Eps. 4 : Bermata Matahari dan Bulan

0 0 0
                                    

Ketakutan Bisa Membunuh Diri Kita Sendiri

Bella terbang secepat yang ia bisa untuk pergi ke istana. sayapnya yang berukuran kecil, tidak seperti naga pada umumnya. Matahari yang sangat terik membuat Bella kesusahan terbang di langit, dirinya hampir terjatuh karena sayapnya tapi ia harus melakukannya demi Lia, ia tidak ingin kehilangan sahabatnya setelah ia kehilangan orang tuanya yang ditangkap oleh Bangsa Manusia. Dirinya juga diberi amanah oleh Raja dan Ratu untuk selalu menjaganya, ia harus berusaha untuk sampai ke istana.

Sesampainya di istana, ia memberi tahu penjaga istana ada kabar penting yang harus disampaikan ke Raja dan Ratu. Penjaga istana mengizinkan Bella masuk ke dalam istana, ia berlari di setiap lorong istana mencari Raja dan Ratu. Bella berhenti di depan pintu besar dan membukanya, terlihat Raja, Ratu, dan Pangeran sedang berkumpul.
"Raja Bastian, Ratu Arina, Pangeran Bayu." ucap Bella dengan nafas terengah-engah.
"Bella, ada apa?" tanya Ariana.
"Putri Lia.... Yang Mulia...Dia..." Belum selesai Bella berbicara Bayu langsung memotongnya.
"Ada apa dengan adikku?"
"Putri Lia pingsan ketika berbelanja di pasar." Mereka terkejut mendengarnya.
"Pingsan?ayah, bunda, kita harus segera ke hutan untuk mengecek keadaan Lia."
"Baiklah, Penjaga siapkan kereta kuda."
"Aku harap Lia baik - baik saja." ucap Arina. Mereka keluar dari istana dan pergi menuju hutan.

....

Pendekar 4 Musim pergi ke istana untuk memberi tahu kondisi perbatasan antara Bangsa Mythology dan Bangsa Manusia. Sesampainya di istana, mereka mendapatkan kabar keluarga Kerajaan sedang ada urusan di luar. Akhirnya mereka memutuskan untuk kembali, mereka berjalan melewati lorong istana. Mereka melihat ada foto dinding ukuran besar yang sepertinya baru dipasang dan mengambil alih perhatian mereka.

 Mereka melihat ada foto dinding ukuran besar yang sepertinya baru dipasang dan mengambil alih perhatian mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Siapa dia?" Tanya Leo.
"Dia Putri Ajeng Senjalia, kembarannya Pangeran Bayu Ananta." Jawab Haruna.
"Kembarannya Pangeran? baru tahu, tapi kenapa dia tidak pernah kelihatan?" Tanya Leo lagi.
"Karena Putri Senjalia mempunyai kekuatan yang banyak diincar oleh orang - orang jahat termasuk Bangsa Manusia, jadi dia disembunyikan oleh Raja Bastian dan Ratu Arina di sebuah tempat" Jawab Hazel.
"Kau tahu kisahnya zel?"
"Tahu, karena aku pernah bermain dengannya bersama pangeran saat masih kecil."
"Ibuku juga membantu kelahirannya." sambung Haruna. Gabriel hanya diam melihat foto itu.
"Riel, diam saja lihat fotonya, cantik ya." Goda Leo. Gabriel tidak menggubris Leo, dirinya memperhatikan kedua mata yang ada di foto ini. Dia merasa pernah melihat kedua mata ini, tiba-tiba teringat tadi siang dia melihat gadis dengan tudung berwarna merah berjalan melewatinya dan melihat kedua matanya yang memiliki warna yang berbeda dan gadis itu juga melihat dirinya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Woiii,,,,diam aja, jatuh cinta dengan foto Putri Senjalia." Gabriel diam dan langsung meninggalkan mereka bertiga.
"itu anak kenapa?" Mereka bertiga sudah terbiasa dengan sikap Gabriel yang seperti itu. Dingin. Akhirnya mereka memutuskan menyusul Gabriel dan meninggalkan istana.

...

Gabriel memutuskan pulang ke rumah, dia menyusuri jalan dengan sport bikenya. Langit sudah menampilkan warna jingganya yang memberikan tanda sebentar lagi akan gelap karena warna jingga yang ada di langit sebentar lagi akan menghilang, jalanan kota terlihat ramai karena orang - orang kembali ke rumah masing-masing setelah melakukan pekerjaan. Dirinya sempat mampir ke toko sayuran,  membeli makanan untuk koalanya. Dia memasuki kawasan musim dingin. Gabriel melewati jembatan kayu yang setengahnya terkena salju, setelah melewati hutan salju dia sampai di depan rumah. Gerbang terbuka dan Gabriel masuk ke dalam, membawa motornya ke halaman rumah. Dia disambut oleh Kepala Pelayan Keluarga Buraid.

"Selamat Datang Tuan." Ucap Hilary.
"Terima kasih," Gabriel masuk ke dalam rumah. Rumah yang berukuran besar tapi hanya dihuni oleh dirinya dan para pelayan yang bekerja disini. Orang Tuanya adalah Pendekar juga tapi mereka menghilang setelah mendapat tugas untuk memata - matai Bangsa Manusia, tidak pernah kembali. Gabriel membuka pintu kamarnya, dia melepas seragamnya dan meletakkan pedangnya di atas meja belajar. Gabriel memakai pakaian santainya dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Matanya melihat ke langit-langit kamarnya yang berwarna putih polos, dirinya merasa mengantuk dan mulai memasuki dunia mimpinya.

