28 • Kobaran Api Semalam

2.6K 443 170
                                    

Dilarang keras untuk melakukan plagiasi pada cerita ini. ⚠️


Thankyou giys yang sudah bantu cariin oanggilan Kara kemarin🙆🏻‍♀️❣️ Banyak banget guys sampai bingung mwehe😋 Tapiii... Aku udah dapat satu🤭



> OED <
> 28 — Kobaran Api Semalam <

Langkah tertatih dengan susah payah tahan ringisannya akibat bahu empunya yang terluka parah diremas kuat selama perjalanan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Langkah tertatih dengan susah payah tahan ringisannya akibat bahu empunya yang terluka parah diremas kuat selama perjalanan mereka. Menuntun jalan dengan rasa terancam pun buat terus sulit telan salivanya.

"D-di bawah sana," beritahunya dengan sedikit gagu pada pria lebih tinggi disisinya.

"Kau ikut denganku." Telapak lebarnya sengaja remat luka yang ia ciptakan sebelumnya, bawa jalan mereka turuni anak tangga menuju penjara bawah tanah milik kastil selatan itu.

Ditengah anak tangga yang mereka turuni rasa sakit yang Deon terima buat amarahnya tak terkontrol, lenga lainnya yang tak miliki luka sebagai hambatan, ayunkan tangannya demi tepis tautan remat yang terus tekan lukanya.

Tautan yang terlepas, iris Riebel pandang tak beriak pada Alpha yang berjalan di hadapannya. "Kau harusnya tak melakukan sesuatu yang membuatku kesal."

"Kau terus meremat bahuku yang terluka selama perjalanan tadi." Sahut bela diri dari Deon, walaupun kaku kakinya mengambil langkah pelan untuk menjauh.

Cekatan tahan pergerakan Alpha itu dengan cepat, himpitkan punggungnya pada sisi dinding. Kikis jarak mereka hinggi sangat tipis. Lagi, Riebel tekan jejak luka itu kuat dengan satu tangannya, sedang tangan kirinya melingkar dari balik tubuh itu hingga sentuh perut si empu.

"Apa yang kau lakukan jika ada seseorang yang membuatmu kesal?" Suaranya rendah tersirat penantian inginkan balas dendam atas tumpah rasa sakitnya di masa lalu.

Deon menggeleng dengan wajahnya yang sudah tahan rasa sakit, peluh keringat pun tak luput menghias wajah tegasnya. "Kh- Tak, tak ada. Menjauhlah, kau ingin segera jumpa iblis itu kan? Menyingkir dariku, dan cepat selesaikan urusanmu."

"Setelah dengan iblis itu, aku punya urusan denganmu." Rematan pada tangan yang lengannya tengah melingkari tubuh Alpha itu pun cekau kuat kelima kukunya pada perut rata itu.

Deon mengaduh, sontak tangannya sentuh tangan lain yang tengah berusaha mencabik dirinya dengan gunakan kuku tumpul.

"Rgh-" Deon cengkram tangan yang semakin kuat ingin merobek perutnya, "Hentikan," pintanya tersendat kemudian. Rasa perih menyeruak sesaat kala Ribel berhasil ciptakan luka disana, erangan sakit pun penuhi ruang gelap itu

Riebel telisik jelas air wajah kesakitan itu, senyumnya mengembang puas, jemari yang sudah berhasil bukakan luka pada perut itu akhirnya lepaskan tautannya. Hanya sesaat ia biarkan Deon bernafas lega, sebelum ia dorong tubuh itu hingga jatuh turuni anak tangga dengan cepat.

Odd El DestíTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang