Eps. 1 : Kelahiran Si Kembar

0 0 0
                                    

Hidup harus dipenuhi kesabaran dan keikhlasan

18 tahun yang lalu....

Seorang wanita berbaring diatas kasurnya. Tangan kanannya di genggam oleh pria yang duduk disampingnya. Kedua wajah mereka terlihat cemas dan penuh harapan. Pintu terbuka lebar dan terlihat seorang pria memakai jas warna putih dan membawa tas hitam masuk kedalam ruangan tersebut.

" Selamat Sore Yang Mulia," pria berjas putih itu memberi hormat kepada orang yang ada dihadapannya.
" Selamat Sore Dokter Abinaya," Pria yang dipanggil Yang Mulia berpindah posisi dan mengizinkan pria berjas putih untuk melakukan tugasnya. Dokter itu memegang denyut nadi tangan wanita itu, setelah selesai memeriksanya dokter itu menampilkan wajah yang raut sedih. Dokter itu memberikan kode kepada pria itu untuk keluar dari ruangan ini.
"Maafkan saya Yang Mulia tapi Ratu tidak hamil." Sang Raja menghembuskan nafasnya, harapannya memiliki keturunan telah pupus.
"Yang Mulia, jangan bersedih, saya yakin ada cara lain agar Ratu bisa memiliki keturunan. Saya permisi, semoga hidup Raja berbahagia." Dokter itu izin meninggalkannya. Sang Raja memasuki ruangan itu lagi dan melihat Ratu, istrinya berdiri didepan jendela memandangi pemandangan laut. Raja mendekati Ratu memeluknya dari belakang.

"Maafkan aku, aku gagal lagi." ucap Ratu, matanya menahan agar air matanya tidak turun
"Itu bukan salahmu, takdir belum bisa memberikannya." Ratu melepas pelukan Raja dan menghadap Raja.
" 5 tahun kita belum memiliki keturunan, aku gagal menjadi Ratu sekaligus menjadi istri bagimu." Ratu tidak bisa menahan air matanya dan akhirnya pecah mengalir deras. Raja yang tidak tega langsung memeluk Ratu untuk menenangkan.
"Akan aku cari cara lain agar kita bisa memiliki keturunan."

......

Keesokan harinya Raja dan Ratu memutuskan pergi dari istana untuk menemui seseorang yang bisa membantu mereka, mereka keluar bersama para penjaga menggunakan kereta kuda. Mereka keluar dari kerajaan dan memasuki hutan. Selama perjalanan Ratu hanya diam dengan ekspresi wajah sedih. Raja yang melihat kondisi Ratu tidak bisa berbuat apa-apa, dia berharap cara ini adalah cara terakhir agar Ratu bisa berbahagia. Mereka sampai ditempat tujuan. Raja membawa Ratu ke sebuah tempat. Sebuah desa tapi berukuran kecil dengan bentuk rumah berbentuk jamur, tidak hanya jamur tapi ada rumah yang berbentuk bunga bergelantungan diatas pohon besar. Penduduknya adalah Pixie. Para Pixie yang mengetahui kehadiran Raja dan Ratu Kerajaan ini langsung memberi hormat kepada mereka. Para pemimpin mendekati mereka berdua.

"Selamat Datang Yang Mulia," ucap Adira, Pemimpin Pixie.
"Adira, aku ingin meminta bantuan mu." Adira melirik ke arah Ratu dan tahu maksud Raja.
"Ikuti saya Yang Mulia." Adira menuntun mereka ke sebuah Pohon. Pohon itu adalah Pohon Kehidupan yang dikelilingi aliran sungai. Pohon itu mengeluarkan cahaya dan muncul sesosok nenek, nenek itu mengenakan mahkota yang terbuat dari rantaing kayu dan baju warna kuning dan hijau panjang.

"Selama Datang di Pohon Kehidupan. Apa yang ingin kau ketahui?" Ucap Gamila, Roh Penjaga Pohon Kehidupan.
"Saya ingin menanyakan kenapa istri saya selama 5 tahun belum hamil, sudah berbagai cara kita lakukan tapi tidak membuahkan hasil." Salah satu daun pohon kehidupan terlepas dari rantingnya dan terbang mengarah Gamila, daun itu melayang didepannya. Almaira membaca tulisan di daun itu.
"Ketika Matahari dan Bulan bertemu akan lahir dua anak." Raja dan Ratu bahagia mendengar perkataan Gamila.
"Mereka akan menjadi Matahari dan Bulan untuk kerajaan, namun salah satu anak ini akan membawa kedamaian dan kehancuran." Raja dan Ratu seketika terkejut.
"Maksud dari kedamaian dan kehancuran?" Tanya Ratu. Gamila hanya tersenyum.
"akan saatnya kalian tahu, satu pesan untuk kalian berdua. Jaga kedua anak banyak mengincar mereka dan mereka akan menjadi lambang keadilan." Gamila menghilang dihadapan mereka. Raja dan Ratu mengingat pesan Gamila dan kembali ke Istana.

The Twilight's Embrace (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang