Zhanuar makan dengan dengan khidmat sedangkan seorang Yibo Wardana harus menelan ludahnya karena adik mungilnya ini menggemaskan ketika makan. Lama-lama Yibo bisa gila melihatnya.
Melihat bibir monyong itu bergerak-gerak mengunyah makanan di dalamnya.
Nom nom nom nom
Arghhh! Tolong Yibo sekarang juga. Dia tidak kuat. Setiap melirik Zhan dia ingin sekali menerkamnya. Namun dia harus ingat dia adalah Koko nya yang artinya dia harus menjaga adiknya dan menekan nafsunya untuk tidak menyerang sang adik.
Lantas kegiatannya memperhatikan adiknya itupun tidak luput dari pandangan Dilreba. Yibo tidak sengaja beradu tatap dengannya. Ah, apa dia ketahuan? Tapi Reba tampak tenang menatapnya. Semoga Reba tidak sadar dengan tingkahnya yang menyukai Zhan.
"Ci Reba. Makanannya enak banget. Zhan suka."
Bersyukur dengan ocehan Zhan, sekarang Reba tersenyum menatap Zhan lalu mengusak kepalanya. Meja itu tidak terlalu besar. Jadi ketika Reba berada di seberangnya bisa sampai ke ujung kepala cowok manis itu.
"Umm Zhan, Zhan, bisa aja. Masakan Cici nggak seenak masakan kamu Zhan."
"Halah Cici apaan coba. Zhan kan belajarnya dari Cici. Kalau nggak belajar mang sapa lagi yang mau masakin? Dia?" Tunjuk Zhan sarkas ke kakaknya. "Mustahil. Megang kompor aja udah tremor." Lanjut Zhan dengan mengejek Kokonya ini. Dia belum puas kalo Kokonya belom nangis.. canda deng.
"Hhhah bener Zhan. Masak ya dulu pas SMA kata temennya tuh dia nggak bisa praktek masak. Malah dikata-katain sama temen-temennya."
"Ba, ko aku lagi yang diroasting si." Protes si singa.
"Soalnya kalo Koko belom nangis nggak seru."
"Adek kurang ajar." Yibo menjewer pipi anak SMA itu.
"Aaaa Kooo!" Protes Zhan yang kesakitan. Kebiasaan banget menjewer pipi gembulnya.
"Hihi gemesin." Reba ikut jewer pipi Zhan. Nah, melar juga ini pipi nanti. Zhan yang kenak jewer pun merengut sambil mengusap pipinya yang tambah merah.
BROTHER
Mana mungkin Yibo tega membiarkan wanita pulang sendiri. Tentu dia mengantarkan sang pacar cantik ini ke rumahnya dengan selamat di perumahan elit. Mobil hitam milik Yibo masih di luar gerbang. Orang di dalamnya juga masih tenang.
"Mau mampir?"
"Enggak kayaknya. Zhan sendiri di rumah."
Reba menimang, agak kecewa tapi memang dia tidak boleh egois. Zhan juga masih belum dewasa. "Ok. Kabari kalo ada nyampek rumah."
"Hm." Yibo pun mengangguk.
Tapi Reba masih setia disana. Yibo menoleh mendapati Reba menatapnya intens. Dia tidak tahu apa yang dipikirin Reba lagian dia bukan Mbah dukun.
"Kenapa?"
"Bo, kamu nggak pengen nyium aku gitu?"
Tubuh Yibo langsung panas dingin. Kayak tiba-tiba bagian punggungnya merinding panas gitu terus muncul keringat dingin. Bukan karena dia terangsang justru dia gugup karena selama ini belum mencium seorang wanita pun meskipun dia banyak mantan.
"Ngawur." Yibo menatap jalanan di depannya. Sambil menghindari objek pembahasan.
Reba cemberut, "Napa si. Aku fine-fine aja ko selama itu nggak aneh-aneh. Kan cuman ciuman."
"Ya. Kapan-kapan." Yibo menjawab hanya menjawab demikian namun masih tidak membuat Reba gentar. Dia pacarnya kan. Jadi wajar jika Reba memintanya.
"Yaudah ngambek." Reba mencebikkan bibirnya menatap jalanan juga. Dia menyedekap tasnya dengan kedua tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother
RomanceSeorang kakak yang mencintai adiknya. Mereka bergender yang sama.