Their Friendship

25 9 1
                                    

Pagi, awal dimana kesibukan dimulai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi, awal dimana kesibukan dimulai. Beberapa orang sibuk bekerja, membereskan rumah, dan juga sibuk menyiapkan diri untuk menuntut ilmu. Apalagi pagi senin.

Hari ini ingin sekali Jinan habiskan berdiam di rumah saja, tapi tidak bisa. Pekerjaannya sangat sulit untuk ditinggalkan saking sulitnya Jinan jadi jarang berkumpul bersama keluarga. Walaupun begitu hubungan keluarga Rafen tidak pernah renggang. Setiap pagi keluarga Rafen selalu menyempatkan untuk sekedar berkumpul sarapan bersama di isi dengan topik pembicaraan apa saja.

"Seriusan adek diginiin? YANG BENER AJA," gerutu Jena. Si bungsu kesayangan keluarga Rafen itu tidak terima jika nasibnya sebagai backburner di ulti oleh raja dan dua pangerannya tidak lain adalah Papa Rafen, Jinan, dan Raka.

Beruntungnya Jena masih memiliki sang Ibunda sebagai tempat dia mengadu, "Bunda masa anakmu yang cantik secantik Lee Wonhee ini di ulti sama singa dan keledai keledai," adu nya pada Bunda Jia.

"Kasian anak Bunda," Bunda Jia mengusap lembut surai hitam putri bungsunya, "Kalian udah gangguin anak Bunda siap siap tidur di apartemen alias gak boleh pulang ke rumah!" ancam Bunda Jia tentu saja membuat tiga laki-laki ketakutan.

"Bunda kok gitu, abang yang mulai duluan," Raka menunjuk Jinan.

"KOK GUA? Papa tuh yang mulai duluan," tanpa dosa Jinan menunjuk Rafen.

"Heh? Yang mulai bahas bahas backburner kalian, Papa cuma bagian ngeiyain," sahut Papa Rafen berusaha melindungi dirinya.

"Iya deh iya kita yang salah," ujar Jinan dan Raka bersamaan.

***

"Sekolah yang bener jangan bolos mulu," ucap Jinan sok menasehati Jena. Padahal dulu saat masih sekolah dia yang sering ketahuan bolos sampai beberapa kali Papa Rafen dan Bunda Jia harus turun tangan berhadapan dengan guru bk.

Bugh!

Pukulan kecil mendarat tepat di lengan Jinan, Jena menyebut pukulan itu adalah hadiah kecil.

"Aishh! Kok tiba-tiba mukul gak ada badai gak ada angin," protes Jinan. Beruntung yang memukul Jena, jika itu Raka ceritanya berbeda.

"A-anu maaf bang hehe, adek baru ingat hari ini ADA PERTANDINGAN BASKET!" seru Jena memekakkan telinga. Rasanya telinga Jinan ingin lompat dari tempatnya.

Jinan mengusap telinganya, "Astaga adek, telinga abang mau lompat!."

Jena mendekatkan wajahnya dengan sang abang sambil tersenyum, "Abangku yang tampan mirip Yang Jungwon anterin yaa nanti sore please," bisik gadis itu.

Jinan menghembuskan nafas lelah, lalu tiba-tiba mencubit pipi bulat Jena, "Iya nanti abang anter, udah sana masuk."

Senyuman cerah terpampang jelas di wajah cantik Jena, "Terimakasih abang, adek do'ain abang ketemu sama kakak cantik," ucap Jena mencium sekilas pipi Jinan lalu keluar dari mobil.

LabyrinthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang