Empat

152 16 0
                                    

^

^

^

Setelah konsultasi dengan Mbah Freya, Shani merasa ada hal penting yang harus dia temukan untuk menenangkan arwah Chika. Buku harian dan surat yang ia temukan di ruang rahasia mengisyaratkan bahwa Chika adalah korban kekerasan.

Shani memutuskan untuk mencari lebih banyak informasi di perpustakaan kota, berharap menemukan arsip berita atau dokumen yang mungkin bisa memberikan petunjuk lebih lanjut.

Di perpustakaan, Chika meminta bantuan pustakawan untuk mencari artikel lama tentang keluarga Hartono dan kejadian misterius di rumahnya.

Pustakawan membawa Shani ke bagian arsip, tempat berbagai artikel dan kliping surat kabar tersimpan. Setelah beberapa jam mencari, Shani menemukan sebuah artikel dari tahun 1995 yang mengungkapkan detail tentang hilangnya Chika.

Artikel itu menyebutkan bahwa Chika, anak perempuan berusia 10 tahun, dilaporkan hilang oleh orang tuanya. Polisi melakukan pencarian intensif namun tidak pernah menemukan jejaknya.

Artikel juga menyebutkan desas-desus tentang kekerasan dalam rumah tangga dan penyelidikan yang tidak pernah membuahkan hasil karena kurangnya bukti.

Shani merasa bahwa ini adalah potongan penting dalam teka-teki. Dia membawa temuan itu pulang dan membacanya kembali dengan seksama.

Kebenaran mulai terungkap di depan matanya: Chika mungkin telah menjadi korban kekerasan di dalam rumahnya sendiri, dan arwahnya tidak bisa tenang karena ketakutan dan trauma yang dialaminya.

Dengan temuan baru ini, Shani merasa perlu melakukan sesuatu untuk membantu arwah Chika. Dia memutuskan untuk mengadakan sesi komunikasi langsung dengan arwah Chika, mencoba memanggilnya kembali dan memberikan dukungan emosional yang mungkin dibutuhkan arwah tersebut. Shani mengundang Mbah Freya kembali untuk membantunya dalam ritual ini.

Malam itu, dengan suasana yang penuh dengan ketegangan, Mbah Freya dan Shani duduk di ruang tamu, tempat mereka melakukan ritual pertama. Mbah Freya memulai ritual dengan menyalakan lilin-lilin dan dupa, serta mengucapkan mantra-mantra pembersihan.

Setelah beberapa menit, ruangan kembali dipenuhi dengan energi yang berat, menandakan kehadiran arwah Chika.

"Chika, kami di sini untuk membantumu," panggil Mbah Freya dengan suara lembut. "Kami tahu apa yang terjadi padamu. Kami ingin membantumu menemukan kedamaian."

Tiba-tiba, suhu ruangan turun drastis dan suara pelan seperti isak tangis terdengar dari sudut ruangan. Shani merasakan ketakutan yang mendalam namun tetap berusaha untuk tenang.

"Chika, kami tahu kamu takut," kata Shani dengan suara bergetar. "Kami ada di sini untukmu. Kamu tidak sendiri."

Dalam keheningan yang mencekam, bayangan samar seorang anak kecil muncul di sudut ruangan, di dekat jendela. Bayangan itu berdiri diam, menghadap mereka dengan mata yang penuh kesedihan.

Mbah Freya melanjutkan mantranya, mencoba menenangkan arwah Chika dan mengajaknya untuk berbicara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rumah TuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang