01

70 5 2
                                    

Perjalan orang itu susah di tebak terkadang jalan yang di lalui sudah sesuai dan akan berjalan tepat seperti yang di perkirakan tapi nyatanya ekspetasi sulit berjalan sesuai dengan realita yang ada karena terkadang takdir bisa di kacaukan dengan sesuatu yang unik.

Terdengar bunyi keributan di sepanjang koridor kelas saat dua orang pemuda berseragam putih abu-abu sedang berlari, satu pemuda terlihat begitu senang dan terus tertawa tanpa henti dan yang satunya hanya bisa pasrah dan berlari dengan wajah panik.

"ARTHAYASA AKALANKA, BERHENTI KAMU" suara teriakan itu bergema di sepanjang koridor hingga akhirnya dua pemuda itu tidak bisa berkutik saat seorang pria berseragam sama seperti wanita yang mengejarnya kini berdiri di depan keduanya.

Nasib buruk memang sepertinya selalu berjalan di seputar hidup pemuda bernama Arthayasa Akalanka tersebut, sudah menjadi bagian dari hidupnya untuk berakhir di tengah lapangan dengan panas teriak matahari yang menusuk kepalanya.

Tapi untungnya Artha selalu melalui hari buruknya bersama sahabat kecilnya yang selalu terkenah getah kesialan atas kelakuan random dari Artha yang selalu sukses membuat Gyan ikut terseret, mau menolak apalah daya Gyan masih punya hati dan merasa kasihan dengan kesendirian Artha.

"Kamu ya Artha udah berapa kali ibu bilangin jangan bolos, masih bandel aja ya ini juga lagi Gyan ikut-ikut terus kelakuan Artha" Omelan yang selalu sama dari wali kelas Artha dan Gyan.

Bahkan Artha sudah hafal dengan apapun yang akan wali kelasnya itu katakan.

"Bu, kasih hukuman yang lain aja yah, kasian Gyan nanti dia ngeluh lagi perkara kulitnya nanti berubah warna Bu" ucap Artha dengan nada memelas dan berakting seperti orang yang sangat kelelahan.

Gyan mendengar namanya yang terseret hanya bisa pasrah sudah biasa jika ujung-ujungnya Artha akan menggunakan namanya untuk mencari belas kasih, memangnya Gyan ini terlalu mengenaskan jika berada di sisi Artha.

"Diam kamu, masih bisa ngomong terus kalau begini bagaimana ibu bisa ngomong sama Ayah kamu Artha"

Mendengar hal itu justru Artha terlihat sangat antusias saat wali kelasnya menyebut kata Ayah.

"Gak apa-apa Bu laporin aja, please Bu tolong laporin sama Papa saya Bu"

Wali kelas Artha hanya bisa menggangga tidak percaya dan Gyan hanya bisa menatap lelah juga pasrah ke arah Artha yang memang pikirannya di luar prediksi togel.

"Diam kamu, pokoknya kamu berdiri di sini sampai istirahat kedua" ucap wali kelas keduanya dan pergi begitu saja meninggalkan kekagetan di wajah dia orang yang terlihat kasian itu.

"Sialan Lo" umpat Gyan dan menendang pantat Artha yang hanya bisa nyengir kuda.

Di sisi lain seorang pemuda menatap datar dan dingin sebuah gerbang sekolah, ekspresinya tidak menunjukkan tanda-tanda apapun hanya keterdiaman.

Seorang pria paruh baya mendekatinya dengan aura mengintimidasi yang begitu kuat membuat pemuda itu berusaha menghindari tatapannya dan melihat ke arah lain.

"Cepat" ucap pria paruh baya itu berjalan duluan dan di ikuti dengan pelan oleh pemuda tersebut.

Pemuda itu memperhatikan sekitarnya melihat setiap sudut sekolah yang sebentar lagi akan menjadi tempatnya untuk bersekolah setelah pindah dari tempatnya yang sebelumnya.

"Kamu tunggu di sini, ayah mau bicara dulu dengan kepala sekolah" ucap pria paruh baya itu meninggalkan pemuda dengan wajah datar itu sendirian di depan kantor.

Semua terlihat sama tidak ada yang begitu menarik hanya sekolah pada umumnya tapi lapangan di sekolah ini begitu luas dengan fasilitas olahraga yang lengkap, setahunya sekolah ini memang terkenal karena sering melahirkan atlet-atlet yang berprestasi bahkan sekolah ini selalu menjadi juara dalam perlombaan olahraga.

ARTHAYASA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang