Eps. 5 : Bunga yang Bermekaran di ditengah Salju

0 0 0
                                    

Kamu mempunyai sesuatu yang membuatku tertarik oleh gravitasi mu

Gabriel membuka matanya dan melihat dirinya berada di sebuah tempat dengan genangan air dibawah kakinya. Tidak ada cahaya sedikitpun, hanya kegelapan. Perasaan tadi, dia tidur di kamarnya.
"Gabriel." Dia mendengar ada orang yang memanggilnya. Tidak hanya sekali tapi beberapa kali.
" Siapa itu?" Gabriel berusaha mencari sumber suara itu tapi dia tidak bisa melihat apa - apa. Dia mencoba untuk berjalan mencari cahaya namun semuanya sia - sia, suara itu memanggilnya lagi tapi suara yang memanggilnya seperti suara kedua orang tuanya.
"Ayah, Ibu," Gabriel terus berjalan di atas genangan air, dia melihat dua orang yang berdiri. Gabriel terus berjalan mendekati dua orang itu. Semakin mendekat, dia bisa melihat kedua sosok itu. Jantungnya berhenti berdetak, matanya terasa panas setelah melihat kedua sosok. Sosok yang selama menghilang dari kehidupannya, dia berlari untuk menghampiri kedua sosok yang selama ini ia rindukan.
"Ayah,, Ibu,," Belum sempat Gabriel mendekati orang tuanya, api muncul di antara mereka. Dia melihat api yang sangat besar dan sangat panas, kedua sosok itu menghilang.
"Ayah, Ibu, kalian dimana? Jangan Pergi, Gabriel ingin bertemu kalian." Api semakin membesar, api itu mengelilingi tubuhnya. Gabriel terjebak di dalam lingkaran api.

Tok.. Tok..

Gabriel bangun dari tidurnya dengan nafas yang terengah-engah, keringat dingin keluar dari dahinya. Dia mengatur laju detak jantungnya. Suara ketukan pintu yang membuatnya bangun dari mimpinya.

"Tuan Muda, apakah tuan muda di dalam?" Gabriel bangkit dari tempat tidurnya dan membuka pintu kamarnya. Hilary sudah berada di depan pintunya dengan membawa senampan makanan.
"Tuan tidak apa - apa? Tuan terlihat pucat sekali." Akhir - akhir ini Tuannya sering bermimpi buruk dan orang tuanya. Hilary mengkhawatirkan kondisinya.
"Baiklah Tuan, saya membawakan Tuan makanan. Sudah waktunya makan malam." Gabriel menerima makanan dari Hilary.
"Terima Kasih Bibi." Gabriel masuk kembali ke dalam kamar dan meletakkan makanannya di atas meja belajar. Gabriel pergi ke kamar mandi untuk membasuk mukanya setelah itu memakan makan malamnya sambil bermain handphone. Sebuah notif pesan muncul di layarnya, dia membukanya. Ternyata atasannya memberi tahu tentang misi mendadak.

Tidak biasanya dia mendapatkan misi mendadak seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak biasanya dia mendapatkan misi mendadak seperti ini. Setelah selesai dengan makanannya, dia bersiap - siap. Gabriel turun ke bawah sambil membawa tempat makanannya.
"Bibi, aku ada misi malam ini." ucap Gabriel yang sedang mencuci tempat makananya di wastafel dapur.
"Tumben sekali malam - malam gini." balas Hilary.
"Perintah dari Raja."
"Hati - hati di perjalanan Tuan." Gabriel mengganguk dan pergi menuju depan rumah. Motornya masih terpakir di depan rumah, dia menyalakan mesin motonya dan melaju keluar rumah.

...

Gabriel melaju motornya keluar kerajaan ke pinggir hutan, dia melihat teman-temannya sudah sampai. Afdhal menghentikan motonya dan melepas helmnya.
"Akhirnya Tuan Dingin datang juga." Afdhal hanya diam dan dan tidak menjawab perkataan Leo.
"Dingin amat, ngomong-ngomong kita dapat misi sampai mendadak seperti ini?"
"Entahlah, tapi firasatku misi menjaga Putri Senjaliara." Ucap Haruna.
"Haaaa, menjaga Putri? Emang dia tinggal di hutan?" Balas Leo.
"Selama ini Putri Senjaliara tinggal di hutan ini dan Ratu Arina memberikan penghalang di hutan ini agar orang - orang yang mengincar Putri tidak bisa masuk ke dalam."
"Terus kenapa kita dipanggil untuk menjaganya?" tanya Leo lagi.
"Karena penghalang yang di buat oleh Ratu Arina ada yang merusaknya." Jawab Jendral Dilan yang tiba-tiba muncul.
" Ayo, kita harus ke dalam hutan sekarang." Mereka semua menaiki motornya masing-masing dan melaju ke dalam hutan. Selama di perjalanan Gabriel bisa merasakan hawa yang sangat dingin dan seperti ada yang memperhatikan mereka. Mereka sampai di sebuah rumah sederhana, mereka menghentikan motor mereka dan turun dari motornya. Mereka masuk ke halaman rumah tersebut yang cukup luas. Raja Bastian keluar dari rumah itu. Mereka memberikan hormat kepadanya.
"Maafkan saya karena memanggil kalian secara mendadak, aku harap kalian sudah tahu misi kalian. Kalian harus menjaga Putri Mahkota dari Kerajaan ini untuk malam ini karena besok dia akan kembali ke istana setelah sekian lama di sembunyikan oleh keluarga Kerajaan, saya harap kalian bisa menjalankan tugas dengan baik." ucap Raja Bastian.
"Baik Yang Mulia, akan kami laksanakan dengan baik." Ucap mereka.

Dari dalam rumah, seorang gadis keluar dengan gaun berwarna putih dengan corak bunga sakura. Rambutnya yang panjang berwarna hitam terlihat berkilau terkena cahaya bulan dan kedua matanya yang orang - orang bilang mata Matahari dan Bulan. Gadis itu tersenyum dengan manis dan berjalan ke arah mereka.
"Para Pendekar ini adalah Putri Mahkota Senjaliara." Para Pendekar menunduk hormat.
"Perkenalkan aku Senjaliara, kalian bisa memanggilku Lia."
"Senang Bertemu dengan Anda Putri Lia."
"Perkenalkan diri kalian masing-masing para pendekar." Perintah Jenderal Dilan.
"Perkenalkan, saya Haruna Abraham. Saya anak kedua dari dokter Dalia yang selama ini merawat anda." Haruna menunduk hormat.
"Perkenalkan, saya Leo Aelius, saya berasal dari musim panas." Leo menunduk hormat.
"Perkenalkan, saya Hazel Akiyami, saya harap Tuan Putri masih mengingat saya. Saat masih kecil kita pernah bermain bersama." Hazel menunduk hormat.
"Tentu saja aku masih mengingatnya." Pandangan Lia beralih kepada Laki-laki berambut blonde itu.
"Perkenalkan, saya Gabriel Buraid, saya berasal dari musim dingin." Lia bisa merasakan aura yang berbeda dari laki-laki itu.
"Senang bertemu kalian dan maaf telah merepotkan kalian saat malam gini."
"Lia, masuklah ke dalam. Kamu harus istirahat."
"Baik, ayah." Lia dan Bastian masuk ke dalam rumah.
"Wuhhhh, ternyata Putri Lia lebih cantik dari pada di foto." Ucap Leo memuji kecantikan Lia.
"Cantiknya seperti bunga yang bermekaran di musim semi." sambung Haruna. Leo memperhatikan Gabriel yang terdiam.
"Riel diam aja, cantik ya Putri Lia."Goda Leo sambil menaikkan alisnya. Gabriel hanya melirik dengan tatapan tajam ke Leo. Leo yang takut langsung menghindari tatapannya. Jendral Dilan memerintahkan mereka berempat untuk mengatur posisi mereka.

...

Malam semakin larut, Bulan menampakan dirinya bersama bintang - bintang yang selalu setia menemaninya dan jangan cahayanya sebagai lampu malam di Bumi. Angin malam yang begitu dingin membuat dedaunan kedinginan mengikuti arah jalannya., suara burung hantu terdengar jelas. Pepohonan tinggi yang berdiri kokoh di dalam hutan ini. Gabriel masih membuka matanya, dirinya belum mengantuk. Leo dan Hazel sudah tertidur duluan setelah bermain ular tangga sedangkan Haruna menemani ibunya di dalam rumah. Gabriel bermain handphonenya untuk mengisi waktu. Suara Pintu terdengar, sesosok perempuan keluar. Gabriel langsung berdiri di hadapannya.

"Kau belum tidur Gabriel?" Tanya Lia. Gabriel hanya mengangguk.
"Sama, aku juga." Lia memakai jubahnya dan sepatunya.
"Anda mau kemana Tuan Putri?" Tanya Gabriel.
"Aku mau ke suatu tempat."
"Biarkan saya menjaga anda." Kata Gabriel. Lia tersenyum.
"Tentu saja, Ayo." Lia berjalan di depan dan Gabriel berjalan di belakangnya. Mereka pergi ke sebuah jembatan dengan pemandangan air terjun. Lia berhenti di depan air terjun itu, ia membuka tudung jubahnya. Lia menutup matanya, merasakan suasana air terjun malam ini. Gabriel memperhatikannya, dia bisa melihat rambutnya yang panjang hitam bersinar terkena cahaya bulan dan wajahnya yang begitu cantik seperti bunga bermekaran di tengah turunnya salju.
"Cantik" Batin Gabriel. Lia membuka matanya dan menengok ke arah Gabriel. Gabriel yang terciduk memperhatikan dirinya mengalihkan pandanganya, dia yakin pipinya sudah memerah. Resiko punya kulit putih. Lia mendekati dirinya dan tiba-tiba menyentuh dahinya.
"Kamu sakit? Wajahmu memerah." Tanya Lia. Gabriel bisa melihat seluruh wajah Lia dengan posisi dekat ini, dia bisa melihat kedua bola matanya yang memiliki warna seperti matahari dan Bulan yang bersinar.
"Siall." Gabriel merasa detak jantungnya melaju dengan tiba - tiba.

Tiba-tiba sesuatu menghampiri mereka dari udara. Gabriel yang mengetahuinya langsung menarik tubuh Lia untuk menghindarinya, sebuah panah yang hampir saja mengenai Lia. Dari atas langit sesosok makhluk bersayap terbang dan mendarat di depan mereka. Gabriel dan Lia terkejut melihat kehadiran sesosok itu.
"Makhluk apa itu?" Tanya Lia.
"Ahool." Gabriel menarik tubuh Lia berdiri di belakangnya. Gabriel mengeluarkan pedangnya.
"Tuan Putri berdirilah di belakangku."
Pertarungan antar Pendekar Musim Dingin dan Makhluk Itu pun terjadi

The Twilight's Embrace (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang