🍔 Ada Rasa🍔

244 42 11
                                    

Hinata serasa lepas dari sangkar, bahagia bukan main. Ia menyempatkan diri singgah ke apartemennya yang berada di dekat Habanero Resto. Melepas rindu dengan Sakura dan Temari. Kembalinya Hinata ke apartemen membuat mereka berdua terkejut. Dan juga tak menyangka, akhirnya Hinata bisa keluar.

"Ouh,"Sakura bergumam senang. Ia dan Temari merengkuh tubuh Hinata untuk masuk ke dalam dekapan. Menanggung rindu bersama rekan yang selama ini menemani suka dan duka, tidak mudah.

"Syukurlah kamu baik-baik saja,"Temari mengimbuhkan, membayangkan Hinata hidup dalam tekanan, seatap dengan Naruto bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Karena menurutnya pria itu bukanlah tipe Hinata. Takut jika sahabatnya tak akan tahan dengan sikap pria itu, seumpama hidup dalam neraka. Bahagia tidak, stres iya.

Mereka melepas rengkuhan dan duduk di sofa empuk yang telah lama Hinata rindukan. 

"Bagaimana kamu bisa ... melepaskan diri?"Sakura bertanya karena ingin tahu, ia menatap lekat Hinata yang rona di wajahnya menunjukkan sedikit perubahan.

Temari ikut memberi tatapan menyelidik, dagunya terusap-usap,"Apakah kamu memakai cara yang kami sarankan kemarin?"Temari menambahkan pertanyaan, yang justru membuat Hinata semakin salah tingkah sendiri. 

Hinata secara bergantian menatap Sakura dan Temari, ia menarik dan mengembus napas pelan,"A-a ... ?!"Hinata bingung untuk menjawab. Bola matanya bergerak-gerak, kemudian mengerjap. Ia tampak berpikir keras. Ia harus bisa menyusun kalimat yang pas untuk diutarakan agar tidak terkesan memalukan di depan sahabatnya.

Hinata masih coba berpikir di tengah tatapan menyudutkan dari rekannya. Mereka dengan sabar, menanti jawaban. Hingga akhirnya, Hinata bersuara,"Aku hanya ... memasak makanan yang ... cocok di lidahnya," Hinata menjawab disertai cengiran kaku. Ia merangkai kata yang singgah di kepala. Karena memang itulah kenyataannya. 

Sakura dan Temari saling pandang dan cekikikan,"Ulalalala..."

Sakura mengibaskan tangannya dan berujar geli,"Ah, mustahil,"

"Oh, jangan-jangan dia memberi makanan yang itu ... ,"imbuh Temari. Dilihat dari seringai dan bola matanya yang berkedip menggoda, Hinata tahu pembicaraan ini mengarah kemana.

Mendengar penuturan sahabatnya membuat sepasang pipi Hinata merona,"A ... apa-apaan kalian?! jangan menuduh sembarangan,"

Ketahuan kentara dilanda gugup, Temari kembali menjahili Hinata. Rona merah yang melekat di sepasang pipi Hinata, cukup membuktikan bahwa ia memang memiliki 'sesuatu' dengan si chef tampan,"Jika tidak, kenapa mesti gugup !?"

"Ayo mengaku saja, hubungan kalian sudah berada di tahap tempat tidur 'kan?"

Kelopak putih Hinata melebar,"tidak!" Bantah Hinata tegas. Anehnya, sepasang pipinya semakin merah karena panas. 

Temari masih cekikikan, sementara Sakura melengkungkan bibirnya ke bawah. Ia sangat menyayangkan jika Hinata masih ingin menyembunyikan sesuatu dari mereka,"Itu tidak mungkin tidak terjadi. Secara fisik kamu sangat menggoda. Terutama bagian dadamu yang montok itu, benar-benar membuat kami iri,"celetuk si gadis berambut merah muda, mulutnya yang tanpa penyaringan itu terus merocos. 

Hinata kepayahan menelan ludah. Isi kepalanya langsung travelling, membayangkan ia dan Naruto ... ?

Hinata menggeleng dan mengerjap pelan. Mengenyahkan segala fantasi sesaatnya. Gara-gara digoda oleh Sakura dan Temari, pikirannya mulai terkontaminasi.

"A-a lebih baik kita ... Rencanakan ingin kemana saja hari ini,"akhirnya Hinata mengeluarkan jurus jitu untuk berkelit dari pertanyaan yang cukup membuatnya tersudut sekaligus malu.

Temari menjentikkan jemarinya, tampak antusias,"Oh, kita bisa shopping ke mall dan review makanan pinggir jalan yang ada di festival tahunan di Harajuku street," katanya semangat, seolah tak ingin membuang kesempatan yang ada, mumpung Hinata bersama mereka.

Foodie, Tasty, Honey (End) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang