"Aku jatuhkan talak padamu, Nala Nirmala. Aku haramkan diriku atas dirimu mulai detik ini."
Suara menggelegar dalam balutan amarah yang pasti. Iris mata gelap yang menusuk hingga ke dasar hati. Mata sehitam jelaga itu adalah mata sama yang pernah menatap Nala dengan penuh cinta, mata yang kini hanya menyimpan kebencian di dalamnya.
"Mas ..." Panggilan Nala tertahan, lidahnya kelu mendengar ucapan yang berhasil mematahkan hatinya menjadi kepingan.
"Pergilah, aku tidak mau melihatmu berada di sekitarku dan Saka lagi." Tangan Arham mengusir halus, lalu tubuhnya berpaling meninggalkan Nala yang berdiri beku.
"Aku ibu Saka, Mas. Selain mencampakanku, kamu juga memintaku untuk menjauh dari anakku sendiri?"
"Ibu?" Arham mengulangi panggilan Saka pada Nala. "Ibu yang menelantarkan anaknya, yang sibuk berselingkuh dengan laki-laki lain, begitu maksudmu?"
"Demi Tuhan! Bagaimana bisa kamu menuduhku seperti itu?"
"Sudahlah, jangan terlalu banyak drama. Aku memberimu uang yang tidak sedikit setelah perceraian ini, bisa kamu gunakan untuk memuaskan nafsu."
Air mata Nala kembali menetes deras, isakannya terdengar parau. Sejenak ia mengambil jeda, memberi waktu pada hatinya untuk menenangkan diri. "Aku tidak pernah melakukan semua yang kamu tuduhkan. Bukankah kamu yang justru pertama kali menodai ikatan ini?"
Satu bulan sebelum kata talak diucapkan, Arham pernah membawa seorang wanita masuk ke dalam rumah di saat keduanya masih sah sebagai suami istri. Di depan Nala—, Arham menunjukan kedekatan, laki-laki itu menegaskan bahwa sudah tidak ada lagi nama Nala di hatinya.
"Aku hanya kembali jatuh cinta, pada wanita baik-baik yang kuanggap tepat."
Rasa ngilu merambat ke seluruh penjuru, Nala menekan dadanya dengan tangan kuat-kuat. Wanita itu kembali mendongak, memandang manik mata gelap yang tak sudi melihat ke arahnya. "Wanita baik-baik tidak akan memasuki rumah yang sudah berpenghuni."
Murka di hati Arham semakin tersulut, laki-laki itu mendekat cepat, melayangkan satu tamparan keras di pipi Nala. "Wanita kotor sepertimu tidak pantas merendahkan wanita lain yang derajatnya jauh lebih tinggi, sadar Nala, kamu telah kehilangan semuanya, termasuk cinta dan kepercayaanku."
Sakit yang Nala rasakan di dalam hati semakin menjadi-jadi. Dulu, Arham mencintainya dengan sangat, tetapi kini laki-laki itu seperti seseorang yang sama sekali tidak Nala kenal.
Nala berdiri dari tempatnya bersimpuh. Ia lelah mencoba mengais sisa perasaan dan kasih sayang Arham. "Baiklah, aku pergi, seperti keinginanmu. Semoga kamu dan wanita itu bahagia" ucap Nala lalu bergegas meninggalkan rumah tanpa menunggu tanggapan Arham.
Wanita itu berjalan menjauh tanpa lagi melihat ke belakang. Ia menuju kamar yang dulu pernah menjadi kamar pengantinnya dengan Arham, kamar yang mereka masuki pertama kali dengan penuh doa dan harapan. Sesak yang Nala rasakan menghantam kuat ketika ia membuka pintu, bayang-bayang percintaan mereka masih tersimpan rapi di tempat ini. Ranjang yang menjadi saksi besarnya rasa yang pernah mereka selami, dinding-dinding yang menjadi pendengar bisu ribuan ucapan cinta Arham untuk Nala.
Lantas ke mana semua itu pergi?
Tak ingin terlalu lama menabur duri, Nala mengepaki barang-barang pribadi miliknya. Ia tidak membawa satupun barang pemberian Arham yang bisa mengingatkan wanita itu dengan rumah ini. Kecuali Saka, hanya anak itu yang tidak bisa Nala lepaskan begitu saja. Nala akan berjuang untuk anaknya.
Tiga tahun pasca perceraian Nala mencoba menata kembali hidupnya yang berantakan. Ia bekerja sebagai seorang seketaris di perusahaan tekstil. Alih-alih kembali ke kampung berkumpul dengan keluarga, Nala tetap memilih tinggal di Jakarta, dekat dengan mantan suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amnesia Ex-Husband
ChickLitMantan suaminya kembali datang, dengan separuh memori yang ditinggalkan.