"Aku harap perasaan ini tidak pernah berubah."
****
"Emmm... Pantes aja dia beda sama anak-anak pada umumnya," ujar Ino yang dari tadi merasakan hal aneh dalam diri Lily.
"Kenapa, No?" tanya Nara.
"Emang loe gak ngeras kalo perilaku dan, cara ngomong Lily gak kaya anak-anak pada umumnya?"
"Iya sih juga sih..," aku Nara membenarkan dugaan Ino. "Biasanya... Kalo anak cewe pasti canggung dekat-deket sama orang dewasa di luar orang tuanya," jelasnya.
"Iya yah... Apalagi tragedi ribut sama Effan, dia berani loh natap matanya," tambah Leon.
"Nahh... Mulai paham kan kalian?"
"Iya... Di dalam diriku ini adalah Lily berumur 20 tahun," aku Lily.
Kini tidak ada lagi sedikitpun dari mereka yang meragukan cerita Lily meskipun, semua ini di luar nalar tapi memang benar adanya.
***
Leon yang sedang memeriksa handphonenya tiba-tiba terkejut, "Anjroooot... Jam setengah 12!"
"Masa dah!" sahut Nara yang juga terkejut dengan waktu yang bergulir cepat.
"Gue balik yak? Jam 12 portal daerah rumah gue ditutup," pamit Leon buru-buru.
"Ok deh... Hati-hati loe," pesan Ino.
"Ok..." Leon pun dengan tergesa meninggal meraka.
"Gue juga harus balik sih, tapi Lily gimana?" ujar Nara yang sekarang bingung mau dikemanakan Lily.
"Iya... Gimana yah?" Ino pun juga bingung.
"Emmm... Gini aja deh, dia ngenip dulu disini, nah... Besok gue anterin dia pulang ke Bandung, gimana?" usul Nara.
"Yakin loe? Mau nganterin dia ke Bandung?" ulang Ino.
"Ya mau gimana lagi?
"Ya terserah sih tapi, jujur... Kalo besok gue gak bisa ikut," jelas Ino
"Elah... Gua aja sendiri," balas Nara. "Btw... Kamu taukan alamat rumah kamu sendiri, kan?" tanya Nara kepada Lily.
"Ya tahu lah..." Tekan Lily.
"Oke fix... Besok aku antar kamu pulang," tawar Nara.
"Iya..." balas Lily. Sebenarnya Lily bisa pulang kapan saja selama masih ada Hanna disampingnya tapi, entah mengapa dia merahasiakan hal yang satu ini.
"Yaudah gue balik ya, No?" pamit Nara.
"Okey..."
"Hati-hati yang?" ucap Lily dengan rasa canggung.
"Cieeee... Yang," goda Ino.
"Biasa aja sih, No..," timpal Nara yang merasa malu lalu, beranjak pergi meninggalkan mereka berdua.
"Ayo Lily kita ke kamar, ku?" ajak Ino.
"Hayuu..."
*****
Saat mereka berada di kamar Ino, Lily begitu terkesan melihatnya. "Wahh... Kamar Kak Ino rapih dan wangi yah?" pujinya.
"Hehe... Biasa aja."
Seketika mata Lily tertuju pada sebuah buku dengan cover klasik berwarna coklat, tergeletak ditengah-tengah tempat tidur Ino. "Itu novel apa, Kak?" tunjuknya
"Itu bukan novel tapi buku diary ku," jelas Ino.
"Ooo... Kak Ino suka nulis diary?"
"Gak juga sih... Isinya cuma biodata The Sweet Morning, sama puisi-puisi aku aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphany
RomanceKebahagiaan, sebuah kata sederhana yang sangat mudah diucap tapi sulit untuk dirasa. Kenapa? Karena kita belum benar-benar mengerti arti kebahagiaan yang sesungguhnya itu apa, baik itu dalam segi arti, makna, dan manfaat. Seperti Lily Tshu, seorang...