^
^
^
Keesokan harinya, Shani memutuskan untuk menjelajahi rumah lebih lanjut, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi semalam. Di loteng, ia menemukan sebuah peti kayu tua yang terkunci. Setelah berusaha membukanya, Shani menemukan buku harian milik penghuni sebelumnya.
Ia duduk di lantai berdebu, membuka buku harian tersebut, dan mulai membacanya dengan lebih teliti. Setiap halaman penuh dengan catatan tentang kejadian-kejadian aneh yang dialami oleh penghuni sebelumnya. Salah satu penggalan menarik perhatiannya:
"Tanggal 15 Maret, 1995. Malam ini aku mendengar langkah kaki di lorong lagi. Rasanya seperti ada yang memperhatikan. Aku tahu ini bukan hanya perasaanku. Ada sesuatu di rumah ini, sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan akal sehat."
Shani merinding membaca kata-kata itu. Catatan itu sangat mirip dengan pengalamannya sendiri. Shani terus membaca, mencari petunjuk lebih lanjut tentang asal-usul gangguan ini.
Di halaman terakhir, ada sebuah peta sederhana yang menunjukkan sebuah ruangan rahasia di balik dinding loteng.
Penasaran, Shani mulai mengetuk-ngetuk dinding untuk mencari ruang tersembunyi tersebut.
Setelah beberapa saat, Shani menemukan bagian dinding yang terdengar hampa di baliknya. Dengan hati-hati, dia memeriksa area itu dan menemukan celah kecil di sudut dinding.
Menggunakan pisau lipat, Shani mulai mengungkit papan-papan kayu yang menyembunyikan ruangan itu. Setelah beberapa menit bekerja keras, dia berhasil membuka jalan masuk ke dalam ruangan rahasia tersebut.
Shani menyelinap masuk ke dalam ruangan yang gelap dan berdebu. Hanya berbekal senter dari ponselnya, dia menyapu ruangan dengan cahaya.
Di dalamnya, dia menemukan berbagai barang-barang tua: sebuah ranjang kecil, mainan anak-anak, boneka-boneka rusak, dan foto-foto hitam putih yang sudah memudar. Foto-foto tersebut menunjukkan seorang anak kecil dengan wajah yang tidak bahagia.
Saat keluar dari loteng, Shani dikejutkan oleh suara ketukan di pintu depan. Dia bergegas turun dan membuka pintu, menemukan Pak Gito berdiri di sana dengan ekspresi serius. Pak Gito adalah tetangga di sebelah rumah Shani.
"Selamat pagi, Pak Gito. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Shani.
Pak Gito mengangguk pelan. "Saya pikir ada sesuatu yang perlu kamu ketahui tentang rumah ini, tapi sebaiknya kita bicara di dalam."
Mereka duduk di ruang tamu, dan Pak Gito mulai bercerita. "Rumah ini dulunya milik keluarga Hartono. Mereka memiliki seorang anak perempuan bernama Chika atau lengkapnya Anchika Hartono. Suatu malam, Chika menghilang tanpa jejak. Polisi tidak pernah menemukan tubuhnya, tapi banyak yang percaya bahwa dia meninggal secara tragis di dalam rumah ini."
Shani merasakan bulu kuduknya meremang mendengar cerita itu. "Apa maksud Bapak, bahwa arwah Chika masih ada di sini?"
Pak Gito mengangguk. "Banyak yang percaya demikian. Sejak kejadian itu, penghuni-penghuni setelahnya selalu melaporkan gangguan-gangguan aneh, seperti yang kau alami. Mereka semua akhirnya pergi karena tidak tahan."
Malam berikutnya, Shani duduk di ruang tamu sambil membaca buku harian yang ia temukan. Saat tengah asyik membaca, ia merasakan hawa dingin menyelimuti ruangan. Ia mendongak, melihat sekeliling, dan tiba-tiba matanya tertuju pada jendela besar di ruang tamu.
Di balik jendela, dalam cahaya bulan yang redup, Shani melihat bayangan samar seorang anak kecil berdiri di halaman depan. Hati Shani berdegup kencang, dan rasa takut mulai merayapi dirinya. Ia bergegas mendekati jendela, tapi saat tiba di sana, bayangan itu sudah menghilang.
Dengan perasaan cemas, Shani menutup tirai dan kembali duduk. Malam itu, ia merasa ada yang mengawasinya dari kegelapan, dan untuk pertama kalinya, ia mulai meragukan keputusan untuk tinggal di rumah tua itu.
^
^
^
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Tua
Horrorseorang wanita yang mendapat pekerjaan di pinggiran kota. Memaksa dirinya untuk menyewa rumah. Harga sewa yang jauh dari kata murah didapatkan. Tanpa pikir panjang langsung menyanggupinya tanpa tau ada sesuatu dibalik itu semua.