Jika harus di katakan sebenarnya kelakuan Artha benar-benar sesuatu bagi Mahesa yang selama hidupnya hingga saat ini selalu merasakan hal-hal yang berjalan dengan semestinya walaupun dengan hal berat yang ada tapi kehadiran Artha nyatanya memberikan sesuatu yang baru bagi Mahesa.
Kini Mahesa menatap Artha yang berdiri di hadapannya sambil bersandar pada sebuah sepeda yang terparkir di samping jalan.
Tidak ada pembicaraan apapun saat melihat Artha yang sudah ada di depan pagar rumahnya Mahesa hanya diam di sana tanpa mengatakan apapun sedangkan Artha hanya tersenyum sambil berulang kali menaik-turunkan alisnya.
"Hari ini Artha mau jemput ayang, udah siap kan buat naik William" ucap Artha sambil menepuk-nepuk stir sepeda yang sepertinya itu milik Artha
Tapi Mahesa menautkan kedua alisnya saat mendengar ucapan terakhir Artha.
"William?" Gumam Mahesa kebingungan, yang benar saja memberikan nama untuk sebuah sepeda.
Mahesa menarik napasnya dalam-dalam entah Kenapa kali ini kelakuan Artha seperti membuatnya ingin tertawa belum lagi wajah Artha penuh kebanggaan saat mengenalkan William padanya.
"Kenapa? Keren kan btw William bukan sepeda biasa, William nih sepeda unik bisa atraksi biasanya kalau senggang gue suka ajak William buat tanding di tong setan"
Baiklah sekarang bukan aneh memang Artha ini sudah di luar akal pikiran Mahesa.
Dengan perasaan lelah akhirnya Mahesa memutuskan untuk pergi meninggalkan Artha yang langsung mengejar dengan William.
"Mahesa jangan tinggalin gue dong, tadi William bilang kalau dia sedih karena lo gak mau naik bareng gue"
Mendengar hal itu Langkah Mahesa terhenti begitu juga Artha yang langsung ikut berhenti, Mahesa menatap heran ke arah Artha yang kembali tersenyum.
"Gue gak peduli dan jangan ikutin gue"
Setelah mengatakan hal itu Mahesa kembali berjalan meninggalkan Artha.
Jika kalian berpikir Artha akan berhenti maka jawabannya tentu saja tidak karena nyatanya Artha masih mengikuti Mahesa di belakang dengan William, beberapa kali Artha sengaja membunyikan lonceng milik William yang sengaja Artha berikan untuk aksesoris tambahan.
Mahesa berusaha menahan emosinya karena kali ini kelakuan Artha benar-benar menguji kesabarannya hingga langkahnya menapaki bagian sekolah sedangkan Artha masih berada di belakang dengan si William yang buru-buru di parkirkan untuk mengejar Mahesa.
"Gue seneng banget hari ini berangkat bareng Lo" ucap Artha dan hanya di tanggapi dingin oleh Mahesa yang berjalan lurus tanpa berniat untuk sekedar melirik ke arah Artha.
Tapi karena mulut Artha yang tidak bisa diam entah kenapa membuat Mahesa merasa jika waktu perjalanannya ke kelas menjadi lebih lambat.
"Lo diam sekarang atau gue tendang" ucap Mahesa pada akhirnya karena merasa sudah benar-benar kesal dengan Artha.
"Dih main kasar, siapa suruh gak mau ngomong jadi yang salah siapa" balas Artha dengan nada menyolot.
"Kalau di kasih tau jangan malah ngejawab"
"Gue jawab buat membela diri, emang lo pikir gue gak berani buat nendang Lo juga, gue berani nendang Lo masuk ke hati gue"
Artha tersenyum sok malu setelah mengatakan hal itu, Mahesa merotasikan matanya dan memilih meninggalkan Artha yang salah tingkah dengan kelakuannya sendiri.
Menyadari Mahesa yang menghilang, Artha buru-buru mencari kembali calon pacarnya.
Mahesa memperhatikan Artha yang berlari kesana-kemari dari balik tembok, entah mengapa melihat hal itu membuat perasaan Mahesa sedikit menghangat, tingkah Artha memang menyebalkan tapi di satu saat memberikan sesuatu yang berbeda bagi Mahesa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTHAYASA
Random"Hari ini udah suka belum sama gue, lama bener kalau gue milih yang lain gimana" "Terserah" Bagaimana rasanya saat di cintai secara ugal-ugalan dengan cowok gila yang anehnya di luar perkiraan. "Mau lo kayak gimanapun gua bakal selalu suka dan cin...