Part 7: Solved

549 42 6
                                    

Fiona meletakkan tubuh mengenaskan Asley di sofa. Mata cokelat gelapnya meneliti tubuh Asley di bawah cahaya remang yang dihasilkan satu-satunya lilin di ruangan itu. Ada pisau yang menancap dalam di kepala Asley, tapi keduanya tidak berani menyentuh pisau itu. Mungkin mereka takut mengacaukan penyelidikan polisi jika sudah keluar dari vila ini nanti.

"Kita harus bertindak, Cherry. Berdiam di sini sama saja menunggu kematian, dan asal kau tahu saja, aku masih ingin menyelesaikan pendidikanku." Fiona menatap langsung ke mata biru terang Cherry, yang terkena cahaya lilin.

Cherry menghembuskan napas frustasi. "Aku tahu, aku tahu!" Ia mengacak rambutya. "Tapi aku tidak tahu apa yang harus dilakukan!"

Fiona tidak membalas. Ia duduk di lantai, beberapa sentimeter dari Cherry. Pikirannya melayang-layang entah ke mana.

Aiden datang dari lorong panjang dengan luka lebam di beberapa titik wajahnya. Ia menatap kedua temannya sendu, kemudian matanya melebar penuh keterkejutan saat melihat sosok kaku Asley, namun ia segera menghapus ekspresi itu, dan ikut duduk.

"Ada yang ingin kusampaikan pada kalian," ucap Aiden tiba-tiba. Caranya memulai percakapan malah menambah kesan buruk di ruangan dingin itu.

Fiona masih diam, tetapi matanya tidak bisa menipu kalau ia menunggu Aiden melanjutkan kalimatnya.

Aiden menggosok kedua telapak tangannya, berusaha menghilangkan dingin, dan mengalihkan pandangan dari kedua temannya. "Kau ingat malam saat listrik di tempat terkutuk ini padam? Aku melihat sesuatu yang tak wajar di dinding."

Mengaitkan jemarinya, Cherry membalas, "Lanjutkan."

"Kau mungkin tidak akan percaya," Aiden menghela napas, "tapi aku serius melihatnya. Awalnya, kupikir ini hanya bayangan yang tidak sengaja terbentuk oleh apa pun benda yang tidak bisa kupikirkan, namun setelah kuamati, sudah dua kali kita mengalami kejadian yang mirip dengan bayangan di dinding itu."

Fiona menaikkan alisnya. "Bayangan apa maksudmu?"

"Justru aku sendiri kurang yakin. Aku melihat bayangan kita, tapi bayangan itu tidak cocok dengan posisi kita malam itu. Aku ingat melihat posisi tergantung Cherry, aku ditusuk pedang, kepala Asley yang ditusuk pisau, dan Millo dipenggal."

Hening. Fiona dan Cherry sama-sama bungkam, namun beberapa detik kemudian Fiona tertawa meremehkan. "Ha-ha, lucu sekali."

"Aku tahu kau akan berreaksi seperti itu," kata Aiden tenang, "tapi aku serius. Kurasa setelah semua hal yang terjadi, aku bisa percaya pada apa yang kulihat. Sejauh ini, banyak hal aneh yang menimpa kita. Kau ingat kejadian kau melihat sesosok wanita? Bukankah Cherry juga melihatnya? For God's sake! Aku mulai merasa pelaku pembunuhan ini bukan manusia."

Fiona terdiam. Apa yang dikatakan Aiden ada benarnya. Tapi apa maksud dari semua itu? Apa tujuan mereka atau dia atau siapa pun itu membunuh mereka?

"Aku tidak mengerti, bagaimana mungkin vila ini jadi seperti ini sekarang? Kita mungkin tersesat. Tapi bagaimana? Aku yakin seratus persen, ini adalah vila keluargaku." Aiden mengusap wajahnya kasar. Sorot matanya terlihat mengerikan; campuran antara sedih dan marah.

"Jujur, aku masih menaruh curiga pada kalian," ujar Fiona, membuat kedua temannya melemparkan pandangan sakit hati. Ia buru-buru menambahkan, "Jangan salahkan aku karena bersikap begitu. Kalian pun harusnya bersikap sepertiku. Segala kemungkinan bisa terjadi."

Aiden mengangguk. "Kau benar." Suaranya nyaris tidak terdengar, kalah oleh suara air hujan.

"Aku memikirkan bagaimana reaksi Millo kalau melihat Asley," gumam Cherry. Ia merunduk, menatapi karpet cokelat yang ia duduki.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The LaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang