*St Luke Hospital*
"Jujur saja, aku tidak terlalu ingin mengurusi hal itu. Menu baru? Yang benar saja! Minta marketing untuk mengurusnya, atau suruh saja Sanji yang memikirkannya," ujar seorang pria berjas putih dengan nada gusar. Ia memindahkan ponselnya dari satu telinga ke telinga lain. Sambil melihat keluar jendela, ia menghela nafas."Ya sudah, itu urusanmu Luffy-ya. Jam istirahat sudah mau selesai, aku ada operasi," jawabnya sambil mematikan ponselnya.
Ia adalah Trafalgar D. Water Law, seorang dokter bedah yang bekerja di St Luke Hospital di Tokyo. Hari harinya cukup sibuk. Selain menjalani hari sebagai seorang dokter bedah, terkadang Ia mengajar di Tokyo University sebagai dosen disana. Belum lagi Law dan teman temannya baru saja launching sebuah caffe tiga bulan lalu. Baru saja sahabatnya yang bernama Luffy menelfon, mengabari kalau beberapa pengunjungnya meminta menu baru. Ya Tuhan, jangan tambah lagi kesibukanku, Batin Law. Ia tau Luffy menelfonnya karena bagaimana pun juga caffe itu mereka kelola bersama, Ia, Luffy dan dua orang temannya yang bernama Sanji dan Zoro. Memang penting mendengar pendapat semua orang.
Setelah menghela nafas lagi, ia memalingkan pandangannya dari jendela kaca rumah sakit dan mulai berjalan kearah ruangannya.
Saat akan membuka pintu ruangan, seseorang memanggil Law.
"Konnichiwa, Law-sensei."
"Oh Bepo, aku baru akan bersiap untuk operasi."
Bepo adalah junior Law di kampus. Ia seorang pria lugu dengan badan yang berisi. Sekarang ia adalah asisten dokter di St Luke dan sedang giat giatnya belajar agar bisa menjadi dokter yang handal seperti seniornya. Karena itu Bepo sangat sering menawarkan diri untuk mempersiapkan operasi-operasi besar, terutama operasi yang dilakukan oleh Law.
Bepo membukakan pintu untuk Law lalu ia bertanya ragu ragu, "Law-sensei, kapan aku boleh mendampingimu saat operasi?"
"Nanti, ketika sudah waktunya," jawab Law santai. "Kau bahkan baru tiga bulan disini."
Bepo merengut. "Tiga bulan tapi sudah terasa sangat lama."
Law fokus pada laporan pasien yang akan ia operasi. Sepertinya akan menjadi operasi yang panjang. Untungnya hari ini ia tidak ada jadwal mengajar, jadi ia bisa langsung pulang ke apartemennya setelah pasien stabil.
"Bepo kau pergilah duluan, pastikan semua sudah siap," ujar Law tanpa memalingkan wajah dari laporan yang ia pegang.
"Ay ay, captain," jawab Bepo lalu bergegas mengambil dokumen lalu berlari keluar.
***
*Sony Group Headquarter*
Langit sudah sangat gelap. Lampu lampu gedung mulai menghiasi langit malam kota Tokyo yang indah. Suasana yang akrab ini senantiasa menemani para pekerja yang lembur di gedung gedung pencakar langit Tokyo. Sepanjang mata memandang yang terlihat adalah cahaya kerlip serta hiruk pikuk Tokyo yang tak pernah mati."Rain, ayo kita turun! Luffy sudah dalam perjalanan menjemput kita."
Gadis itu tersadar dari lamunannya. Ia senang sekali melihat pemandangan langit malam Tokyo dari meja kerjanya. Gadis itu lalu memanjangkan lehernya untuk melihat teman yang memanggilnya.
"Tunggu aku sebentar, Nami!" teriaknya sambil mengangkat tangan.
Rain melihat jam yang sudah menunjukan pukul 8 malam. Ia lalu mematikan laptopnya dan memasukan semua barang barangnya kedalam tas. Tak lupa ia mengisi air minum sebelum pulang. Rain berpostur ramping dengan rambut hitam bergelombangnya. Ia tampak manis dan dewasa. Ketika tersenyum, wajahnya begitu tenang dan teduh. Lembur tidak membuatnya gusar, berbeda dengan gadis mungil berambut orange yang sedang menunggunya didekat mesin absensi.
Nami menguap menandakan ia sudah mengantuk. Berbeda dengan Rain, Nami lebih kecil sedikit. Dari usia pun Nami lebih muda tiga tahun dari Rain. Tapi walaupun begitu, mereka berdua adalah sahabat baik. Karena keduanya adalah teman masa kecil.
"Kamu mau ke Maruetsu dulu sebelum ke Rumah Sakit?" tanya Nami.
"Inginnya begitu. Tapi kalau Luffy sudah dekat, aku bisa ke supermarket dibawah Apartemen saja," jawab Rain sambil memposisikan wajahnya didepan mesin absen. Ia lalu berdecak. "Apa karena aku jarang absen?"
Nami yang melihat wajah temannya tidak terdeteksi langsung tertawa geli. "Sudahlah, mesin itu sudah tidak mengenalimu."
"Menyebalkan," ujar Rain sambil mencoba kembali.
Setelah beberapa kali berganti gaya dan mimik, akhirnya Rain berhasil. Mereka lalu menunggu Luffy di lobby. Luffy adalah kekasih Nami. Mereka belum lama berpacaran.
"Setiap aku bertemu Luffy, terkadang aku masih merasa bersalah karena tidak datang ke acara opening coffeshopnya," ujar Nami sendu.
"Nami, siapa juga yang bisa menolak business trip dadakan itu? Ketika yang memintamu direktur langsung, memangnya kau punya pilihan?" jawab Rain sambil membetulkan syal merahnya. Padahal sudah memakai coat tapi tetap saja dingin, batin Rain.
"Tapi harusnya kau tetap datang," jawab Nami sambil melihat Rain. "Banyak teman-teman Luffy yang ingin kukenalkan padamu."
"Kau tau aku, mana mungkin aku pergi saat tidak kenal siapapun disana," ujar Rain sambil mencoba merogoh isi tasnya. "Lagipula kita bisa pergi kesana lain kali."
"Tapi belum tentu teman-teman Luffy berkumpul seperti saat opening."
"Ah sudahlah, Nami," jawab Rain sambil mengenakan sarung tangan yang ia bawa. "Itu mobil Luffy."
Mobil putih itu dikendarai seorang pria yang agak kurus dengan cengirannya yang khas. Ia mengenakan kaus yang berwarna sama putihnya dengan mobilnya. Nami langsung duduk disebelah kekasihnya, sementara Rain duduk di kursi penumpang dibelakang.
"O-genki desu ka, Luffy-kun?" sapa Rain menanyakan kabar.
"Haik, genki desu, Rain-chan," jawab Luffy sambil menoleh kearah Rain. "Nami-chan, kita ke rumah sakit sekarang?"
"Iya, aku khawatir pada Vivi. Kita belum menjenguknya dari kemarin," jawab Nami sedih.
"Sebetulnya aku ingin menemani kalian, tapi dua puluh menit lagi aku harus concall. Jadi sepertinya aku akan tetap di mobil."
Nami mengangguk sambil menatap kekasihnya.
Luffy menjalankan mobilnya. Ia lalu seperti tersadar. "St Luke kan tempat kerjanya Torao."
"Siapa Torao?" tanya Nami.
"Dia salah satu pendiri dan pemilik Ogawa, coffeeshop kami."
"Maksudmu dia dokter?" tanya Rain.
"Benar, Rain. Torao dokter bedah disana. Baru tadi siang aku menelfonnya. Tapi mungkin dia sudah pulang karena lelah setelah operasi."
"Sanji seorang head chef, Zoro seorang Sommelier, kau seorang developer game, dan temanmu yang tadi kau ceritakan seorang dokter bedah?" ujar Nami heran. "Kalian bertemu dimana sih?"
"Nanti akan kuceritakan ketika kita semua berkumpul. Ceritanya agak lucu," ujar Luffy dengan cengiran khasnya. "Kau juga harus ikut, Rain."
"Baiklah, rasa-rasanya aneh juga melihat pertemanan kalian," jawab Rain sambil terkekeh.
TBC
***
Haiii Fellas, segitu dulu yaaa untuk Bab 1. Ditunggu bab 2 secepatnya. Jangan lupa like and comment jika ada masukan masukan untukku. Cheers!🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
Because you're here (Law x OC)
Fanfiction"I'm yours. No return" . . Law tidak pernah menyangka kehidupannya akan berubah. Ia selalu berpikir kehidupannya hanya seputar kedokteran dan caffe yang ia jalankan dengan teman - temannya. Namun siapa sangka, seorang gadis hadir dan merubah rutinit...