...

Kereta kuda berwarna biru dan emas dengan lambang kerajaan berjalan dengan cepat menuju hutan. Di depan dan di belakang kereta kuda terdapat penjaga dengan kudanya dan di atasnya ada Bella yang terbang. Di dalam kereta kuda, Arina memikirkan kondisi putrinya yang tiba-tiba pingsan sebelumnya tidak seperti ini. Bastian berusaha menenangkan Istrinya agar tetap tenang dan meyakinkan putrinya akan baik-baik saja. Bastian tadi meminta Dalia untuk ikut menyusul mereka menuju persembunyian Lia. Bayu yang melihat kondisi ini tidak bisa melakukan banyak untuk membantu adik kesayangannya.

Flashback on...
"Lia turun nanti jatuh." Seorang anak laki-laki meneriaki adik perempuannya yang naik pohon demi sebuah apel padahal tinggal mengambil di dapur.
"Nanti dulu, bentar lagi Lia hampir berhasil mendapatkan apelnya." anak perempuan itu berhasil mendapatkan apelnya tapi ia kehilangan keseimbangannya dan terjatuh, untungnya anak laki-laki itu bisa menangkapnya tubuh adiknya walaupun akhirnya dia ikut jatuh juga.
"Liaaaaa....." ucapnya. Anak perempuan itu hanya tersenyum.
"Kamu tuh ya, kalau di bilangin bandel," anak laki-laki itu mencubit kedua pipi adiknya.
"Sakit Kak Bayu." Di tengah bermain mereka, suara ledakan terdengar keras. Kedua anak itu melihat ke atas langit, terlihat pesawat terbang.
"Bayu, Lia." Seorang wanita berlari menghampiri mereka.
"Ayo ikut bunda sekarang." Mereka berlari. Orang - orang berteriak dan berlari ketakutan. Mereka berlari ke belakang istana, terlihat dua naga terbang.
"Bayu, Lia, dengerin bunda, sekarang kalian pergi ke hutan dan bersembunyi disana. Bunda sudah meminta pasukan untuk melindungi kalian di hutan."
"Tapi, bagaimana dengan bunda, ayah, dan orang - orang yang ada di istana ini."
"Kalian tidak perlu khawatir, bunda dan yang lainnya akan menjaga diri ." Wanita memeluk kedua anaknya dan mencium kedua kening mereka.
"Bayu jaga adikmu." anak laki-laki itu hanya bisa mengangguk.
"Chafik, Elfreda, tolong jaga kedua anakku."
"Baik, Yang Mulia." Kedua anak kecil itu naik ke atas tubuh kedua naga itu dan terbang menjauh. Wanita itu kembali masuk ke istana. Kedua anak itu bisa melihat kekacauan yang terjadi di bawah sana. Sesuatu yang harusnya tidak di lihat oleh anak seumuran mereka.

Flashback off..

...

Mereka telah sampai di sebuah rumah sederhana yang berada di dalam hutan. Arlo dan Dania menyambut kedatangan mereka.

"Arlo, Dania, dimana Lia." tanya Arina khawatir.
"Tuan Putri ada di dalam kamarnya." Dania mengantar Arina, Bastian, dan Bayu ke kamar Lia. Mereka bisa melihat Lia berada di atas kasur dengan wajah yang pucat. Arina mendekati Putrinya, ia menyentuh dahinya. Dingin sekali, tiba-tiba Lia berbicara dengan kondisi masih menutup matanya.
"Gelap..." Orang - orang terkejut dengan kondisinya.
"Lia, bunda disini sayang." Arina mencoba untuk membangunkannya.
"Tolong, aku nggak mau disini, Lia mau pulang..." tubuh Lia bergerak hilang kendali.
"Lia, bangun, disini ada kakak, bunda, sama ayah." Lia masih belum sadar, dia masih berbicara. Arina berusaha menenangkannya, ia mengeluarkan cahaya hijau dari telapak tangannya dan meletakan di atas dahinya. Seketika tubuh Lia berhenti bergerak dan mulai membuka mata. Lia bisa melihat kedua orang tuanya dan kakaknya.
"bunda, ayah, kakak."
"ini bunda sayang, kamu kenapa?" Lia menangis dan tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan kedua orang tuanya. Lia bangun dari pingsannya dan memeluk bundanya. Arina menenangkan Putrinya.
"Sayang, tenang, kami semua ada di sini." Bastian berusaha menenangkan Putri kesayangannya. Lia berhenti menangis.
"Bunda, tadi Lia mendapatkan penglihatan darah habis itu Lia pingsan dan bermimpi Lia ada di tempat sebuah gelap, tubuh Lia tidak bisa gerak, ada sesuatu yang menahannya dan sebuah tangan berusaha untuk mengambil kedua mata Lia." Arina memeluk Lia untuk membuatnya tenang. Di luar rumah sederhana itu, terlihat seseorang memperhatikannya dengan senyuman yang mengeluarkan taring panjang.

The Twilight's Embrace (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang