Cuci Mata di Kafe

1.2K 34 15
                                    

Riko, yang saat ini dalam wujud nyokapnya, terlihat anggun dan percaya diri. mereka berdua menikmati suasana santai sambil memerhatikan sekeliling.

Mereka duduk di salah satu meja di sudut kafe yang menghadap ke arah pengunjung lainnya. Tidak lama kemudian, tiga cewek cantik masuk dan mencari tempat duduk.

Budi, dengan naluri remajanya, segera memberi isyarat kepada Riko. "Rik, liat tuh! Tiga cewek cakep baru aja masuk."

Riko, yang masih dalam bentuk Bu Siti, memandang ke arah yang ditunjuk Budi dan tersenyum. "Oh iya, cakep-cakep juga. Lo suka yang mana, Bud?"

Budi tampak bersemangat. "Yang paling kiri itu manis banget, Rik. Tingginya pas, nggak terlalu tinggi atau pendek, dan wajahnya cute banget. Kalo lo gimana, Rik—atau harusnya gw panggil 'Mamah?' sekarang?"

Riko tertawa kecil, merasa senang dengan suasana yang santai. "Yah, panggil aja Mamah untuk sekarang. Hmm, yang di tengah keliatan punya kepribadian yang kuat. Badannya langsing dan tinggi, auranya elegan. Gw suka yang kayak gitu."

Budi mengangguk setuju. "Yang di tengah emang kelihatan beda. Tapi yang kanan juga nggak kalah, loh. Dada gede banget tobrut parah, senyumannya bikin hati meleleh cantik pula."

Riko tersenyum lebar. "Ternyata seru juga ngobrolin cewek kayak gini, ya. Gw punya ide gila, gimana kalo gw ngaku ke mereka kalo gw mamah lo supaya kita ngobrol sama mereka?"

Budi tampak terkejut tapi tertarik dengan ide tersebut. "Serius lo? Kayaknya seru juga sih. Yuk, kita coba. Gw dukung lo, 'Mamah Riko'."

Dengan penuh percaya diri, Riko dalam wujud Bu Siti berjalan menghampiri meja tempat tiga cewek itu duduk dengan senyum ramah. "Permisi, kalian kelihatan sedang menikmati malam ini. Saya Siti, kalian bisa panggil saya tante. Ini anak saya, Budi. Kami baru saja selesai belanja dan berpikir untuk bergabung ngobrol bareng kalian. Boleh?"

Ketiga cewek itu, sedikit terkejut namun cepat tersenyum dan menyambut mereka. Mereka memperkenalkan diri sebagai Sarah, Lia, dan Dina.

Sarah, yang duduk di tengah, tersenyum hangat. "Tentu saja, Tante. Silakan duduk. Kami baru saja mulai ngobrol."

Riko dan Budi duduk bersama mereka, dan percakapan segera mengalir dengan lancar. Riko, sebagai Bu Siti, memimpin percakapan dengan elegan dan membuat suasana menjadi hangat. Mereka membahas berbagai topik, dari hobi hingga pengalaman lucu, serta fashion.

Budi, yang awalnya canggung, mulai merasa lebih nyaman dan terlibat dalam percakapan. Mereka tertawa bersama dan berbagi cerita, merasa seperti bagian dari kelompok baru.

Sarah mulai bertanya lebih banyak tentang mereka. "Jadi, kalian tinggal di daerah mana, Tante?"

Riko menjawab dengan natural, "Kami tinggal di daerah Pondok Indah. Saya dan Budi suka sekali tempat ini karena suasananya yang nyaman dan banyak kafe-kafe bagus."

Lia, yang tampak tertarik, bertanya, "Tante, bagaimana rasanya punya anak remaja seperti Budi?"

Riko tertawa kecil, bermain peran dengan sempurna. "Budi itu anak yang baik dan perhatian. Saya beruntung punya anak seperti dia."

Sarah kemudian beralih ke Budi. "Jadi, Budi, apa yang kamu suka lakukan di waktu luang?"

Budi, merasa sedikit gugup namun semakin nyaman, menjawab, "Aku suka main game dan kadang-kadang nongkrong sama teman-teman. Tapi aku juga suka berolahraga, terutama futsal."

Dina menambahkan dengan antusias, "Keren! Futsal itu seru. Kamu sering main di mana?"

Budi tersenyum, merasa lebih santai. "Biasanya di lapangan dekat rumah. Kadang-kadang juga ikut turnamen kecil-kecilan."

Skinsuit Mommy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang