What's wrong with Bandung?

7 4 0
                                    

"Jadi apa yang mau kamu bicarain?" tanya Reina kala mereka sudah duduk didepan minimarket tidak jauh dari taman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi apa yang mau kamu bicarain?" tanya Reina kala mereka sudah duduk didepan minimarket tidak jauh dari taman. Dari sini Reina masih bisa memantau Rein dan dua bocil. 

Jinan berpikir sejenak merakit kata-kata, "Jadi gini minggu depan ada pemotretan di luar kota, dan bang Egi gak bisa ikut karena Ayahnya lagi sakit, dan kebetulan juga sekarang lo udah kerjasama dengan gue jadi bisa gak lo gantiin bang Egi?" Egi Saputra salah satu photograper yang juga bekerjasama dengan Jinan. 

Reina terdiam, bagaimana bisa mereka baru saja berkenalan lima hari dan Jinan sudah mempercayai nya? Itu sangat mustahil. Tapi wajar saja bukan jika Jinan percaya dengan Reina karena gadis berlesung pipi itu sudah sangat terkenal dengan semua hasil tangkapan fotonya yang tidak pernah mengecewakan, jadi tidak salah Jinan mempercayainya. 

"Bisakan Rei?" tanya Jinan memastikan. Jinan berharap Reina mau menerima ajakannya. 

"IKUT AJA KAK, KAPAN LAGI KELUAR KOTA BARENG ORANG TERKENAL!" seru Rein yang saat ini sedang bermain perosotan bersama Rian dan Meira. 

Reina masih diam menimbang ajakan Jinan, "Kamu yakin ngajak aku? Maksudnya kan kita baru aja kenalan lima hari terus gak mungkinkan kamu udah langsung percaya sama aku?" ujarnya mengutarakan isi pikiran. 

"Apa yang salah? Gue percaya sama lo, kepercayaan itu emang sulit didapatkan apalagi kita baru kenal kata lo," lama perkataan itu menggantung diudara sampai akhir Jinan kembali melanjutkannya, "Gue udah lama kenal lo."

Setelahnya Jinan pergi menyusul Rein melihat Rian menangis karena kakinya termasuk ke tangga perosotan dan Rein terlihat kesulitan membantu keponakannya. 

Lambat laun Reina terdiam memikirkan maksud perkataan Jinan tadi, sampai Rian datang memeluk pinggangnya sambil menangis, "Hei anak ganteng kenapa?" Reina mengangkat tubuh Rian, memangkunya. 

Rian masih saja menangis sambil menunjuk pergelangan kakinya yang terluka akibat bergesekan dengan tangga perosotan, "Astaga kakinya kenapa sayang?" tanya Reina lalu mengelap darah dengan cardigannya. 

"Aunty sa-sakit," keluh bocah laki-laki itu. 

"Tenang yaa ada aunty disini," Reina terus memberikan kata penenang sampai akhirnya isak tangis itu berhenti, "Udah tidur ternyata."

***
Sepanjang malam Reina tidak bisa tidur nyenyak karena terus memikirkan perkataan Jinan, "Secepatnya ya Na," itu kata yang Jinan ucapkan saat mengantar ia, Rein, Rian, dan Meira. 

Reina bukan ingin menolak ajakan Jinan. Tapi Reina bingung maksud dari "Gue udah lama kenal lo," udah lama kenal? Bagaimana bisa. Sementara Reina tidak pernah bertemu Jinan sekalipun. Mungkin Jinan sering melihat berita tentang Reina di sosial media atau televisi, tapi apakah itu mungkin?

Tidak ingin mengambil pusing Reina meraih ponselnya. Mencari nomor Heksa, tidak butuh waktu lama anak pertama itu langsung mengangkat. 

"Halo mas," kata pembuka yang Reina lontarkan. 

Dari sebrang sana hanya ada kesunyian dan Heksa, "Iya kenapa dek?"

"Mas belum tidur?"

"Kebalik cantik, harusnya mas yang nanya gitu, kamu kenapa belum tidur? Besok libur?"

Mampus Reina harus menjawab apa. 

"Bukannya kamu pernah janji sama mas gak akan begadang kalo gak ada kerjaan? Hm sekarang kenapa begadang?" suara khas laki-laki berkepala dua itu berhasil mengintimidasi Reina.

Lama terdiam sampai akhirnya Reina membuka suara, "Maaf mas kali ini adek gak bisa tidur nyenyak—"

"Lagi mikirin apa?" meski jarang bertemu Heksa masih tau semua tentang adik-adiknya terlebih tentang Reina. 

"Mas aku mau nanya, mas kan kenal nih hampir sama semua teman Rein dari kecil?"

"Iya, emangnya kenapa?"

"Pernah gak mas kenal sama yang namanya Jinan?"

"Jinan? Gak pernah tuh, mas taunya Jinan model yang kerjasama sama kamu."

"Ohh yaudah deh mas, adek cuma mau nanya itu."

***

Pagi hari disambut dengan awan mendung lalu mulai turun setetes air. Hujan mengguyur kota membuat orang orang malas untuk beraktivitas. Ketika hujan turun memang lebih baik diam dirumah menikmati mie dengan minuman hangat ataupun tidur sampai hujan berhenti, benar bukan? 

Menikmati mie dideket jendela sambil berkutat dengan laptop. Jinan memang tidak ke kantor tapi pekerjaan tetap menghantuinya tapi Jinan tidak pernah keberatan. Toh selama pekerjaannya tidak menganggu tida apa-apa. 

Padahal hampir setiap hari ada saja pekerjaan menganggunya, Jinan saja yang tergila-gila dengan pekerjaannya. 

Pintu kamar diketok dari luar. Dengan cepat Jinan membukakan pintu, "Bunda ngapain bawa sapu?" tanyanya pada Bunda Jia.

Aneh sekali Bunda Jia datang dengan membawa sapu, "Abang yang tampan, tolong usir kecoa di dapur dong," kata wanita paruh baya itu dengan menunjukkan senyuman manisnya.

"Astaga Bunda, eh tapi kok Bunda gak teriak?"

Sepertinya salah Jinan bertanya begitu.

"AAAAA KECOA."

Usai membuang kecoa, Jinan kembali ke kamarnya melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda.

Drtt drtt

Dering telpon mengalihkan atensi laki-laki itu. Ia menutup laptop lalu mengambil ponselnya. Dilayar hitam terlihat nama Reina Juwita, langsung saja Jinan menggeser icon hijau.

"Halo Na, ada apa?" Jinan membuka pembicaraan.

Hening sejenak tidak ada suara selain suara hujan, "Halo Jinan, tawaran yang kemarin masih berlaku gak?" tanya Reina basa-basi.

Senyuman mekar dibibir memperlihatkan lesung pipi, "Tentu masih."

"Kalo boleh tau lokasi pemotretannya dimana?" sebelum menerima ajakan seseorang alangkah baiknya kita bertanya dulu ingin dibawa kemana, bukan begitu?

"Bandung."

Detik itu juga sambungan telpon terputus. Reina menghilang secara tiba-tiba. Memangnya ada apa dengan Bandung?

To Be Confirmed

Bau bau muncul konflik nih😏

LabyrinthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang