Satu

328 31 1
                                    

^

^

^

Shani adalah seorang wanita muda yang baru saja mendapatkan pekerjaan sebagai guru di sebuah sekolah dasar di pinggiran kota. Membuat dirinya harus mencari sewaan rumah dekat sana. Setelah sekian lama mencari tempat tinggal, ia akhirnya menemukan sebuah rumah tua dengan harga sewa yang sangat murah.

Meskipun terlihat sedikit suram dan tua, Shani merasa rumah itu memiliki pesona tersendiri yang membuatnya tertarik untuk menempatinya.

Suatu pagi yang cerah, dengan semangat baru, Shani tiba di rumah tersebut dengan truk penuh barang-barangnya. Rumah itu berdiri megah di ujung jalan, dengan dinding batu berlumut dan jendela-jendela besar yang tampak seperti mata yang mengawasi.

Pintu kayu berat berderit saat ia mendorongnya terbuka, mengungkapkan ruang tamu yang luas dengan perabotan antik yang masih tertinggal dari penghuni sebelumnya.

"Wow, keren banget. Kalau gini aku pasti betah di sini." Monolognya sembari mengitari pandangannya ke segala arah.

Shani berjalan keliling rumah, mengamati setiap sudutnya. Dinding-dinding berlapis kertas dinding tua yang mengelupas, lantai kayu yang berdecit saat diinjak, dan perabotan yang tampak usang namun tetap kokoh.

Ia merasakan campuran antara keanggunan masa lalu dan ketakutan akan rahasia yang mungkin disembunyikan rumah itu.

Di lantai atas, ada tiga kamar tidur dan satu kamar mandi. Kamar tidur utama memiliki jendela besar yang menghadap ke halaman belakang yang dipenuhi rumput liar.

Sementara itu, dua kamar lainnya lebih kecil, namun salah satunya memiliki suasana yang agak aneh dengan tirai yang selalu tertutup rapat dan boneka-boneka tua yang tersusun di rak.

Malam pertama Shani di rumah itu berlangsung damai. Setelah lelah mengatur barang-barangnya, ia tertidur pulas di kamar utama. Namun, sekitar tengah malam, ia terbangun oleh suara langkah kaki yang pelan namun jelas terdengar dari lantai atas.

"Tok... tok... tok..."

Shani terdiam, menahan napas, mencoba mendengarkan lebih seksama. Suara itu berlanjut, semakin mendekat, seolah-olah ada seseorang yang berjalan menyusuri lorong menuju kamarnya.

Jantung Shani berdegup kencang. Ia bangun dari tempat tidur dan menyalakan lampu samping tempat tidur, berharap suara itu hanyalah imajinasinya.

Namun, langkah kaki itu tidak berhenti. Dengan keberanian yang terkumpul, Shani membuka pintu kamarnya dan mengintip keluar. Lorong itu kosong, hanya diterangi cahaya remang dari jendela di ujungnya. Tidak ada tanda-tanda siapa pun di sana.

28-06-2024

Rumah TuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang