2| si penegak kedisiplinan dan si pelanggar aturan

82 10 3
                                    

Dua bulan yang lalu....

Sekolah Asha termasuk sekolah yang menjunjung tinggi kedipsilinan. Meskipun begitu murid-murid yang melanggar tata tertib dan sering berbuat keributan tak bisa terhindarkan. Sebabnya dibentuklah pasukan khusus petugas kedisiplinan di mana Asha sendiri adalah ketuanya.

Sebagai petugas kedisiplinan, Asha tentu memiliki tanggung jawab untuk menertibkan murid-murid yang melanggar aturan. Di antara tugas yang ada, salah satunya adalah setiap hari senin dia dan petugas kedisiplinan lainnya akan menelusuri area sekolah untuk mencari murid-murid yang mangkir dari upacara.

Seperti senin ini. Sementara lima anggota lainnya berpencar ke segala penjuru sekolah dari mulai kelas-kelas, perpustakaan, kantin hingga belakang sekolah, Asha memutuskan mencari ke setiap rooftop.

Seperti dugaannya, dia menemukan salah satu murid bandel itu ada di atap sekolah. Tengah asyik merokok sementara murid lain sedang bersiap mengikuti upacara.

"Kamu lagi, kamu lagi. Sampai kapan sih kamu akan kayak begini terus?"

Sosok lelaki yang hanya Asha lihat dari belakang itu berbalik, seperti dengan sengaja mengisap rokoknya dalam-dalam dengan ekspresi seolah begitu menikmati, lalu mengembuskan asapnya ke udara dengan raut wajah sarat mengejek.

"Waw. Hebat juga lo bisa mengenali gue dari belakang."

"Nggak usah banyak omong," sambar Asha ketus. "Cepet matiin rokoknya. Turun! Upacara!"

"Nggak mau tuh." Jayden mengangkat bahunya menantang. Kembali mengisap rokoknya sembari memperhatikan sang perempuan yang menatapnya dalam sorot penuh permusuhan--selalu begitu.

"Tinggal ikut upacara apa susahnya sih? Nggak bikin kamu mati juga. Yang ada kamu bisa mati kalau ngerokok terus."

"Jadi, ceritanya takut gue mati nih." Di antara seringai menggodanya terbit, sebelah alis Jayden terangkat iseng.

"Emang kamu mau mati?" Asha malah bertanya.

"Tergantung sih. Kalau lo mati, gue juga ikut mati aja sih."

Asha mengernyit. "Dih! Kenapa jadi bawa-bawa aku?"

"Soalnya kan tujuan gue hidup cuma untuk bikin lo menderita." Entah apa yang lucu, Jayden tiba-tiba terkekeh kecil--singkat. Kembali mengisap rokoknya lagi.

Asha kembali mengernyit--kali ini kerutan wajahnya semakin dalam. Menatap Jayden seolah laki-laki itu adalah mahluk teraneh yang pernah dia lihat.

"Mulia banget tujuan hidup kamu," sarkasnya. Kakinya mengayun, melangkah mendekat, "cepetan. Aku lagi nggak mau debat sama kamu." ketika Asha semakin mendekat, Jayden tiba-tiba mundur, membalikkan wajahnya hanya untuk mengembuskan asap rokoknya, lalu membuang puntung rokok yang masih sedikit panjang itu, menginjaknya di bawah sepatu.

"Nggak usah deket-deket deh kalau gue lagi ngerokok," decaknya, tiba-tiba ketus.

Sebelum Asha merespons, Jayden meneruskan, "nanti gue kelepasan mau sulut lo pake rokok gimana? Mau gue sulut? Hah?" ancamnya, tiba-tiba.

Setiap berhadapan dengan Jayden, Asha lebih sering mengernyit membuatnya khawatir tua sebelum waktunya. "Apaan sih? Padahal yang seharusnya stres di sini itu aku. Udah ah cepetan, ayo turun!"

Dengan entengnya dia menarik ujung seragam Jayden yang tidak dimasukkan ke dalam celana--sangat tidak rapi--yang tentu itu tidak membuat Jayden bergerak sedikit pun.

"Apa sih? Turun ke mana?"

"Upacara!" Asha melotot, geram. Sama sekali tidak terlihat menakutkan di mata Jayden, yang ada perempuan itu malah terlihat lucu.

Satu AtapWhere stories live. Discover now