Chapter 6

326 43 0
                                    

Sunset

Di pinggiran pantai putih, terdapat dua orang yang tengah asik menikmati hembusan angin. Sembari menantikan sunset yang selalu di nantikan anak senja.

"Udah jam berapa Git?" Tanya Shanca pada sang sahabat

"17.30"

"Hmm... Sebentar lagi sunset dan mata gue tetap gelap"

"Bagaiman perkembangan hubungan lo dan Zee?"

"Masih seperti itu"

"Kenapa lo masih menahan diri sih Shan? Gue tau lo suka Zee dan gue bisa lihat juga Zee punya rasa yang sama kayak lo. Jadi apa yang lo tunggu?"

"Lo tahu kondisi gue seperti apa kan Git, Zee ibaratkan sebuah pelangi, banyak warna indah dan bermakna. Sedangkan gue? Gue cuma langit mendung yang siap menghujani kapan pun bahkan bisa mengeluarkan kilatan petir yang akan menakuti orang"

"Bullshit men, jangan selalu nganggep lo punya sisi gelap doang Shan. Lo juga punya cahaya lo sendiri, ingat sinar yang selalu Lo pancarin lewat kepemimpinan lo yang tegas itu. Jangan lupa selogan sempurna yang orang tetapkan untuk lo Shan. Jangan nyerah, kita pasti bisa mulihin penglihatan lo lagi, gue mau lo percaya diri kayak dulu Shan, jangan terus-terusan terpuruk begini" ujar Gito

"Lo pernah bilang sama gue, 'Setiap hal itu harus kita coba, kalau tidak? Bagaimana kita akan tahu hasilnya?' Terus sekarang gue tanya sama lo? Apakah perkataan itu hanya omong kosong?" Lanjut Gito

Deg~

Perkataan Gito ternyata sukses menyentil hati-nya, ia terdiam untuk beberapa saat sembari mengingat moment saat dirinya merintis perusahaan keluarganya yang hampir bangkrut itu bersama Gito. Sepeninggal kedua orang tuanya, perusahaan mereka sempat ditinggalkan, sampai pada akhirnya Shanca berhasil bangkit dari keterpurukannya. Tentunya selalu ada Gito yang menemani langkahnya, dan Shanca sangat bersyukur akan hal itu.

"Lo pernah lebih hancur dari ini Shan, bangkit Shan...ayo bangkit seperti dulu, kita bisa lewati ini seperti dulu" ujar Gito

"Gue akan berusaha Git. Thanks ya lo selalu jadi garda terdepan dan selalu semangatin gue, lo benar-benar sudah gue anggap saudara sendiri Git"

"Dih alay banget Shan" ucapan Gito pun berhasil membuat keduanya terkekeh.

~~~~

Universitas Empat Delapan

"Zee, di tunggu dokter Aldo di parkiran" ujar salah satu teman kelas Zee

"Weddeh dehhh, bau bau bakal jadian nih" Olla yang tiba-tiba nongol tepat disebelah Zee

"Ck! Jangan asal jeplak ya La" kesal Zee

"Tolong dong bilang pada dokter Aldo, Zee hari ini tidak masuk. Nanti gue traktir lo makan di kantin deh War" sambung Zee berbicara pada Anwar anak kelasnya yang tadi menyampaikan pesan dokter Aldo

"Beneran gak nih?" Tanyanya

"Iya, nih uangnya. Tapi harus buat dia sampai pergi dari sini" Zee seraya menyerahkan 3 lembar kertas berwarna merah

"Oke siap, senang berbisnis dengan nona Zeellena" dengan cepat Anwar menyambar uang yang Zee berikan, lalu ia berlari hendak menjalankan misinya.

"Tega banget lo Zee, kasihan tau dokter Aldo" ujar Marsha

"Yaudah lo aja sono yang nemuin dia" balas Zee

"Ish, kan dia maunya ketemu elo Zeellena...lagian kenapa ditolak mulu sih, kurang apa coba dokter Aldo? Ganteng iya, pintar iya, tajir? Hmm bukan lagi ya walaupun ada yang lebih tajir dari dia tapi dokter Aldo udah spek bagus kok Zee" ucap Marsha kembali

SHANCA INDRA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang