PROLOGUE🥀

844 423 295
                                    

Untuk kalian baca ulang ya, silahkan..karna, ceritanya lagi masa perombakan, kalo nggak dari awal baca, nanti nggak akan ngerti alur kedepannya. Tapi di mohon, jangan sebar spoiler di kolom komentar. Hargai saya yang sudah menyusunnya sedemikian rupa.
Terimakasih<3

 Terimakasih<3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Author POV

"Raveen, ini soalnya di isi dengan baik dan benar. Handphonenya ibu sita dulu, kalau sudah selesai, bisa temui ibu di ruang guru." ucap perempuan berbaju dinas itu seraya mengambil benda pipih di atas meja, kemudian berlalu keluar ruangan.

"Iya Bu..." Sahut Raveen melemas.

Namanya Giovano Raveen Mahatma. Lelaki yang merasa tidak beruntung hari ini, lantaran ulahnya sendiri. Membuat keonaran di kelas juga tidak mengikuti upacara. Akhirnya ia di hukum mengerjakan soal sebanyak tiga ratus dalam waktu tiga puluh menit, itung itung latihan sebelum ujian akhir sekolah nya. Menguji otak sekali bukan?

Raveen menghela napas sesaat. "Udah biasa lah Veen, lo kan setiap di hukum bukan di suruh ngosrek WC yang bau spiteng." Gumamnya berdialog sendiri.

"Selamat bersenang-senang Veen." Ejek seorang siswa dengan dasi yang masih terpasang rapih di kerah bajunya. Arseno Pradipta namanya.

"Berisik lo sen, mending Sono. Lo beres-beres apart sebelum gue dateng." Suruh Raveen.

"Beresin apartemen?" Ragha Ganendra- salah satu temanya memastikan.

"Iyalah, setiap kita ngumpul. Tuh tempat udah kaya kandang bebek aja, rajin lo di sekolah, setidaknya terapin juga di kehidupan lo yang lain." Paling bisa Raveen menasehati orang, walaupun sendirinya juga hampir sama.

"Siap, paketu." Tak ada penolakan dari Arsen, meskipun dirinya tidak buta, tapi ucapan itu memang nyata.

"Yaudah gue sama Arsen balik duluan." Pamit Ragha di angguki Raveen.

Setelah kepergian dua bocah tengil. Raveen dengan cepat mengisi soal demi soal yang tertera di lembaran kertas. Suasana kelas saat ini begitu sepi dan sunyi, hanya tinggal tersisa Raveen dan beberapa teman kelasnya. Itupun karna mengikuti eskul sekolah.

Dua puluh menit berlalu, Raveen selesai mengerjakan hukumannya tepat waktu, walaupun kelewat enam menit dari waktu yang di tentukan. Sebenarnya lelaki itu pintar. Hanya saja, ia selalu mengabaikan kecerdasan otaknya.

Tanpa basa-basi ia bangkit dari duduknya, Merampas tasnya yang tergantung di bagian belakang kursi. Waktu menunjukkan pukul lima sore, siswa siswi sudah berhamburan pulang begitupun sama dengan para staff dan guru.

Twilight! Sacred Flower [Dirombak]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang