◇Chapter: I◇

588 61 4
                                    

Dingin & suram

Dua kata yang sangat cocok untuk menggambarkan suasana yang mendominasi penjara itu,
Penjara yang dimana seorang narapidana yang dijebloskan kesana...

Maka Ia hanya akan tersisa namanya.

Scarlet Sanctum.

Nama penjara yang akan kedatangan seorang narapidana baru hari itu.

Di lorong panjang yang dingin & remang itu, terdengar suara derap langkah kaki yang menggema hingga ujung lorong, suara itu berasal dari tiga orang yang tengah berjalan di sana.

Dua orang pria berbadan tegap & berwajah sangar yang tengah mengawal seorang wanita yang kedua tangannya diborgol itu pun tiba di ujung lorong yang merupakan sebuah pintu besi, salah satu pria itu membuka pintu dihadapan mereka.

Suara sumbang yang dikeluarkan dari pintu itu tentunya menarik perhatian seisi penjara
Khususnya pria itu
Ketiga orang yang melangkah mendekatinya itu memaksa pria itu berhenti dari aktivitasnya & berjalan menghampiri mereka.

"Ini (Full Name), ditempatkan di sel no. 69, data-data tentangnya terlampir" ujar salah satu pria yang mengawal narapidana bernama (Name) itu sambil menyerahkan selembar map biru yang ia bawa kepada pria berambut merah dengan sedikit helaian putih diantara rambut panjangnya yang diikat itu.

Pria itu membuka map biru itu langsung, netra oranye nya menyisir puluhan kata yang berada di kertas yang ia pegang.
"(Full Name)...Usia...dua puluh lima...ditahan atas dugaan membunuh seorang CEO perusahaan...status...belum menikah... menunggu hasil pesridangan untuk tindak pidana yang akan diambil..."

"Baikah, kalian boleh pergi, biar saya yang mengurus wanita ini" titahnya kepada kedua pria tadi, suaranya yang tak terlalu berat, lembut namun tegas, menggema ke seluruh penjuru penjara, kedua pria itu mengangguk & beranjak meninggalkan penjara.

Pria berambut merah itu melirik kearah (Name) dengan tajam
"Ikuti Saya" titahnya, (Name) hanya menurut, pasrah digiring kemanapun kaki membawanya.

Sel tempat (Name) mendekam berada di bagian pojok penjara, tak terlalu luas, hanya 3 x 4 meter dengan dipan yang berada di pinggir sel serta jendela kecil berjeruji sebagai ventilasi

Tanpa disuruh, (Name) melangkah masuk kedalam sel yang pintu jerujinya terbuka itu & mendekati dipan yang berada di dalam sel itu,
Pria berambut merah tadi ikut masuk kedalam sel secara tiba-tiba, membuat (Name) agak terkejut.

Pria berambut merah itu melangkah mendekati (Name), netra oranye nya menatap (Name) datar sekaligus tajam, membuat (Name) bergidik ngeri & refleks berusaha menjauh, saat mereka berhadapan, pria itu mengambil kedua tangan (Name) yang masih terikat borgol, membuat wanita itu menahan nafas saking takutnya.

Saat melihat respons (Name), pria itu menghela nafasnya lalu melepas borgol yang mengikat tangan (Name) dengan kunci kecil yang ia pegang,
Begitu borgol itu terlepas, (Name) menatap kedua tangannya yang kini bebas bergerak, lalu netra (Eye color) nya kembali menatap pria berambut merah itu yang tengah menatapnya datar.

"Dilepas dulu borgolnya" ujarnya datar sambil beranjak meninggalkan (Name) & mengunci jeruji selnya, tatapan (Name) tak lepas barang sedikit pun dari pria itu, bahkan (Name) melangkah mendekati jeruji selnya & menatap pria itu yang tengah melangkah menuju sebuah ruangan berpintu besi dengan sebuah tulisan berwarna putih di atasnya.

CHIEF OF WARDEN
HARRIS CAINE

"Harris caine...." gumam wanita itu pelan saat melihat pintu yang dimasuki pria tadi alias Harris, (Name) pernah mendengar nama itu sebelumya.

Kalau tak salah, dulunya Harris merupakan seorang detektif kepolisian yang terkenal akan kejeniusannya, hampir tak ada kasus yang sulit dipecahkan olehnya, hingga suatu hari, kabar bahwa dirinya dipecat dari pekerjaannya sebagai detektif kepolisian sampai ke telinganya, dan -konon katanya-,pria itu dipecat karena melibatkan diri dalam sebuah kasus pembunuhan berantai yang didalangi oleh putra dari kepala kepolisian tempatnya bekerja, tak ia sangka Harris menjadi seorang sipir di penjara ini.

"Kau memanggilku?"

Tanpa diduga, Harris sudah kembali berdiri di depan sel (Name), wanita itu menatap Harris dengan takut lalu ia kembali menunduk & menggeleng pelan, melihat jawaban (Name), harris menghela nafasnya & balik badan meninggalkan sel tempat (Name) mendekam,
"Dasar narapidana baru..." gerutunya yang -untung saja- tak terdengar oleh (Name).

Begitu Harris sempurna hilang dari lingkup pengelihatannya, (Name) duduk diatas dipan yang menghadap ke arah dinding selnya yang dingin,
Wanita itu menangkup wajahnya dengan kedua tangan & menunduk dalam, Ia menghela nafasnya gusar.

(Name) menatap lengan bajunya yang berwarna merah gelap bergaris hitam, wanita itu kembali menghela nafasnya,
Baru kemarin, Ia mengenakan baju rapih ala pegawai kantoran & berangkat bekerja seperti biasanya, mana ia sangka ia akan berakhir di penjara macam ini.

Tak lama, Ia bisa merasakan kalau matanya memanas.

Dan tanpa butuh waktu lama, air mata yang mati-matian ia tahan sedari tadi pun akhirnya meleleh, (Name) menutup wajahnya dengan kedua tangan, mati-matian Ia tahan suara isak tangisnya agar tak terdengar hingga tetangga selnya yang lain, khususnya, pria itu.

Bukan...

Bukan aku pelakunya...

Seharusnya tidak begini...

Batinnya terus menerus mengulang perkataan itu, isakan tanpa suaranya membuat nafasnya tak beraturan, deru nafasnya yang terdengar seperti orang terengah-engah menggema pelan di seluruh lorong remang penjara.

Isakannya tak juga berhenti,
Hingga senja menyapa.

Kebetulan, ventilasi sel (Name) menghadap ke arah barat, membuat sorot cahaya matahari yang perhalan masuk ke peraduannya menyusup masuk ke dalam sel tempat (Name) mendekam, (Name) yang masih terisak mengintip sorot cahaya senja yang berhasil menembus dinginnya jeruji penjara yang mengurungnya.

Isakan (Name) terhenti perlahan, lalu kedua netranya yang sembap menatap kearah ventilasi, tak lama, sebuah senyuman tipis terukir di wajahnya, saat menyadari bahwa -ternyata- langit sore itu masih berbaik hati dengan memberikan 'secuil' senja ke dalam sel dingin (Name).

Sangat sederhana bagi (Name) untuk mengembalikan suasana hatinya yang muram, Ia cukup mencari tempat yang sepi, menyendiri disana, lalu mendongak menatap langit di atasnya, kalau tidak, menatap langit melalui kaca jendela pun cukup baginya,
Untunglah sang surya masih berbaik hati dengan memberikan 'secuil' senja kepada (Name) untuk dinikmati, yah, sedikit banyak mengobati luka di dalam hati (Name)

Saking khusuknya (Name) menikmati 'senja' melalui ventilasi selnya, hingga wanita itu tak menyadari kehadiran seseorang di depan selnya.

Itu Harris, pria itu sebenarnya tengah melakukan patroli rutin seperti biasanya, dan langkahnya terhenti di depan sel tempat (Name) mendekam, awalnya, pria itu merasa ada yang aneh waktu melihat (Name) tersenyum sendiri, namun, saat Harris mengarahkan netra oranye nya ke arah netra (Name) menatap, pria itu ikut tersenyum saat menyadari apa yang (Name) lihat hingga membuat wanita itu tersenyum dengan tenang.

Namun, sebelum (Name) menyadari kehadirannya, Harris sudah balik badan & beranjak meninggalkan sel (Name) dalam diam, Ia kembali melangkah menuju ruangannya, dan kembali melanjutkan tugasnya.

Mengawasi seisi penjara hingga hari esok tiba

-TBC-

-------------◇----------------------------◇------------

Author note:

Hai hai hai everybody!!
Maaf ya kalau ceritanya -bakalan- gajelas nanti, maklum masih pemula :')

Kalau ada saran atau kritik, boleh disampaikan baik-baik, okay?

Jadwal up diusahakan sehari satu episode, bisa up dua alhamdulillah, gabisa up ya gapapa :)

See ya in the next chapter!



Is He A Warden? (Readers x Harris Caine Fanfiction AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang