Prolog

163 19 14
                                    

Badai salju menerpa sebuah mansion, tanpa ampun membekukan segala hal yang ia terpa.

Di dalam mansion itu terdengar suara teriakan dan tangisan pilu.

Api yang kian me-madam pudar dalam tungku perapian seolah menjadi saksi bisu gambaran seorang anak laki-laki berusia genap 5 tahun yang mulai kehilangan energi kehidupannya.

Teriakkan bercampur putus asa mulai menggila ketika suhu tubuh anak itu mulai mendingin sedingin salju.

Terlihat seorang anak laki-laki berusia genap 5 tahun hari ini terbaring lemas di kasur dengan noda darah di mulut dan hidungnya.

Rambut salju itu seperti kanfas yang tercemar cat merah, dan wajahnya penuh keringat dingin.

Perlahan manik Ruby anak itu terbuka perlahan menatap sayu ke depan.

Atensi manik Ruby itu terpaku ke sekelompok orang dewasa dan seorang anak laki-laki berusia 8 tahun yang menggenggam tangannya dengan wajah penuh air mata dan takut.

Merasakan tangannya yang digenggam erat ia melirik ke anak laki-laki yang ada di sampingnya.
" Hyung "

" D-Deon j-jangan ka-takan ap-a pun!! Te-tap buka matamu oke!? " Cruel menatap Deon dengan tatapan penuh ketakutan dan harapan, rautnya dibuat tersenyum dengan paksakan untuk meyakinkan Deon agar bertahan lebih lama.

Namun sepertinya Deon tidak menghendaki hal itu.

Deon menengok ke Cruel dengan tatapan yang begitu menyayat hati seolah meminta Cruel untuk melepaskannya " Aku sudah tidak sanggup lagi Hyung "

" T-tidak!! DEON!!! "

" DOKTER!!! KUMOHON TOLONG LAKUKAN APA SAJA UNTUK MENYELAMATKAN DEONKU!!! AKU MOHON!! " sang wanita bersurai coklat dengan manik abu-abu bersimpuh di lantai menangis sejadi-jadinya karena kondisi kritis Deon.

Sang pria bermanik emerald green dengan surai hitam kecoklatan ikut bersimpuh memohon ke dokter di depannya, mengabaikan harga dirinya sebagai bangsawan berpangkat Count demi nyawa anaknya.

Sang dokter panik karena apa yang dua majikannya lakukan.

Ia juga sudah putus asa dengan Deon.

Sejujurnya mengetahui fakta bahwa Deon Hart masih hidup setelah di terlahir di dunia benar-benar sebuah keajaiban.

Deon lahir prematur dengan kelainan albino... Organ yang sebagian besar sudah tidak berfungsi.

Dan sekarang setelah sekian lama hidup dengan tubuh itu, sudah sewajarnya kondisi Deon kian memburuk.

" Uhuk ughhh " Deon muntah darah lagi untuk kesekian kalinya, ia hanya bisa terdiam membiarkan darah itu meneteskan mengotori selimut dan baju. Karena tangannya sudah tidak bisa ia gerakkan lagi.

Kedua orangtuanya berlari ke arahnya memeluknya erat takut dengan fakta yang akan mereka hadapi selanjutnya.

Tangis Cruel kian menggila, Cruel meraung keras meminta Deon untuk tetap bertahan.

Melihat betapa khawatir keluarganya, Deon malah tersenyum.

'Ayah, Ibu, Hyung'

'Aku benar-benar bahagia karena terlahir di keluarga ini'

'Walaupun aku hanya hanya bisa menikmatinya sebentar, aku sungguh senang'

'Maaf karena aku hanya bisa merepotkan kalian selama ini'

Manik Ruby itu perlahan mulai menutup " Te-ri-ma k-asih 'dan maaf untuk segalanya' "

" A-ku men-cin-tai ka-lian " Deon tersenyum lebar untuk terakhir kalinya dan akhirnya tertidur permanen.

Tangis pun kian menggila, dalam sekejap Mansion itu penuh dengan tangisan sedih atas tiadanya seorang anak laki-laki yang merupakan bagian dari mansion itu.

Tanpa mereka sadari sosok hitam berjubah menatap pemandangan itu dengan aura gusar.

Dan ... Tepat di samping sosok berjubah itu seorang anak laki-laki mungil dengan paras yang sama dengan mayat yang ada di depannya menatap sedih keluarganya yang menangisi kepergiannya.

Sosok anak itu menoleh ke sosok berjubah yang ada di sampingnya dan berkata dengan lantang.

" Kematian, aku tidak akan pergi! "
______________________________________
.
.
.
~To be counted~

★Deon guardian spirit★Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang