SIX

373 37 11
                                    

ㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤ

"KAU HARUS MENDAPATKAN SNITCH SECEPATNYA," kataku frustrasi. "Slytherin harus menang apapun yang terjadi. Kau tega melihatku mencium pantat kucing sialan itu, Reg?"

Aku bergegas menemui Regulus setelah selesai sarapan. Kami berdua kini berada di depan jendela besar di Ruang Rekreasi Slytherin yang menyuguhkan pemandangan bawah Danau Hitam.

"Memangnya kenapa kalau kau mencium pantat kucing itu?" Regulus menatapku acuh sebelum akhirnya ia kembali mengalihkan pandangannya pada jendela.

"Demi Celana Dalam Kreacher, Regulus! Seorang Shaula Black mencium pantat kucing? Yang benar saja. Aku akan menjadi bahan pembicaraan jika melakukannya. Tolonglah, Reg." Aku menggoyangkan pundak Regulus agar ia menatapku. "Mungkin ini akan menjadi bebanmu, tapi Slytherin punya tim Quidditch yang hebat. Kalian pasti menang, kan? Berjanjilah kalian akan menang melawan Gryffindor."

Regulus menatapku dengan datar sebelum ia menaikan satu alisnya. "Apa yang akan kau berikan padaku jika Slytherin menang?"

Aku menghela nafas kasar. "Memangnya apa yang kau inginkan, Tuan Regulus Arcturus Black? Kau ini seorang Black. Kau sudah memiliki segalanya."

"Benar. Aku seorang Black dan aku sudah memiliki segalanya. Namun, ada satu hal yang belum aku miliki, setidaknya sejak aku masuk Hogwarts."

Aku mengernyit mendengarnya. "Apa itu?" tanyaku bingung.

"Perhatian Kakakku."

Aku tertawa canggung seraya menggaruk leher belakangku yang tidak gatal sama sekali ketika mendengar perkataan Regulus. "Kau benar. Mau bagaimanapun manusia pasti tidak bisa memiliki segalanya dalam dunia ini. Tenang saja kau tidak sendirian. Ada satu hal yang juga tidak kumiliki kok."

Regulus kembali menatap jendela. "Aku tidak bertanya."

Aku memukul lengan kanan Regulus. Tidak terlalu keras, tetapi cukup untuk membuatnya menatapku lagi.

"Kenapa kau sering sekali memukulku?" ujar Regulus seraya memegangi lengannya.

"Jangan berlebihan. Aku lebih sering memukul Sirius daripada kau."

"Memang sudah sepantasnya seperti itu."

Aku tertawa mendengarnya. "Kembali ke topik awal kita. Berjanjilah bahwa Slytherin akan menang, oke? Jika Slytherin kalah aku akan mengajakmu untuk ikut mencium pantat Mrs. Norris."

Regulus terkejut. Merasa tidak terima, Regulus balas memukul pelan lengan kiriku. "Kenapa aku harus ikut terlibat dalam taruhan konyolmu itu bersama Potter?"

"Aw, sakit sekali," ujarku pura-pura kesakitan, berusaha agar terlihat dramatis. "Jika kau tidak mau terlibat maka menangkanlah pertandingan Quidditch itu, Reg."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐘𝐎𝐔 𝐖𝐄𝐑𝐄𝐍'𝐓 𝐌𝐈𝐍𝐄 𝐓𝐎 𝐋𝐎𝐒𝐄  | James Potter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang