Pesta ini diadakan setiap akhir semester; bernuansa semiformal; dibuka dengan upacara singkat di awal pada sore hari; dilanjutkan dengan hiburan dan perjamuan pada malam nanti.
"Penyerahan piala prestasi bergilir siswa angkatan 2023. Kami memanggil: Siswa Park Chaeyoung kelas 2-2, peringkat pertama paralel semester dua; dan Siswa Jung Jaehyun kelas 2-2, peringkat pertama paralel semester tiga."
Usai suara pembawa acara menggemakan gedung aula, datang Chaeyoung dari sisi kiri, berjalan membawa nampan bertaplak hitam dengan piala menjulang di atasnya; sedang dari sisi kanan, datang pula Jaehyun, berjalan santai membawa kepercayaan dirinya.
Mereka bersegaram rapi, naik ke atas panggung dan menjadi pusat atensi ribuan siswa. Kilat lampu blitz bersahutan dengan riuh tepuk tangan manakala mereka berdiri berhadapan lalu Chaeyoung menyerahkan piala di tangan kepada Jaehyun.
Tersenyum, Chaeyoung ulurkan tangan kanan perlahan, "Selamat, Jaehyun."
Dijabat Jaehyun erat.
Tanpa kata, tanpa senyum, Jaehyun hanya menatap. Dan, sebagai yang ditatap, Chaeyoung yang merasa aneh segera memutus kontak mata berikut menarik tangannya.
"Wah, baru kali ini ada yang bisa menggeser Chaeyoung. Ini menarik."
"Kudengar selama ini dia selalu yang teratas."
"Hm. Tapi, semua orang tahu, kalau di atas langit ternyata masih ada langit."
"Banyak orang bilang, dia dilahirkan sebagai peringkat satu."
"Aku tidak percaya itu. Dia bahkan hanya memanfaatkan orang-orang untuk menjadi peringkat satu, termasuk memanfaatkan kuasa orang tuanya."
"Hahaha! Lihat wajahnya! Jelas dia merasa malu."
"Ngomong-ngomong, wajahnya tidak terlalu buruk."
"Siapa?"
"Jung Jaehyun."
Upacara selesai. Yerim mematikan fitur perekam suara pada ponselnya yang sedari tadi ia nyalakan, lalu bergegas meninggalkan kursi menyusul Chaeyoung yang lebih dulu melenggang pergi.
Di sini mereka sekarang. Di sebuah koridor. Chaeyoung dengarkan hasil rekaman dari ponsel Yerim menggunakan earphone tanpa kabel. Tidak ada ekspresi berarti. Rautnya datar dan tatapannya dingin.
"Yerim."
"Ya?"
"Ayo pergi ke mall."
Namun, Yerim tahu, ketika mall sudah menjadi tujuan Chaeyoung berarti temannya itu sedang super kesal. Senyum tipis terulas di bibir Yerim manakala berjalan di sebelah Chaeyoung menuju sebuah mobil mewah yang telah siaga di depan lobi utama sekolah.
Menjelajah, memasuki gerai demi gerai, memilah, membeli barang-barang mewah, dan membeli dua yang tak terlalu mewah.
Dua kotak kecil berisi dua pasang anting. Chaeyoung bilang, "Berikan pada Jihyo dan Eunha."
Satu kotak lagi berisi kalung. "Untukmu."
Dari sini, Yerim paham bahwa tak hanya bisa membuat hati senang dengan membeli barang-barang yang diinginkan, uang juga bisa membeli mulut berisik para manusia.
Malam itu, pada acara hiburan dan perjamuan di mana setiap siswa hadir dengan menggunakan busana terbaik mereka, tidak terdengar lagi gunjingan menyebalkan tentang Chaeyoung.
Park Jihyo dan Jung Eunha malam itu justru menjadi dua yang paling antusias menyambut kehadiran Chaeyoung.
"Omo! Omo! Tuan Putri kita malam ini benar-benar berkilau. Bukankah begitu, Eunha?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PERSONA
FanfictionChaeyoung bersumpah, dua tahun sekelas dengannya nanti, ia akan menganggap makhluk cuek itu tidak ada. tapi, kalau prinsipnya adalah dekati orang-orang cerdas supaya ketularan cerdas sedangkan makhluk itu adalah siswa paling cerdas, ia mesti apa? an...