chapter 03

859 91 9
                                    


Tidak lama, ya, Jaemin masih berada pada gym untuk mendistribusikan mengenai kedepannya bagaimana, sedikit pusing saat memikirkan pria yang menjadi dokter terapinya belakangan ini. Menghilang tanpa jejak, meminum Americanonya lantas memakai jaketnya karena latihan telah selesai.

"Jaemin, dokter ji sudah datang"

Petinju itu menghentikan kegiatan, spontan badan nya berbalik, menatap keadaan menyedihkan Jisung yang jauh dari kata baik, wajah ada memar dan plaster pada pelipis serta dagu, apa yang terjadi pada pria itu?, segara dia mendekat, Tangannya mengepal, menyeret tubuh ini untuk ikut bersamanya ke ruangan. Semua anggota gym sedikit khawatir akan keadaan dokter Jisung.

Brak!

Pintu tertutup keras, Jisung hanya terdiam sembari merasa takut "apakah kau tahu!, aku terus menghubungi mu! Dan muncul secara tiba-tiba dengan keadaan yang menyedihkan!"kecam Jaemin mentah-mentah

sang empu mengangguk paham, membuat petinju itu ingin sekali melayangkan pukulannya karena dibuat menunggu dan marah. Dia tarik lagi tangan itu untuk segara melakukan terapi pada tubuhnya. Jisung tidak berbicara lagi, dia teringat dengan tagihan para rentenir itu, belum cukup, dia juga butuh uang lagi untuk pengobatan eommanya kan?

"T-tuan, boleh saja berbicara"

"Hm, katakan"

"S-saya mau di bayar lagi, tuan"

Mata tajam itu terbuka, seketika turun dari ranjang dan memojokkan tubuh lebih kecil ke arah tembok sampai terbentur membuat Jisung memekik tertahan akan sakit pinggang nya

"Apakah yang ku kasih belum cukup hah?!, kau benar-benar tidak tahu diri, Park Jisung!"tekan Jaemin

Tatapan itu menusuk sekali, membuat Jisung ketakutan tiada Tara "kalau kamu ingin uang, maka harus memuaskan aku lagi, sekarang"rendah Jaemin pada telinga Jisung

Pria manis itu tergugu, ia mengangguk pelan, benar, dia harus menjual tubuhnya kembali, Jaemin segera mengangkat tubuh ini ala karung beras keluar ruangan menuju rumahnya. Para teman Gym merasa heran, ada hubungan lebih kah keduanya?

sesampai nya di rumah megah petinju tersebut, keduanya turun dan langsung masuk menuju kamar yang sialnya adalah trauma bagi Jisung, ia meremat ujung bajunya, sebenarnya dia sangat terpaksa, tubuhnya juga tidak akan mendukung untuk lakukan adegan menyakitkan nanti. Tanpa Fikir panjang Jaemin membanting tubuh Jisung ke arah kasur king size nya.

"Akh—"pekik Jisung tertahan saat pinggang nyeri

Jaemin menyerngit "ada apa?"

"t-tidak, a-aku sedikit terkejut, tuan Na"siapa juga mau membuat Jaemin marah?, Jisung terlalu takut, ini juga demi keselamatan eomma nya.

"kalua begitu, menungging, Jisung"

Degh!

belum juga ia berbalik badan, celananya di tarik Sangat kasar serta buru-buru, wajah Jisung memanas, tidak lama dia merasakan benda itu masuk lagi ke lubang analnya tanpa pemanasan. Jaemin melesakkan miliknya ke anal Jisung sekali hentak sampai tertanam, rasanya tubuh Jisung seperti di belah jadi dua bagian, sangat ketat, Jaemin suka itu. Tangan besarnya menampar pantat mulus ini berkali kali dan bergerak kasar

"AGH!, Pelan—ahh ahh!""pinta Jisung terkejut

Siapa yang akan mendengar?, bahkan Jaemin hanya menulikan pendengarannya dan fokus pada knikmatan yang dia rasakan, anal Jisung sangat sempit, dan Jaemin menyukai hal itu. Ia lihat pipi pantat Jisung sudah berwarna merah muda, Jisung merendam desahannya dengan cara menenggelamkan wajahnya pada bantal.

Rambutnya di Cengkeraman, tertarik agar kepalanya mendongak "desahkan namaku!"sentak Jaemin semakin memperdalam miliknya. Jisung seketika merintih kesakitan.

MR.NA JAEMIN || JaemsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang