Chapter 07 | Dark Secret

359 34 3
                                    

Hi hii. Guys, jangan lupa pencet VOTE. vote ngaruh banget sama mood aku. Disini vote ga ada setengah nya dari yang baca. Cuma pencet vote aja kok, gratis.

°°

📍 Amsterdam, Belanda, 23 Desember 2025, 20:22

Malam yang dingin, menembus kulit Lalisa sampai ke tulang nya. membungkus tubuh nya dengan 2 selimut tebal sekaligus bukan opsi yang buruk. menenggak segelas coklat panas, menonton film special Natal. Seperti, Home alone, The Polar Express, dan The Best Man Holiday kesukaan nya. yang di bintangi oleh Taye Diggs, Regina Hall, dan Terrence Howard.

Namun apa daya, semua itu hanyalah delulu nya. Ia harus berada di kantor untuk menyelesaikan pekerjaan nya yang terbengkalai. menatap komputer nya yang tengah menampilkan beberapa laporan yang Gheeban berikan tadi pagi.

"Menyebalkan. benar benar keparat." Mengumpat. Kata kata kasar terus meluncur tak terhentikan dari bibirnya sejak beberapa jam lalu. Ia benar benar lelah.

Ketukan pintu membuat perhatian nya teralihkan. menatap monitor di samping nya, yang menampilkan seorang pria tengah berdiri di depan pintu ruangan nya lewat doorcam. Merasa tak mengenal pria tersebut, Lalisa beralih mengambil kunai nya yang berada di laci meja kerjanya, lalu menekan tombol merah di samping komputer guna membuka pintu.

Masuklah pria itu. Rahang tegas, Bulu wajah yang halus dan tertata, hidung mancung, mata biru yang memikat, hampir membuat Lalisa lupa diri. Tangan Lalisa yang sebelumnya menggenggam kunainya erat, kini mengendur. Kenapa di Doorcam pria itu terlihat agak berbeda hingga Lalisa mengenali.

"Hampir saja kunai ini menusuk dalam jantungmu." Pria berambut maroon itu terkekeh berat, beralih mendudukan dirinya di sofa panjang yang berada di sudut ruangan, sedikit membuat jarak antara Lalisa dan dirinya.

"Penampilan mu agak berbeda." Lalisa memilih melanjutkan pekerjaan nya. Kembali fokus ke layar di depan nya.

"Lebih tampan?" melirik sekilas pria tersebut, lalu mengangguk singkat. Lalisa tidak suka berbohong, walaupun nanti si pria bersombong diri, Lalisa tidak masalah.

Helaan nafas panjang dari pria itu terdengar jelas, membuat Lalisa menoleh sekilas.

"Selesaikan pekerjaanmu. Dan segera bunuh Arthur. Dia harus mati malam ini jika kau lupa." Kini helaan nafas keluar dari Lalisa. Ia benar benar tidak bisa bersantai. Pekerjaan lebih berat kini menunggunya.

"Datang kesini hanya untuk mengingatkan ku jadwal kematian ayahmu sendiri?"  pria tersebut mengangguk dengan tawa tipisnya, seolah dia juga tidak mempercayai tindakan konyolnya yang datang hanya untuk mengingatkan Lalisa akan kematian ayah nya.

"Menyedihkan sekali dirimu, Mr. Arrt Bastjin Bezuidenhout." Pria bernama Arrt itu bangkit dari duduknya, lalu berjalan menghampiri meja Lalisa.

Menompang badan dengan kedua lengan nya, Arrt menatap Lalisa yang masih sibuk bergelut dengan komputer nya.

"Arthur harus cepat cepat mati. Aku tidak tahan berlama lama bersama nya di dunia ini. Gerah." Lalisa tersenyum miring. Lalu beralih bangkit dari duduknya. Pekerjaan nya telah ia selesaikan, sekarang ia harus mengabulkan permintaan Arrt yang sudah merengek dari 5 bulan lalu tentang pembunuhan ayah kandung nya sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Past Killer | Lizkook✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang