1. SAFIR

21 4 0
                                    


"Entahlah! Aku juga tak tahu."
Queen

________________________________
______________________
____________
__

Ini adalah malam yang dingin, tapi bahkan jika gerimis hujan turun dan guntur saling bersahut-sahutan tak juga bisa menghentikan seseorang untuk terus bekerja.

"Saat ini selesai, kau bisa pergi," ujar seorang pria yang mengenakan baju pekerja sama dengan yang dikenakan oleh sang remaja.

"Baik!" jawaban yang remaja itu berikan, tapi tangannya tak henti-hentinya untuk memindahkan balok-balok kayu. Ia harus bekerja agar bisa memiliki uang untuk makan.

Tak terasa hujan yang tadinya hanya gerimis sekarang menjadi deras, beberapa pekerjaan mulai berteduh karena dinginnya hujan malam itu. Hanya saja sang remaja itu berbeda, bahkan di tengah hujan yang turun semakin deras ia tetap bekerja.

Bekerja keras!

Itulah yang selalu ia pikirkan, ia selalu bekerja keras dalam setiap pekerjaan yang dilakukannya. Bahkan jika kelelahan, bahkan jika tubuhnya terluka, atau bahkan jika ia kesakitan, Safir tetap bekerja keras.

"Anak itu, padahal sedang hujan," ujar salah satu pekerja.

"HEI! NAK, SUDAH CUKUP. KEMARILAH DAN BERTEDUH," kata salah seorang pekerja sambil berteriak agar suaranya dapat terdengar.

Safir tak mendengarnya, suara peringatan itu teredam oleh hujan yang turun kian deras, angin malam juga membuat tangannya menggigil kedinginan, tapi ia tak berhenti.

"Dia tak mendengarnya, hujan meredam suaramu. Pergi dan panggil dia sana," pekerja lain berkata tak peduli sambil menggosokkan kedua telapak tangannya, berharap menyalurkan kehangatan.

"Terlalu dingin, aku tak bisa ke sana," jawab pekerja yang tadinya berteriak. Dia jelas tak begitu peduli pada nasib sang remaja yang tengah bekerja di bawah hujan.

Pekerjaan malam itu selesai dan semuanya menerima gaji, Safir melihat beberapa lembar uang berwarna biru di tangannya.

Ia sangat bersyukur untuk gajinya malam ini. Gajinya tak begitu banyak, hanya Rp. 250.000.00. Jumlah yang terbilang sedikit dibandingkan beban kerja yang harus dilakukan. Tapi Safir tak mengeluhkan apapun, ia malah bersyukur bisa mendapatkan uang.

Padahal Safir bekerja paling keras, pekerja lain bahkan memanfaatkannya untuk mengerjakan banyak pekerjaan berat padahal ia masih anggota baru.

Seharusnya Safir hanya mendapatkan pekerjaan yang ringan, terlebih usia Safir masih tergolong muda _17 tahun_ usia yang masih sangat muda bagi seorang anak untuk bekerja pekerjaan berat seperti ini.

Tapi apa daya, sejak setahun yang lalu Safir putus sekolah. Sulit baginya untuk mencari pekerjaan, tapi syukurlah masih ada beberapa pekerjaan kasar yang menerima ijazah SMP-nya sebagai syaratnya bisa bekerja.

Safir tak tahu orang tuanya, sejak kecil ia hidup di daerah kumuh. Seingat Safir ia masih berusia 9 tahun kala itu, ia terpaksa bekerja dengan seorang tuan rumah. Pekerjaannya mengharuskannya memulung barang-barang dan menjualnya, uang hasil penjualan itu akan diberikan pada sang tuan rumah dengan imbalan nasi bungkus dan tempat tinggal.

Di antara banyaknya anak-anak, Safir sangat unik karena mempunyai mata biru dan rambut putih perak alami.

Note: Ini dunia paralel, jadi beberapa hal mungkin agak jauh dari kenyataan yang ada. Karya Queen yang lain juga itu ada di dunia paralel, jadi pasti sedikit berbeda dengan dunia asli.

Short Story: Dream Ring [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang