Part 4: The Shadow

1K 62 7
                                    

Fiona terisak tiada henti. Perasaan kehilangan kekasihnya jelas saja masih menyelimutinya. Andai saja ia melarang Rico untuk ke balkon, pasti tidak akan seperti ini.

Cherry mengusap punggung Fiona, berusaha untuk menenangkannya. "Dia sudah tenang di sana."

Fiona menggeleng pelan. Rencananya ikut liburan adalah untuk melepas penat dari segala kesibukan di kampus. Tapi yang ia dapatkan? Kehilangan.

Gadis itu mengusap air matanya kasar. Matanya kini berkilat marah meski masih terlihat kesedihan mendalam di sana. "KAU!! KAU PASTI YANG MEMBUNUHNYA, KAN?!!" seru Fiona seraya menunjuk Millo.

"Kau punya bukti, hah?!" balas Millo tak terima.

Cherry dan Asley menahan Fiona agar tidak meledakkan emosinya, tetapi gagal.

"Selama ini, kau yang selalu buat masalah," desis Fiona. "Kau juga yang sering bertengkar dengan Rico."

Millo maju, hendak menghantam Fiona sebelum ditahan oleh Aiden. "Kau tidak bisa seenaknya menuduh orang tanpa bukti, Sialan!!"

Sebelum Fiona kembali meledakkan amarahnya, Cherry dan Asley sudah menariknya dari ruang tengah di mana mayat Rico diletakkan.

"Gila. Dia menuduhku membunuh?! Yang benar saja!" gumam Millo sinis.

"Bro, sepertinya ... vilamu ini sudah tidak aman," kata Millo sembari menatap sekeliling.

"Aku tidak tahu, tapi mungkin kita bisa minta bantuan penduduk sekitar," balas Aiden.

***

"Kau sama saja dengan Millo, kan?! Kau sekongkol dengannya untuk membunuh Rico, kan?" tuduh Fiona berapi-api.

Asley berdiri, menatap Fiona tajam. "Kau tidak bisa seenaknya menuduhku dan pacarku membunuhnya! Kau pikir, untuk apa kami membunuh sahabat sendiri, hah?!" Ia memejamkan matanya, berusaha untuk tidak terbawa emosi. "Lagipula, meskipun Millo sering bertengkar dengan Rico, tapi yang mereka debatkan bukan sesuatu yang besar."

"Kalau begitu ... kalau begitu ... aku mencurigai salah satu di antara kalian semua yang telah membunuh Rico," desis Fiona.

Cherry bangkit, ia hampir menampar Fiona andai tidak ingat bahwa gadis itu masih belum bisa menerima kenyataan. "Kau mencurigai sahabatmu sendiri sebagai pembunuh? Kau gila!" katanya tidak percaya.

"Aku harus berhati-hati," ucap Fiona dengan tatapan kosong.

Cherry dan Asley menghela napas sebelum memutuskan untuk keluar kamar.

"Bagaimana dengan Fiona?" tanya Aiden khawatir.

"Dia masih sangat labil," ujar Cherry.

Asley mengangguk. "Bahkan dia mencurigai bahwa yang membunuh Rico adalah salah satu dari kita," timpalnya sarkastik, kemudian berdecih.

Millo mengusap punggung Asley, menenangkannya agar tidak tersulut emosi. "It's okay, Asley, dia masih stres, maklumilah."

Asley menarik napas panjang, sebelum membuangnya. Helaan napasnya sarat akan frustasi akibat kehilangan sahabatnya. Well, dia dan Cherry memang sempat menangis.

Setelah beberapa menit keheningan menyelimuti, akhirnya Cherry bersuara, "Aku mau buat mie cup sebentar."

"Okay," sambut Aiden.

***

Cherry membuka cup mie yang dibawanya.

"Yucks, sejak kapan aku jadi suka makan mie dalam cup begini?" gumamnya pelan.

The LaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang