"Kak Aruna..." cicit pelan Gistara yang menunduk takut di depan kakak sulungnya "Aruna Amerta Dirandra"
Aruna menatap tidak suka pada Gistara "Apa yang kamu lakukan? Cepat masuk kamar mu jika tidak ingin ku berikan hukuman!!" Tegas Aruna yang berhasil membuat Gistara patuh
Dengan tergesa-gesa Gistara menaiki anak tangga lalu masuk ke dalam kamarnya. Tidak lupa Gistara mengunci pintu kamarnya, ia hanya tidak ingin menjadi bahan pelampiasan emosi untuk kakak nya hari ini.
Mengurung diri di kamar selama beberapa jam sepertinya ide bagus. Setidaknya ia tak harus menjadi pelampiasan emosi kakak sulungnya, pikir Gistara seperti itu.
Gistara meletakkan ransel sekolah nya di kursi meja belajar, ia membereskan semua barang-barang yang berserakan di kamarnya. Setelah selesai, Gistara membersihkan diri lalu bersiap untuk tidur.
"Aku harap tidak akan ada masalah di esok hari. Biarkan aku tenang sebentar saja.." gumam nya memandangi langit kamar miliknya
"....ku mohon.."
Perlahan-lahan kedua netra hitam indah itu mulai tertutup, Gistara sudah siap untuk masuk ke dalam alam mimpi.
°°°°°°°°°°°
Sekarang masih jam 3 pagi, masih banyak orang-orang yang masih berada di alam mimpinya. Namun, itu tak berlaku untuk Gistara.
Ia bangun di jam 3 pagi untuk membersihkan rumah, memasak, dan masih banyak pekerjaan yang ia lakukan di pagi hari.
Gistara membersihkan rumah lalu bersiap-siap untuk pergi ke suatu tempat sebelum pergi ke sekolah.
Gistara membuka pintu rumah nya dengan perlahan, ia hanya takut jika ada salah satu kakak nya yang memergokinya keluar jam segini.
Dengan langkah perlahan Gistara pergi meninggalkan halaman rumahnya.
"Kemana lagi anak sialan itu" ucap Fiona dengan tangan menyilang di dada
"Biarkan saja dia, untuk apa mempedulikan pembunuh sepertinya" Jawab Harum yang sedang memakan sepotong apel
"Baiklah, aku ingin bersiap untuk sekolah, kamu juga kak" kata Fiona yang di jawab dengan anggukan oleh sang kakak
Sementara itu...
"Kakak Tara!" Seru seorang anak perempuan berumur 5 tahun
Gistara tersenyum lembut lalu melambaikan tangannya.
"Aqilla. Apa kakak lama?" Tanya Gistara mengelus surau hitam anak kecil bernama Aqilla
"Tidak lama kakak Tara" jawab Aqilla
"Syukurlah, ah ya" Gistara membuka ransel sekolah nya lalu mengeluarkan satu kotak bekal berwarna pink
"Ini untuk Aqilla. Kakak masak spesial khusus untuk Aqilla yang cantik, baik hati nan imut" mendengar perkataan Gistara senyum lebar terbit di bibir tipis Aqilla
"Terima kasih kakak Tara yang cantikkkk" ucap Aqilla menerima kotak bekal pemberian Gistara
"Sama-sama cantik, harus di habiskan. Ingat itu" perintah Gistara sambil mencubit gemas pipi Aqilla
"Lo sudah sampai? Apakah sudah lama?" Tanya seorang anak laki-laki seumuran Gistara
Gistara menggeleng pelan "Enggak, aku baru saja sampai" jawab Gistara dengan senyum tipis
"Baiklah kalau begitu, gue keluarin mobil dulu. Aqilla ayo ikut abang" ajak laki-laki itu
"Okey abang Juan" balas Aqilla mengikuti langkah laki-laki yang bernama "Juandra Patih Anggara"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Tanpa Pelangi
Short StoryLuka fisik yang ku dapatkan tidak seberapa dengan luka mental yang ku terima" - Gistara Swastamita Putri "Pembunuh sepertimu tidak pantas hidup di dunia ini" - Adeeva Nisha Agrwala "Setelah membunuh Ayah dan Bunda sekarang kau juga ingin membunuh k...