BAB 11: Deru hujan dan berteduh bersamamu

26 7 0
                                    

"Jika cintamu seperti hujan yang mengalir, aku pastikan cintaku seperti sungai yang tak pernah kering."

_Bentala Zayn Shailendra_

"Sederas derasnya hujan pasti akan reda."

_Ilesha Mutiadaksa_

•••🦋•••

Langit yang cerah tidak menandakan bahwa hujan akan turun. Bahkan, orang-orang yang mengira hujan tidak akan datang tetap santai melanjutkan aktivitas mereka. Namun, tiba-tiba saja hujan turun dengan derasnya, memaksa mereka yang berada di luar untuk mencari perlindungan dari tetesan air hujan.

Seperti sepasang kekasih yang berteduh di bawah pohon rindang di tepi jalan. Mereka tidak memiliki tempat lain untuk berlindung dari hujan ini karena di sekitarnya tidak ada toko, warung, atau halte. Mereka terpaksa berteduh di bawah pohon tersebut, meskipun mereka menyadari bahwa berteduh di bawah pohon juga membawa risiko, seperti bahaya tersambar petir yang bisa datang tanpa peringatan.

Selain risiko petir, mereka juga menghadapi bahaya lain jika memutuskan untuk menerobos hujan deras ini. Di desa ini, kabut sering kali datang tiba-tiba, yang dapat membahayakan bagi mereka yang berkendara dalam kondisi pandangan yang kabur akibat kabut alam.

Baju, kerudung, bahkan celana Ilesha sudah basah terkena tetesan hujan yang turun dari pohon tempat mereka berteduh, cowok disamping Ilesha yang mengenakan kaos hitam di baluti jaket baseball juga sangat basah. Bentala, yang ingin memberikan jaketnya pada gadis yang berdiri di sampingnya, akhirnya mengurungkan niatnya karena jaket itu sudah tidak dapat dipakai lagi.

"Maaf, ya," ujar Bentala.

Ilesha yang sedang menatap tubuhnya yang basah langsung memutar tubuhnya 180° ke arah Bentala, ia mendongak menatap cowok tinggi di depannya. "Maaf kenapa?"

"Gak keburu cari tempat berteduh, kamu jadi basah kayak gitu," ucap Bentala sambil melirik seluruh tubuh Ilesha.

Ilesha terkekeh pelan. "Santai aja kali, lagian hujannya turun tiba-tiba-AAAA!!"

Teriak Ilesha saat suara petir kembali terdengar. Memang sejak tadi petir terus menerus terdengar bergemuruh, namun kali ini berbeda, petir itu terdengar sangat keras dan menakutkan sehingga membuat Ilesha langsung refleks mendekat pada Bentala.

Bentala yang paham dengan ketakutan Ilesha langsung mendekapnya.

"Sumpah ini petir, kelap-kelip. Serasa difoto Mang Yunus," ucap Bentala. Ilesha yang masih berada dalam dekapannya langsung mendongak dan tertawa.

"Keren, ya, Mang Yunus. Selain profesinya yang sering mengambil foto prewedding dan foto murid untuk ijazah, dia juga bisa mengambil foto seluruh desa haha...."

Bentala ikut tertawa. "Mang Yunus lagi 'nge-paparazi-in' kita, tapi flash-nya lupa dimatiin," ucap Bentala sambil meladeni candaan kekasihnya itu.

Ilesha memukul pelan dada Bentala. "Bisa aja."

•••🦋•••

"Gitar kamu basah," ucap Ilesha sambil melirik gitar milik Bentala yang tersandar di bawah pohon.

Bentala menoleh pada gitarnya. Ia sedikit membulatkan matanya; gitar kesayangannya itu telah basah terkena air hujan. Saking derasnya hujan, lubang yang ada di gitar tersebut kemasukan air dan penuh. Bentala membuang air yang ada di dalam gitarnya itu. Rasanya ia ingin menangis dan marah, namun ia menahannya. Kali ini gitarnya tak terselamatkan.

The Ephemeral (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang