"UDAHLAH... BUANG-BUANG WAKTU AJA!"
*****
Setibanya Nara kembalin kondisinya justru semakin parah. Entah mengapa hari ini menjadi hari yang sangat membingungkan baginya. "Kenapa lagi sih ini?..." tanyanya saat melihat Lily menangis sesegukan.
"Lama-lama ini bocah ngeloncong, Nar ..." cela Effan.
"SEPUPU JANGAN NGOMONG GITU! DIA MASIH ANAK-ANAK," sekali lagi Ino membentak Effan yang menurutnya dia terlalu berlebihan kepada Lily.
"Fan... Jangan gitulah" lerai Nara.
Effan yang merasa dipojokkan seketika meluapkan emosinya. "JADI KALIAN BELAIN BOCAH INI NIH! ... OKEY, GUE CABUT," serunya lalu mengeluarkan 2 lembar uang pecahan 50.000 dari dalam sakunya. "Nih gue bayar makanan gue sekalian sama Rumi." Dia melempar uang itu ke meja, dan bersiap-siap untuk pergi meninggalkan mereka. "Balik Rum!" ajaknya kepada Rumi.
Karena Rumi datang bersamanya, dia tidak bisa menolak ajakan itu. "Sory yah... Gue terpaksa balik duluan, dah-," pamitnya. Rumi bersama dengan Effan pergi dari tempat itu dengan terburu-buru.
"Iya... Hati - hati Bu," balas Ino.
Pikiran Nara semakin bergemuruh dengan situasi yang semakin bertambah rumit. Memang bisa dibilang kehadiran Lily seakan membawa petaka baginya namun, disisi lain kehadiran Lily justru memberikan kedamaian di hatinya. Hal ini membuat Nara semakin tidak tahu harus berbuat apa.
"Guys... Kita bali aja yuk? gak enak dari tadi kita jadi pusat perhatian orang-orang disini," bisik Leon setelah memperhatikan sekelilingnya.
"Iya tau... Gak kerasan juga gue jadinya," tambah Rika yang juga merasakan itu.
"Yaudah... Lanjut di rumah gue aja," balas Ino.
"Hayuuuuk..," sahut Leon.
"Tapi sory ... Gue gak ikut yah? Gue belom ketemu orang rumah sepulang dari kantor," izin Rika. "Gak apa-apa gue balik sendiri aja naek angkot," sambungnya.
"Yaelah... Gue anterin aja, nanti abis itu gue nyusul ke rumah Ino," tawar Leon.
"Serius loe?... Gak apa-apa nih, Eon?"
"Selow..."
"Okey deh... Thanks yah."
Setelah melakukan pembayaran, mereka segera meninggalkan tempat itu. Lily bersama dengan Ino, dan Nara langsung menuju rumah Ino, sedang Leon mengantar Rika terlebih dahulu.
****
Lily yang berada ditengah-tengah antara Ino, dan Nara begitu sangat menikmati perjalanan, ditambah lagi dia memeluk Nara dengan erat. Tangisnya pun seketika berubah menjadi senyum yang berseri menandakan dia merasa begitu nyaman berada didekat Nara.
Ino yang mengetahui itu mencoba menggoda Lily. "Cieee... Yang abis nangis langsung senyum-senyum sendiri," ledeknya.
"Ih... Apa sih kak?" balas Lily dengan malu-malu.
"Apa sih yang bikin kamu begitu menyukai Nara?" tanya Ino penasaran.
"Aku gak bisa kasih tahu kak Ino detailnya gimana, tapi yang jelas dimasa depan nanti dia akan memperlakukan ku begitu istimewa," jelas Lily sambil tersenyum simpul.
"Emmm... Begitu, terus?"
"Terus yang paling penting, dia itu begitu sabar menghadapi ku, tulus kepadaku, dan setia, hihihi..."
Ino yang mulai mempercayai semua perkataan Lily kini terjebak dalam kebimbangan. Bagaimana tidak, lelaki yang membuat Lily begitu sangat bahagia ini juga sedang dekat dengan adiknya. "Ifni pasti bakal kecewa banget kalo dengar cerita ini," ucap batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphany
RomanceKebahagiaan, sebuah kata sederhana yang sangat mudah diucap tapi sulit untuk dirasa. Kenapa? Karena kita belum benar-benar mengerti arti kebahagiaan yang sesungguhnya itu apa, baik itu dalam segi arti, makna, dan manfaat. Seperti Lily Tshu, seorang...