02. Minggu Pagi [Name] dan Halilintar

469 73 73
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

[Name] menghirup udara pagi yang terasa menyegarkan paru-parunya. Senyum secerah mentari ia suguhkan kepada dunia dan seisinya.

"SELAMAT PAGI DUNIA! SALAM HANGAT DARI PLANET A TATA TIGA!" teriak [Name] kepada langit di atas sana, membuat orang-orang yang berada di dekatnya terkejut dengan tingkahnya yang selalu di luar prediksi BMKG.

"Kamu pagi-pagi udah teriak-teriak, siangan nanti mau ngapain? Kayang?" suara perempuan di belakangnya membuat [Name] langsung menoleh. Di belakang sana berdiri seorang gadis sebayanya dengan rambut blonde bergelombang serta manik hijau sehijau rerumputan yang membuat gadis itu terasa seperti keluar dari sebuah novel fantasi.

[Name] kembali tersenyum cerah ketika melihat kehadiran gadis itu. "Pagi Sha-Chan! Wah, hari ini kamu juga buka toko?" tanya [Name] sambil memiringkan kepalanya.

Gadis blonde yang memiliki nama asli Anisha Brahman itu mengangguk pelan. "Iya, hari minggu biasanya ramai pengunjung." jawab Anisha sambil membuka pintu tokonya.

[Name] mengangguk-anggukan kepalanya. "Iya sih, soalnya 'kan hari minggu hari yang pas buat ngedate." ucap [Name].

"... Hari minggu kebanyakan yang datang para pelayat."

"... Dark jokes-mu makin dark, ya."

"Itu bukan dark jokes, memang kenyataannya begitu." Anisha masuk ke dalam tokonya lalu tidak lama keluar dengan membawa satu keranjang yang penuh dengan beberapa tangkai bunga lily merah muda. "Nah, sekarang apa yang membuatmu datang ke tokoku di pukul enam lewat lima, [Name]?" tanya Anisha.

[Name] tersenyum dengan pertanyaan Anisha lalu menunjuk kepada beberapa bunga yang di pajang di depan toko. "Aku mau beli bunga!" seru [Name].

"... Bunga? Bunga matahari? Hari ini gak ada st—"

"Bukan! Bukan bunga matahari Sha-Chan, aku mau beli bunga yang lain," sela [Name].

Anisha mengernyitkan dahinya. "Bunga yang lain? Apa Mamimu sudah tidak menyukai bunga matahari?" tanya Anisha lagi.

[Name] menggeleng cepat. "Mami masih suka bunga matahari kok meski sering di anggurin bunganya. Eh, tapi aku juga pesen itu deh buat di anterin ke kantornya Mami." [Name] mulai memasuki toko bunga milik Anisha dan melihat-lihat bunga-bunga yang di pajang di sana.

"Aku ingin memberikan bunga untuk orang yang special tapi aku tidak tahu bunga yang mana,"–[Name] menoleh ke arah Anisha–" apa kamu bisa memberikan rekomendasi?"

Anisha menatap [Name] sejenak lalu mengeluarkan buku catatan miliknya. "Kamu ingin memberikan bunga itu kepada sahabat, pacar, atau keluarga?" tanya Anisha.

"Untuk gebetan!" jawab [Name] dengan mantap.

"... Halilintar?"

[Name] memasang eskpresi terkejut ketika mendengar ucapan Anisha barusan. "Bagaimana kamu bisa tahu?!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hujan di Senja HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang