8. 119

222 28 19
                                    

"Naf! Dengerin dulu!"

"Apa?" Nafa membalikkan tubuhnya dan menatap Revan didepannya dengan kedua mata yang membulat dan wajah yang sudah merah padam. Hari ini Nafa sangat marah pada Revan.

Revan hendak menyentuh tangan Nafa namun Nafa menepisnya, "Kamu jangan marah, dia cuma masa lalu aku!" Tegas Revan.

Nafa berdecak dan menggelengkan kepalanya tak percaya, "Masa lalu tapi kamu liatin dianya tuh penuh akan cinta! Kamu aja belum pernah natap aku sebegitu teduhnya!" Pekik Nafa dengan tinggi.

Revan menghembuskan nafas frustasi. Dia saja benar benar tidak sadar akan tatapan memuja yang dia berikan pada Zahra. Revan benar benar tidak sadar, sumpah! Semua diluar kendali dirinya. Pantas saja sepanjang jalan sepulang dari Hypermart itu Nafa diam saja tidak merespon obrolan Revan. Rupanya sang istri tengah merajuk karena cemburu.

Jujur saja Nafa cemburu pada Zahra, dia sama sekali tak menyangka jika Revan masih memiliki perasaan terhadap Zahra. Nafa sudah berusaha untuk membuang fikiran buruk akan kesetiaan Revan namun dari tatapan Revan pada Zahra mencerminkan semuanya. Tanpa dia cari tahh pun, Nafa sudah tahu dan paham bahwasannya hati Revan masih tertinggal dimasa lalu.

Masa lalu yang sengaja Revan tinggalkan itu ternyata masih meninggalkan kesan indah pada lubuk hati Revan dan Nafa jelas tak ada disana. Nafa memijat pelipisnya yang sedikit pusing saat Revan sudah menggenggam tangannya dan wajahnya terkesan sangat panik menghadapi Nafa yang marah seperti ini. Nafa bukanlah seorang wanita yang kalau marah diam, nyatanya Nafa akan menyuarakan kekesalannya saat itu juga.

"Naf--aku bener bener enggak sadar tadi, Nafa tapi beneran sumpah aku udah enggak ada apa apa lagi sama dia." Lirih Revan yang kini sudah menggenggam tangan Nafa.

"Kalau kamu mau sama dia, silahkan Mas! Aku nggak akan larang!" Tegas Nafa yang langsung melepaskan genggamannya dari Revan.

Nafa menghembuskan nafas kasar dan berlalu dari sana. Nafa dengan terburu buru langsung masuk kamar sampai suara debaman pintu bisa Revan dengar. Revan menyugar rambutnya dan menghembuskan nafas berat. Sekarang dia harus bagaimana? Belum genap sebulan hubungan rumah tangga mereka sudah dilanda badai yang Revan buat atas dasar ketidak sadarannya. Mau secinta apapun Revan pada Zahra, mereka tak akan bisa bersama. Harusnya Nafa tahu akan itu.

"Tolol lo, Revan!" Maki Revan pada dirinya sendiri.

Revan mendaratkan bokongnya pada sofa disana, dia segera mencari kontak Jafran disana.

"Ape?"

"Bini gua ngadar, Jaf! Anjir ini gimana?!!!" Pekik Revan.

Terdengar suara tawa disebrang sana dari Jafran dan hal itu membuat Revan semakin kalut, "Jangan ketawa ya, bangke!"

"Marah kenapa dah?"

Revan menceritakan dari awal saat dia bertemu dengan Zahra di parkiran dan beberapa kali pun Revan bersumpah bahwa dia tidak sadar menatap Zahra dengan tatapan memuja. Memang Revan akui Zahra tadi sangat cantik sampai dia lupa bahwa disebelahnya dia ada sang istri.

"Emang cewek kalau udah bukan milik kita lagi tuh cantiknya pake banget!"

"Ye Malih! Bukannya cari solusi!"

"Ajak belanja aja dia--"

"Nggak mempan, tadi gua ajak tapi dia tolak!"

"Ajak liburan deh!"

"Kemana?"

"Eropa kek, Korea kek! Kemana aja, lo pada belum bulan madu kan?"

Revan terdiam mendengar pertanyaan Jafran. Bagaimana bisa dia bulan madu sementara dia saja saat hendak melakukan itu masih membayangi Zahra. Revan rasa itu akan percuma bahkan untuk menyentuh Nafa lebih dalam lagi pun Revan belum siap, lalu untuk apa dia bulan madu? Itu bukan solusi.

Love In Trouble : Revan | RENJUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang