7. Lemari tua

151 20 2
                                    

"Mayat di lemari tua itu bukan 'dia' tapi korban baru"

"Iya ini gue otw balik asrama" balas gadis itu pada seseorang yang sedang ia telepon.

Ia terlihat menyusuri lorong kelas yang tak terlalu terang malam itu setelah mengambil barang yang tertinggal di laci mejanya.

"Yaudah hati-hati, awas ada yang ngikutin, jangan lupa sekolah kita angker"

"Iye gue tahu, lagian ada satpam di gerbang kalo ada apa-apa tinggal teriak"

Setelahnya gadis itu menutup sambungan teleponnya. Lalu kembali fokus pada jalannya, namun sesaat kemudian ia melihat seseorang memakai pakaian serba hitam berdiri di ujung lorong.

"Siapa itu?" gumamnya.

Saat masih dalam kebingungan. Secara tiba-tiba sosok itu berlari kencang ke arahnya. Membuat gadis itu terkejut dan segera berbalik sambil berteriak meminta tolong.

Ia terus berlari tak tentu arah demi menghindari sosok misterius ini. Seluruh kelas telah terkunci. Ia tidak tahu harus bersembunyi dimana dan sialnya lagi ia justru berbelok ke lorong yang buntu sehingga tak dapat lari kemana-mana.

Saat gadis itu berbalik sudah ada sosok berpakaian hitam dibelakangnya "SIAPA KAMU?! JANGAN GANGGU! TOLONG!!"

Gadis itu terisak ketakutan, pelan-pelan ia melangkah mundur bersamaan dengan sosok itu yang terus mendekatinya hingga tubuh gadis itu menubruk tembok yang ada di belakangnya.

"PERGI! TOLONG!"

Dalam cahaya remang-remang gadis itu dapat melihat sosok yang memakai masker dan tudung hitam itu semakin mendekat kearahnya. Bahkan gadis itu tak sengaja menatap sorot matanya yang tajam.

"Sssttt... Jangan berisik atau-" sosok itu tiba-tiba mengeluarkan pisau kecil dari saku belakangnya.

Tangan kanannya menyentuh sudut bibir gadis itu seketika membuat gadis itu tersentak dan semakin ketakutan.

"Bibir yang indah untuk dibelah"

Sosok itu menggoreskan pisau pada permukaan bibirnya yang langsung mengeluarkan darah segar. Gadis itu menitihkan air matanya merasakan perih.

Gerakan goresan itu dimulai dari bibir bagian atas ke bawah sampai leher hingga tepat ujung pisau itu berada di leher. Sosok itu tertawa lalu mendorong pisau itu hingga tertancap pada leher milik gadis itu.

Darah segar mengalir begitu deras. Mata gadis itu seketika melotot. Tubuhnya melemas hingga jatuh ke bawah.

Sosok misterius itu mencabut pisau itu lalu mencium bau darah yang menempel pada pisau tersebut "harum"

***

Setelah melewati persiapan yang cukup panjang. Panitia sekaligus pengisi acara pentas seni dalam rangka ulang tahun sekolah menengah pertama Kamboja melakukan gladi bersih.

Dipta juga sudah siap dengan kameranya untuk mendokumentasikan kegiatan sepulang sekolah hari itu. Ia merekam keadaan sekitar. Beberapa panitia ada yang masih sibuk memasang hiasan dan lain-lain.

"Biar dia merindukanmu sendiri oh
Jangan resah dia pasti pikirkanmu
Walau kau tak tahu
Hingga di ujung malam"

Saat ini Johan dan Hariz yang sedang berlatih di atas panggung. Setelah lagu selesai dinyanyikan beberapa orang yang ada di depan panggung segera bertepuk tangan.

"Oke lumayan juga" puji Dika.

"Dipta! Lo rekam?" panggil Hariz setelah turun dari panggung.

"Iyalah buat dokumentasi. Mau lihat?"

The ChaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang