Bab 3 -CAGR-

41 2 1
                                    

Kesempurnaan itu dibentuk, bukan dicari

🍁🍁🍁

"Rayyan. Ibu mengajak kamu kesini ingin membahas pernikahan kamu sama, Jazil".

Tak salah dan tak lain pasti pembahasannya pernikahan. Apa tidak ada pembahasan lain selain itu itu aja? Dengan ekspresi datar Rayyan hanya diam mendengarkan. Bahkan ia tak melirik sedikit pun pada calon istrinya.

"Ibu sama keluarga Jazil sudah sepakat bahwa pernikahan kamu sama Jazil akan di gelar tanggal 12 nanti".

Degg!!

Rayyan mendogak menatap sang Ibu dengan wajah seriusnya. Bagaimana mungkin acara nikahannya sangat begitu cepat dan akan di gelar pada tanggal 12 yang artinya itu dua hari lagi dia akan menjadi seorang suami dari perempuan yang tidak di cintainya.

"Apa ini tidak terlalu cepat, Bu?" tanya Rayyan berharap ini tidak bener-bener terjadi.

"Lebih cepat, lebih baik. Nak" sahut Kiai Hamza dengan senyum khasnya.

Seketika didalam ruangan itu semua mendadak senyap. Rayyan melirik pertama kalinya kearah Jazil dengan mata elangnya. Gadis itu menunduk disertai senyuman kecil, entah apa yang sedang ia pikirkan. Aneh menurut Rayyan!

🍁🍁🍁

Pesantren Al-Mubarak kini resmi di asuh oleh Gus Rayyan dan Gus Zayyan. Kiai Mukhtar adalah Kakek dari kedua cowok itu. Pesantren Al-mubarak ini, Kiai Mukhtar memberikannya kepada anaknya, yaitu. Arka, dan setelah Arka meninggal kini Pesantren itu di percayakan kepada anak-anaknya yang mengasuhnya. Berjalannya waktu pondok pesantren yang terletak di Kota Bandung ini, kini semakin banyak dikenal masyarakat sekitar dan luar. Banyak orang tua yang memasukkan dan mempercayai anak-anaknya untuk menamba ilmu disana. Selain tempatnya yang luas dan memadai Insya Allah kualitasnya terjamin bagus.

Kiai Mukhtar sudah meninggal selang beberapa bulan dari kematian anaknya, Arka. Sedangkan Umi Farah meninggal tak jauh hari dari suaminya.

Baru saja Zayyan pulang mengajar dari pesantren. Ia duduk sejenak disofa ruang tamu, belum sepuluh detik Zayyan tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar.

Tok..Tokk..Tokk..

Zayyan mengambil nafas, lalu kembali berdiri dan berjalan menuju kearah pintu untuk membukanya.

Ceklekk..

Terlihat seorang gadis cantik dengan pakaian yang selutut serta rambut panjang yang terurai membuat Zayyan langsung menunduk.

"Hay, Zayyan" sapa Viona.

"Ehehe, Vio"

"Zay, Rayyannya ada gak?" tanya Viona.

"Rayyan tadi keluar sama Ayah Ibu. Emangnya ada apa ya, Vi?" Zayyan balik bertanya.

"Gapapa, cuma mau ketemu Rayyan aja sekalian mau ketemu Ibu Bira soalnya udah kangen banget hehehe" jawabnya.

Viona dan keluarga Rayyan cukup dekat bahkan gadis itu sudah di anggap putrinya sendiri oleh Bira dan Arka. Dari kecil Viona tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya sebab kedua orang tua Viona sudah meninggal sejak ia berumur 8 tahun. Akibat kecelakan tunggal beberapa tahun yang lalu. Sekarang Viona tinggal bersama Bibi pembantu rumahnya dulu, Bi Mira sangat menyayangi dan merawat anak majikannya itu seperti anaknya sendiri. Dan meski begitu Viona juga sangat disayangi dan dicintai oleh Rayyan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cintai aku gus, rayyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang