i | kita

409 57 93
                                    

Sekar cuma bisa geleng-gelengin kepala lihat kelakuan Juna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekar cuma bisa geleng-gelengin kepala lihat kelakuan Juna. Juna ini gampang banget dibikin seneng. Sekar cuma cukup beliin dia satu toples snack eh mukanya langsung happy. Nggak berhenti senyum dari tadi.

Tangannya juga nggak berhenti bukain bungkusan snack dari dalem toples itu satu persatu. Kalau Sekar nggak nyuruh Juna buat berhenti makan di bungkusan ketiga, pasti sekarang itu toples udah kosong. Nggak ada isinya.
 
 

Ngomong-ngomong, Sekar beliin Juna snack sebagai bentuk apresiasi. Apresiasi karena Juna dapet IP paling tinggi di angkatan mereka, di semester tiga ini. Bukan Gesang bukan Satria, apalagi dia. Tapi, Juna. Arjuna Daniswara.

Padahal Juna ikut masuk jurusan ini karena ngikutin Sekar, eh malah dia yang nilainya jadi lebih tinggi dibanding Sekar. Sekar nggak masalah sama sekali. Malah bangga.

Sekar udah yakin dari dulu kalau Juna tuh cocok banget sama jurusan ini. Tapi, Sekar juga tahu kalau Juna nggak akan mau masuk ke jurusan ini kalau dia nggak pilih jurusan yang sama. Makanya, diem-diem Sekar mutusin buat masuk ke fakultas ini buat Juna. Karena dia tahu Juna pasti bakal ikutin jurusan pilihan dia.
 
 

Orang-orang tahunya Juna ngorbanin diri sendiri cuma karena bucinnya dia ke Sekar. Yang orang nggak tahu, Sekar yang udah duluan berkorban buat Juna. Ya walaupun kalau ditanya dianya nggak akan jawab jujur.

Gengsi.

Ya, kalau Gunung Everest itu Gunung tertinggi dunia, gengsinya Sekar lebih lagi.
 
 
 

"Jun?"

"Hm?"

"Gimana kalau semester empat ini kita pisah kelas?" tanya Sekar bikin senyum Juna mendadak hilang.

"Kenapa?" tanya Juna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa?" tanya Juna.

"Emang lo nggak bosen apa sekelas terus sama gue?" tanya Sekar. "Udah sekelas, duduk selalu sebelahan lagi."
 
 

Juna nggak langsung jawab. Dia diem. Tapi ekspresi mukanya mulai berubah. Dia lagi mikir. Mikir kalau Sekar yang justru udah bosen sama dia karena terus diikutin selama ini. Sekarang bukan cuma ekspresi di muka yang berubah, tapi degup jantung juga. Degupannya jadi lebih cepet.

serasa serasi ; yang jungwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang