Kita Semua Mati

37 3 0
                                    

Cw + tw / metion of death, blood, kekerasan, pembunuhan, keji, corpses, abuse, trauma

"Ngak nyangka beneran werewolf. Gue kira lo bercanda, Sad." Xavier menepuk bahu Asad.

Emma tersenyum lega saat mengetahui status Nakula werewolf. Emma curiga akan Asad namun dia tidak ingin mengambil langkah terburu-buru. Emma mencoba menjauh dari Asad dan Xavier, setidaknya dia harus menghindari Asad sampai dia bisa ke ruangan Queen untuk memastikan tebakannya.

"Gue tahu dia dari awal werewolf." Asad berjalan ke arah sebelah kiri, membuat Xavier juga mengikutinya. "Kenapa lo ngikutin gue?"

"Gue bingung kenapa kita masih main game."

"Berarti werewolfnya masih ada."

"Bener juga. Lo mau ke ruang cctv?" tanya Xavier saat keduanya tepat berhenti di ruang cctv.

"Ngak. Gue mau ke halaman belakang. Tugas gue tinggal satu. Menutup katup udara."

"Yaudah, sana lanjut. Gue ke ruang cctv." Xavier melangkah masuk ke ruangan. Asad tersenyum dan melenggang ke halaman belakang.

Emma melirik kanan dan kiri, ia segera masuk ke ruangan Queen.

"Selamat datang @EmmaO2. Silahkan ketik satu nama untuk melakukan peramalan."

Emma mengetik username nama Asad '@AsadN1'

"AsadN1 status adalah werewolf."

Emma tercengang tidak percaya. Emma ingin memberitahukan kepada Xavier. Setidaknya Asad bisa mati dengan racun dari Xavier.

Baru saja Emma membalikan badannya. Emma kembali terkejut dengan kehadiran Asad di ruangan Queen. Asad tersenyum sinis. "Kenapa? Takut?"

Asad maju mendekati Emma. Sementara Emma memundurkan kakinya perlahan-lahan. "Tenang aja, gak usah takut. Gue gak akan bunuh lo sekarang. Lo bakal tereliminasi terlebih dahulu. Baru gue bunuh."

"M-mak-maksud lo apa?" Emma menghentikan langkah kakinya. Ia merasa bingung dengan ucapan Asad.

"Lo bakal tahu jawabannya nanti," ucap Asad kemudian mendorong tubuh Emma. Emma teriak.

Sedetik kemudian Emma kaget, dirinya masih hidup dan dia ada di dapur. Emma segera keluar dari dapur.

Di sisi lain, Xavier tersenyum saat melihat Emma yang masuk dari ruang Queen namun keluar dari dapur. Xavier segera ke ruang Queen untuk menggunakan satu kesempatan terakhir racunnya.

Xavier ke luar ruangan Queen, ia memutar arahnya melewati sisi sebelah kanan. Xavier berpapasan dengan Emma di lorong perbatasan kolam renang dan aula.

"Xav!" panggil Emma.

"Gue mau ngomong, Xav. Ini penting. Lo harus—. Argh!"

Belum selesai melanjutkan perkataannya, Emma kesakitan. Tubuhnya mulai membiru. "Lo gunakan racun ke gue?"

"Gue tahu lo werewolf," jawab Xavier tegas.

"Lo salah. Werewolfnya Asad. Gue pera—." Tubuh Emma terjatuh kesakitan. Xavier terkejut atas jawaban Emma. Xavier baru ingat, bahwa Emma peramal, tidak mungkin Emma berubah menjadi werewolf.

"Awas, Xavier!" Teriak Emma lemah.

Xavier melihat ke arah belakangnya. Betapa terkejutnya Xavier saat melihat Asad sudah membawa celurit. Asad mulai mendekat, membuat Xavier lari meninggalkan Emma yang lemah di lantai.

Asad tertawa melihat Emma. Kemudian menodongkan senjata celuritnya ke arah leher Emma. Membuat Emma teriak sakit, bersimbah darah.

Asad kembali mengejar Xavier. Asad tersenyum. Ia melihat ke arah lantai atas. Asad segera mengambil arah berbeda dari Xavier.

The Queen of Hearts GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang