Zora Atlanna Keyva, gadis cantik, peminim dan pendiam yang saat ini berusia 5 tahun, ya itu aku. Memiliki 1 adik laki laki yang baru saja dilahirkan Mama Alana, yaitu Andrean. Di usiaku yang masih kanak kanak aku sudah bisa mencermati dan memahami segala hal. Pemikiran yang mungkin lebih terlihat mandiri semenjak aku memiliki adik. Sepertinya aku juga sangat gemar membantu Mama Alana, tentu saja itu sudah seharusnya. Saat itu aku sudah bersekolah di dekat rumah, nilai ku pun sangat memuaskan tak ada kendala, hanya saja sifat pendiam dan pemalu ku masih belum bisa ku ubah, itu wajar saja, pikirku aku masih dalam masa pertumbuhan sejak dini dulu.
Sepertinya aku merasa berada dalam keluarga yang sangat harmonis, memiliki Mama Alana yang selalu menyayangi ku sepenuh hati dan Papa Bima yang selalu memperlakukan diriku seperti seorang putri kecil. Keluarga bahagia, tentram dan damai. Namun itu tak bertahan lama.
Sabtu, 11 April 2008
Hari itu aku beserta keluarga kecilku bersiap untuk pergi ke luar kota, ya ibu kota Jakarta. Disana terdapat rumah Oma, Ibu dari Papa Bima. Dengan senang hati aku pun bergegas masuk ke dalam mobil, menyusul dengan Mama Alana dan Andrean adik kecilku.
"Sudah siap nak?" Ucap Mama Alana
"Sudah Mah" jawabku dengan senang hati
"Berangkat Pa" Ujar Mama Alana lagi.
Papa segera menginjak gas perlahan dan kami menempuh perjalanan hingga 3 jam lamanya dari kota Bogor.
Sesampainya disana sangat senang bukan main, sejak membuka mata suasana begitu berbeda dan aroma khas ibu kota sudah tercium olehku. Oh ya, selama perjalanan aku sempat tertidur sejenak walaupun jujur saja aku mungkin sedikit berkendala jika menaiki kendaraan beroda empat itu, di tengah perjalanan aku selalu memejamkan mataku, entah tertidur atau hanya menutup mataku saja, rasanya takut dan pusing. Kata Mama ketika umurku 3 tahun aku pernah dibawa oleh Buk'de dan terjadi kecelakaan mobil, aku ada dalam kejadiannya, namun aku tidak ingat sama sekali, hanya ada sedikit gambaran gambaran kecil yang kadang terlintas jika aku ingin mengingatnya, dan itu pun menjadi alasan ku mengapa aku takut jika menaiki mobil, mungkin efek dari kecelakaan itu juga yang membuatku memiliki rasa trauma hingga saat ini.
"Omaaaa" Aku lari dengan teriakan kecilku untuk sampai duluan berjumpa dengan Oma, sedangkan Mama Alana dan Papah Bima menyusul dari belakang.
"Wah cucu Oma sudah sampai, cantik sekali" Ujar Oma sambil memeluk dan mencium kedua pipi dan keningku.
"Assalamualaikum Oma" Ucap Mamah Alana dan papah Bima.
"Walalaikumsalam, masuk nak" Jawab Oma dengan sambutan hangatnya.
Waktu itu sangat ramai dirumah Oma, kata Mama Alana sedang ada arisan keluarga dan silahturahmi setiap bulannya. Tentu aku masih tidak mengerti, tapi setiap kali datang kerumah Oma aku sangat bersemangat.
Cerita yang sebenarnya dimulai..
Waktu semakin siang dan Tante Dian baru saja datang dengan membawa anak laki laki yang usianya sama denganku, Namanya Arzan Malik Ravindra, dan kini sering ku sebut Tarzan. Maaf ya Tante Dian, menurut ku Arzan sangat menyebalkan dulu. Bagaimana tidak, pada pertemuan pertama kali aku dengan Arzan saja dia sudah membuat ku kesal, lihat apa yang sudah dia lakukan.
"Wah ada Zora tuh dek, Adek belum kenalan dengan Zora kan, kenalan dulu gih sana" Ujar Tante Dian yang menyuruh Arzan untuk menghampiri ku yang berada dipangkuan Oma.
Perlahan dan semakin dekat dengan ku, ia menjulurkan tangannya untuk memperkenalkan dirinya.
"Aku Arzan, aku sudah bisa mengucap R mau dengar? Rrrrrrrrrrrrrrrr" Kata Arzan dengan wajah menyebalkan nya sambil menjulurkan lidah, entah niatnya apa mungkin ingin meledek ku.
"Aku Zora" Kekeh ku sambil membalas jabatan tangan Arzan beberapa saat.
Rasanya masih sangat malu untuk berkomunikasi dengan Arzan cilik dulu, sifat pendiam ku tak bisa ku lawan, namun sejak perkenalan itu Arzan jadi sering mengajak ku main jika ku berada dirumah Oma.
***
Tak terasa beberapa tahun yang sudah ku lalui, aku merasakan tumbuh bersama Arzan, sering bermain jika kami dirumah Oma, bersepeda mau pun main rumah rumahan seperti anak kecil pada umumnya. Tetapi walaupun kita berjauhan rasanya sangat dekat karna seringnya komunikasi melalui telpon mama Alana dan Tante Dewi.
Introvert, mungkin Zora kecil bisa dibilang seperti itu. Aku pun hanya mengira jika sahabat ku hanyalah Tarzan, alias Arzan. Keseharian ku hanya di dalam rumah, membantu Mama Alana dan bermain dengan Andrean yang kini berumur 9 tahun.
Dan tak terasa juga usia ku sudah menginjak 14 tahun, duduk di bangku SMP begitu pun dengan Arzan, rasanya sangat rindu karna ia tak pernah tampak lagi dirumah Oma, mungkin karna kesibukan dari sekolah nya atau temannya semakin bertambah.
Siang itu dengan rintikan hujan, seperti rutinitas pada umumnya semua keluarga besar berkumpul dirumah Oma. Beberapa jam saat mereka semua sedang berbincang aku hanya duduk di depan teras meratapi air hujan dan suasana kota siang itu, sampai pada akhirnya acara selesai aku dipanggil masuk oleh Tante Dian.
Tante Dian ini adalah salah satu calon menantunya Oma dulu, sayangnya itu tidak terlaksana, karna terjadinya kecelakaan pada Om rafi anak tunggalnya Oma sampai menyebabkan Om Rafi pergi mendahului Oma. Tapi Oma pernah bilang kalau Tante Dian ini sudah Oma anggap seperti anaknya sendiri walaupun tidak jadi menantu Oma, mangkanya itu sebab kenapa Tante Dian ini sudah menjadi keluarga dan sering kerumah Oma.
"Eh iya Dian Oma lupa, Arzan nya mana? Biasanya dia paling semangat datang kerumah Oma, kasian juga tuh Zora jauh jauh dateng gaada temennya" Ujar Oma pada Tante Dian.
"Iya Oma tadi sudah Dian ajak katanya sih ada kerja kelompok buat pentas seni lusa nanti tapi gak biasanya kerja kelompok sampai rapih sebegitu nya Oma, Arzan setau Dian paling anti pakai kemejan selain kemeja sekolah, tapi tadi malah pinjam punya abangnya Oma " Ucap Tante Dian pada Oma sambil menuangkan teh hangat untuk ku dan Mama Alana.
"Oma tau Dian, mungkin dia sudah masa pubertas dan lagi senang mencari cinta monyetnya"
Seketika aku terkekeh diam, dan sedikit gemetar mendengar ucapan Oma barusan, ada yang aneh bukan mengapa aku seperti itu.
"Kalau Zora sudah punya cowok?" Ujar Oma lagi. Dan kali ini pertanyaan Oma sangat membuat ku gugup, bagaimana tidak? Om, Tante dan yang lainnya berada di sekelilingku, sampai beberapa saat aku tetap terdiam lalu kemudian seseorang menjawab dari kejauhan.
"Sudah Oma" Ujarnya lantang dengan suara sedikit berat.
***
.
.
.Lanjut part 2 yaaa✨
*Dimohon saran dan kritik nya jika memang terdapat salah kata atau kalimat, thank you for reading. Love u all💗
Mampir yukk👇👇
Ig|@natt.nanat
Tiktok| @natt.nanat
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN I MISS U
أدب المراهقينKetika ingin bersamamu namun waktu menyalahkan itu, tidak tepat. Hanya penyesalan dan kerinduan yang saat ini kurasakan. "Hi my name is Zora, bolehkah aku memelukmu?"