persona | 2

379 94 20
                                    

Satu semester berlalu.

Lobi utama sekolah menjadi titik henti setiap mereka yang berlari terburu-buru. Daftar nama siswa dari peringkat pertama hingga terakhir kelas maupun paralel tayang pada layar lebar di atas sana, berganti slide tiap sepuluh detik.

Seluruh siswa dapat menyaksikan.

Chaeyoung bahkan sudah berdiri selama hampir tiga puluh menit di tempat yang sama, di bagian tengah depan dari kerumunan—barangkali matanya agak kelainan. Dan, selama itu pula, setiap slide pertama disajikan, daftarnya tak berubah.

Ia melihat namanya masih berada di posisi yang sama.

1 | Jung Jaehyun
2 | Park Chaeyoung
3 | Jung Chaeyeon
4 | Kim Yerim
5 | Kim Mingyu
6 | Cha Eunwoo

Peringkat dua.

Dua?

Dua.

Dua?

Dua.

Bukan satu seperti biasanya?

Bukan.

Apa aku tidak salah lihat?

Kamu sudah memelototi daftarnya selama dua puluh delapan menit sembilan detik, Chaeyoung.

"Sialan!" umpatnya, geram.

Tidak ada keramahan mendekam di muka sebagaimana yang kerap ia perlihatkan di depan kawanannya. Ia nampak dingin dan penuh ambisi, mengepalkan kesepuluh jemari.

"Wuah! Lihat! Ini bahkan baru satu semester, tapi dia sudah berhasil mengambil tahtamu, Chaeyoung."

Yerim, di sebelah Chaeyoung, melipat tangan di depan dada dan meraba dagu. Terkesima luar biasa.

"Bagaimana ini? Kamu harus menyerahkan Piala Prestasi pada murid pindahan itu saat Pesta Akhir nanti. Hei! Chaeyoung! Tunggu aku!"

Tanpa peduli seruan Yerim di belakang, Chaeyoung berjalan tidak santai menuju kelasnya lalu menuju bangkunya. Tas diambil, didekap erat. Kaki dilangkahkan mantap menuju barisan bangku belakang.

Penghuni bangku belakang banjar dua didatangi. 

"Minggir!"

Murid laki-laki berbadan lebar dan berkaki jakung mendongak, nampak mengerutkan dahi sejenak lalu beranjak. Ia menepuk keras bahu seorang kutu buku, mengisyaratkan laki-laki berkacamata tebal itu untuk menempati bangku kosong barisan depan yang Chaeyoung tinggalkan.

Benar.

Sejak saat itu, bangku yang konon dikhususkan untuk seorang Park Chaeyoung—putri semata wayang donatur terbesar sekolah ini sehingga tidak satupun berani mendudukinya—kini diduduki oleh sembarang murid.

Sementara, Chaeyoung di sini, di barisan yang biasanya diisi oleh kaum-kaum pemalas dan ngantukan.

Senyum tipis terulas miring kala menatap bangku kosong yang berjarak satu meter darinya. Chaeyoung lirik arloji di lengan kiri. 

Lima menit lagi, dia akan datang.

Ya, diam-diam, Chaeyoung hapal. Penghuni bangku itu selalu tiba satu menit sebelum bel berbunyi.

Pintu terbuka.

Akurat.

Dia benar-benar datang. Dengan seragam yang seluruh kancingnya dibuka, menampilkan kaos hitam pas di badan. Dengan ransel yang hanya menggantung di bahu kanan. Dan, dengan tangan menghuni sepasang saku celana.

PERSONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang