilangan kepalanya."

Rasakan senang perasaan berbunga yang hanya sesaat, dalam sekejap bunga-bunga yang ia rasakan mati layu. Mata bergetar pandang sosok Alpha dihadapannya sana, tengah genggam sebuah pedang dan kian mendekat. Dada yang menggebu takut menyeruak buat wajahnya pasi.

"Jangan lakukan itu." Bergetar suaranya berkata.

Pijar yang tercipta dari bilah mata pedang yang menyeret tanah saat Deon semakin mendekat. Sorot tajam yang sama sekali tak pernah mengendur turun pandangi kedua insan dihadapannya. "Beranjak dari sana kalau kau tak ingin ikut kehilangan kepalamu."

"Tidak, tak boleh!" Larang Kara dengan berang, suara yang meninggi buat ia kehilangan suara pada akhir katanya yang terucap.

Lengan kecil yang cepat melingkar pada leher pucat yang menjadi incaran, ia tutupi leher itu dengan kedua lengannya. Tak ada waktu untuk bulir beningnya terkumpul, itu langsung luruh dengan deras. "Tolong jangan lakukan ini, Alpha." Terisak dia diselang mohonan, dua mata indah jatuhkan kesedihannya pada bahu tegap dihadapannya.

"Tak ada waktu, seseorang akan menjemputnya sebentar lagi. Menyingkir dari sana, Omega."

Pelukannya semakin kencang, begitu juga dengan tangisannya. Kata 'Tidak' dan 'Tak mau' terus diucapkan dengan putus asa.

Rungunya jelas dengar suara tangisan putus asa itu, dirinya sudah beberapa kali juga balas keputusasaan itu dengan kata 'Tak Apa'.

Gemilang pedang yang menghunus udara, atensi pun cepat teralihkan kesana. Tubuh kecil yang tengah diatas pangkuan spontan menegang kaku, begitu juga dengan iris gelap Daimon yang langsung memandang pada Deon yang sudah angkat tinggi pedangnya.

"Aku akan membalas setiap darah yang dia teteskan. Lakukan, ayunkan pedangmu padanya. Kastil es mu akan kujadikan kastil yang terlahap api semalam."

Iris yang bersinar diremangnya cahaya, manik merah menyala memandang menusuk padanya. Lengan Deon yang terangkat pun mematung sesaat sebelum ia turunkan kembali pedang yang ia genggam siap menebas belulang tadi.

Tubuh kecil yang senantiasa memeluk dirinya sembari terisak deras. Bilah bibirnya pun dekati cuping rungu empu, "Tak apa," bisiknya halus.

Odd El DestíTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang