02

15 3 1
                                    

Artha mendatangi dan masuk di setiap kelas 11, setelah mengulik informasi dari pak Bani dengan melewati hukuman berat akhirnya Artha tahu jika pemuda baru itu berada di kelas 11, seumuran dengannya tapi jika di lihat saat ini Artha tidak menemukan orang yang di carinya.

"Ruka" panggil Artha kepada seorang pemuda yang sedikit pendek darinya yang berjalan menuju kelasnya.

"Kenapa?" Tanya pemuda bernama Ruka itu dengan nada malas melihat kehadiran makhluk di luar nalar ini.

"Di kelas lo ada anak baru?"

Ruka berpikir sejenak sampai akhirnya mengangguk sebagai jawaban.

"Oh yah, dia udah datang? Tanya Artha lagi sambil memperhatikan sekitarnya.

"Kayaknya belum, Pak Bian cuma bilang ada anak baru di kelas" jawab Ruka melihat Artha yang matanya tidak fokus melihat sekelilingnya.

"Kira-kira dia masuknya jam berapa? Ada perkenalan gak?"

"Nanya Mulu kaya donatur sekolah, mana gue tahu emang gue dukun bisa tahu dia datang jam berapa" kesal Ruka mendengar begitu banyak pertanyaan dari mulut Artha.

"Udah pinter marah lo sekarang, kalau lo lupa kenalin nih anak donatur sekolah" ucap Artha dengan senyum bangga sambil mencoba menjabat tangan Ruka yang langsung di tepis oleh Ruka dengan wajah datar.

"Bacot, pergi sekarang atau gue laporin ke Bu Anna, Lo bolos lagi" ancam Ruka tapi hanya menatap tatapan menantang dari Artha.

"Kalau berani coba laporin"

Ruka mengabaikan Artha dan memilih masuk ke dalam kelas sedangkan Artha kembali memperhatikan sekitarnya dan pergi begitu saja entah kali ini apa yang akan di perbuat oleh makhluk aneh itu.

Sebuah mobil berhenti di depan gerbang, Mahesa yang diam memperhatikan sekitarnya sampai akhirnya sang ayah menatapnya.

"Jangan buat masalah di hari pertama dan di hari berikut" ucap sang ayah dan hanya di angguki patuh oleh Mahesa.

Mahesa keluar dari mobil hingga mobil itu pergi meninggalkan Mahesa yang masih berdiri di sana, Mahesa memperhatikan seragam sekolahnya perpaduan antara warna putih dan abu-abu juga rompi rajut yang berwarna sama dengan celananya, tidak buruk tapi terlihat sedikit berkelas untuk orang sederhana seperti Mahesa.

Dulu Mahesa bersekolah di sekolah biasa yang membuat Mahesa nyaman tapi kini bersekolah di sekolah swasta yang terkenal membuat Mahesa merasakan tekanan belum lagi keinginan sang ayah untuk Mahesa semakin membuatnya terbebani.

Sebenarnya Mahesa menolak untuk pindah ke sini tapi karena beberapa sebab Mahesa hanya bisa mengalah dan mengulangi lagi untuk beradaptasi di tempat baru.

Dengan bantuan beberapa siswa yang Mahesa tanyai akhirnya Mahesa sampai di depan kelasnya, 11-1 itu yang tertulis di papan depan kelas. Mahesa terdiam sejenak hingga memberanikan diri untuk mengetuk pintu membuat guru yang mengajar mengalihkan perhatiannya ke arah Mahesa.

"Permisi Bu" ucap Mahesa dengan nada pelan membuat guru itu buru-buru mendatangi Mahesa.

Di saat yang bersamaan pak Bian datang dan langsung mengajak Mahesa untuk masuk, saat masuk Mahesa bisa melihat semua perhatian terpusat padanya.

"Jadi anak-anak hari ini kita kedatangan teman baru" ucap Pak Bian membuat semua orang terutama siswa perempuan berbisik dan memekik senang melihat Mahesa yang ada di depan mereka.

Ruka di satu sisi menyadari jika mungkin anak baru yang di maksud Artha tadi adalah pemuda yang saat ini berdiri di depan kelas.

"Silakan perkenalkan diri"

ARTHAYASA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang