Zefanya Halmahera wanita desa dengan segala kesengsaraan di hidupnya, wanita yang terlahir miskin hingga kini.
Tertidur setelah membaca novel 'The empress of country X' dan setelah mensumpah serapahi sang authorlah ia mendapat karma yang membuatnya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Matahari bersinar terlalu bersemangat,untunglah para awan bersedia menghalau pancaran sinarnya, ditambah angin yang berlalu lalang dengan damainya,menjadikan cuaca sore ini terasa cerah dan sejuk disatu waktu.
Membuat Hera bersemangat untuk berjalan kesekeliling pasar yang memang dekat dengan kedai, ditambah ada beberapa kebutuhan yang harus ia beli.
Awalnya ia berniat mengajak putrinya untuk berbelanja, tapi Helen sepertinya sedang sangat sibuk dengan lukisannya, yah...anak itu memiliki keahlian di bidang melukis membuat Hera mendaftarkannya ke padepokan lukis milik tuan Xiao, dan sepertinya itu keputusan yang tepat melihat hasil lukisan Helen yang semakin bagus setiap harinya.
Hera berjalan mendekati gerobak pedagang buah, ia berniat membeli beberapa buah, sejujurnya Hera sangat ingin membuat es buah, tapi sayang sekali di zaman ini es hanya ada saat musim dingin dan itu masi dua bulan lagi, sedangkan menurut Hera es lebih cocok diminum saat cuaca sedang panas 'Huhh...susahnya hidup di zaman ini' keluh Hera.
"Selamat sore Hera, kau semakin cantik saja" Sapa nyonya pemilik gerobak buah itu.
"Sore juga nyonya Mary, kau juga tampak cantik sore ini" Balas Hera membuat perempuan berumur setengah abad itu tersenyum.
"Ahh...kau bisa saja, jadi kau ingin buah yang mana?, semua buah ini segar dan baru dipetik" Ucap Mary.
Hera melihat tumpukan buah itu, dan memang buahnya tampak segar "Aku ingin sekantong apel dan anggur hijau, emm sepertinya mangganya lezat, berikan juga sekantong untuk ku"
"Baiklah, tunggu sebentar ya" Mary dengan cekatan membungkus pesanan mu.
"Oh ya, mengapa kau sendiri, dimana putrimu? " Tanya Mary disela pekerjaannya.
"Dia sedang sibuk melukis, kau tau dia sangat menyukai kegiatan itu, kamarku bahkan penuh dengan lukisannya" Jawabku tersenyum mengingat betapa banyaknya karya putri semata wayangnya itu.
"Ya, kau harus bangga Hera,lukisan putri mu sangat indah aku pernah melihat lukisan milik Helen terpajang pada dinding luar padepokan tuan Xiao,lukisannya tampak seperti nyata" Ujar Mary
"Aku memang bangga padanya, dia putriku yang berbakat" Ucapku membuat Mary menyunggingkan senyumnya.
Mary meletakkan 3 kantong buah pesanan Hera "ini pesanan mu Hera, totalnya 5 keping perak"
Hera mengambil 5 koin perak dari kantung kecil miliknya dan menyerahkannya pada Mary "Ini uangnya, Terimakasih ya"
"Sama sama Hera, besok ajaklah putrimu juga, nanti kuberi potongan harga khusus untuk mu"